Dalam lingkup pendidikan, kedisiplinan dapat menjaga ketertiban dan keteraturan, sehingga tata hidup antarmanusia menjadi lebih dalam. Teratur berarti bahwa segala hal terletak pada tempat dan posisinya masing-masing. Disiplin berarti proses penyesuaian diri dengan tata aturan yang diterapkan dan kesediaan individu menerima peraturan dengan bebas. Disiplin dapat dilihat dalam dua pendekatan, pertama dikaitkan dengan konteks relasi antara mahasiswa dan dosen dengan lingkungan, seperti tata tertib, kontrak kuliah, dan lain sebagainya. Kedua, disiplin juga bisa dilihat sebagai hasil dari sebuah proses pembelajaran.
Menurut hasil penelitian, kedisiplinan mahasiswa dalam mematuhi aturan jam masuk kuliah masih perlu diperbaiki. Pengakuan informan bahwa mereka sering terlambat masuk kuliah maupun membolos, menunjukkan belum adanya kesadaran pribadi dari mereka untuk berusaha lebih disiplin. Hal ini masih menjadi hambatan bagi nilai kedisiplinan untuk berkembang. Begitu pula dengan dosen, inkonsistensi atas waktu kuliah yang dilakukan dosen bukanlah bentuk pembelajaran kedisiplinan yang tepat. Ketika dosen melarang mahasiswa mengikuti kuliah karena terlambat, tentunya dosen juga harus memberikan contoh untuk menerapkan aturan yang serupa bagi dirinya. Akan lebih baik dibuat kontrak kuliah yang mengatasi kesepakatan antara mahasiswa dan dosen terkait dengan waktu kuliah tersebut.
6) Bersahabat/komunikatif
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Mahasiswa dalam hal ini sebagai makhluk individu sekaligus sosial, meemrlukan media interaksi dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya. FKIP menyediakan media yang luas bagi berbagai perjumpaan antara individu dengan individu yang lain, baik mahasiswa, dosen, staf kependidikan, dan lain sebagainya. Interaksi merupakan wahana bagi praksis pendidikan karakter di mana individu akan merasa pribadinya diterima dan kebebasannya dihargai. Hal ini berjalan cukup baik di lingkungan jurusan P IPS, di mana perjumpaan dengan mahasiswa dari
commit to user
prodi yang sama, mahasiswa dari prodi lain, maupun dengan dosen menjadi salah satu interaksi sosial yang melibatkan penghargaan atas keunikan dan kebebasan individu lain.
Interaksi yang bersahabat ditunjukkan setiap informan dengan penyambutan yang ramah terhadap keinginan peneliti untuk wawancara dengan mereka. Baik informan yang telah dikenal maupun yang baru kenal sesaat sebelum wawancara, tidak menunjukkan kecanggungan yang kaku. Dalam setiap kesempatan perjumpaan kami pun, sikap yang bersahabat dan komunikatif selalu ditunjukkan oleh setiap informan.
7) Responsif
Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu cepat tanggap dalam melihat dan menghadapi permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang semestinya jeli dan kritis melihat permasalahan sosial budaya, politik maupun ekonomi. Namun sejauh ini, media pelayanan bagi mahasiswa masih terbatas melalui organisasi kemahasiswaan saja. Ormawa menjadi satu-satunya wadah bagi mahasiswa untuk beraspirasi dan memberikan pelayanan bagi masyarakat. Sayangnya, tanggapan mahasiswa masih terbatas pada kritik sosial politik yang belum menawarkan tindakan yang solutif. Sehingga, tindakan responsif mahasiswa belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini pun seringkali hanya sebatas aksi yang tidak ditindaklanjuti dengan tindakan praktis.
8) Inovatif
Mahasiswa yang kreatif dan inovatif menunjukkan dimanfaatkannya kecerdasan intelektual yang dapat diterapkan dalam lingkup praktis. Hal ini terlihat dari pola berpikir dan usaha menghasilkan cara atau produk baru dari berbagai hal yang sudah ada. Universitas dan fakultas telah menyediakan media pengembangan inovasi dan kreativitas mahasiswa melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Namun, sayangnya media ini belum banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menyalurkan ide dan gagasan baru mereka.
commit to user
Beberapa informan seperti Titik, Yusuf, dan Anwar mengaku bahwa PKM dapat menjadi media pengembangan inovasi yang tepat bagi mahasiswa untuk terus menciptakan karya. Mereka tidak pernah lelah untuk mencoba dan berinovasi dengan mengikuti PKM berulang kali. Namun, ada pula yang mengaku kurang tertarik dengan konsep PKM di mana pada satu sisi berupaya mengembangkan kreativitas dan inovasi mahasiswa, namun di sisi lain melibatkan manipulasi dana penelitian. Sedangkan informan yang lain merasa kurang mampu dalam mengembangkan ide barunya ke dalam bentuk penelitian ilmiah.
9) Manajemen Emosi
Pengelolaan emosi menjadi hal yang mendesak namun sangat personal dalam pendidikan karakter. Meski begitu hal ini memberikan pengaruh secara sosial. Kecerdasan emosi saat ini sudah banyak diakui sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan seorang individu. Namun, berdasarkan keterangan informan, bahwa manajemen emosi masih sulit dilaksanakan. Mengingat pengelolaan emosi merupakan hal yang privat bagi setiap mahasiswa, sehingga treatment yang diberikan pun tidak bisa disamaratakan. Keterbatasan dosen dalam membelajarkan mahasiswa untuk mengelola emosi menjadi salah satu hal yang menghambat dalam proses pengembangan nilai manajemen emosi. Hal ini terkait pula dengan keteladanan yang dapat dicontoh oleh mahasiswa.
10)Religius
Religius berarti sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku ini mendasarkan diri pada hubungan vertikal dengan Tuhan, dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Hubungan vertikal dengan Tuhan dipenuhi dengan cara bersyukur melaksananakan ritual upacara keagamaan, ibadah, dan perintah Tuhan yang lain, serta menjauhi hal-hal yang dilarang sesuai ajaran agama. Sedangkan hubungan horizontal dipenuhi dengan toleransi terhadap pemeluk agama lain.
Kebutuhan atas pemenuhan diri dengan keyakinan akan suatu Zat yang mengatasi segala sesuatu merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia.
commit to user
Manusia perlu pedoman hidup yang mengarahkan diri pada pencapaian rasa syukur pada Yang Esa. Hal ini dipenuhi FKIP dengan adanya tempat-tempat ibadah bagi berbagai agama, seperti masjid, gereja kampus, vihara, dan pura. Diadakan pula mata kuliah khusus mengenai Pendidikan Agama. Mahasiswa jurusan P IPS dapat dikatakan cukup memiliki nilai religius, yang dapat dilihat dari rajin tidaknya mereka dalam beribadah. Tempat-tempat ibadah yang telah disebutkan sebelumnya tidak pernah sepi saat waktu ibadah tiba. Informan pun menunjukkan religiusitasnya dengan mengenakan jilbab yang dilakukan oleh Titik dan Esty sebagai kewajiban bagi muslimah. Informan yang lain seperti Anwar, Yusuf, dan Pak Aryo juga menunjukkan religiusitasnya dengan melaksanakan sholat Jumat.
Berikut ini disajikan tabel perilaku mahasiswa yang direfleksikan dengan indikator dan nilai karakter yang diharapkan FKIP UNS.
n
s.
a
c.
id
d
ig
ilib
.u
n
s.
a
c.
id
c
o
m
m
it
t
o
u
ser
175 Definisioperasional Komponen Indikator
Indikator
operasional Nilai karakter Perilaku Mahasiswa
Visi FKIP UNS Berkarakter kuat dan cerdas 1. Nilai keamanahan Komitmen Kejujuran
Mahasiswa kurang berperilaku jujur, salah satu indikatornya adalah mencontek/ kecurangan dalam ujian dan tugas Tanggung jawab
Mahasiswa cukup bertanggungjawab, salah satu indikatornya adalah mematuhi dan kesediaan menjalankan kebijakan seragam
Kompeten
Kompetensi pedagogi,
kepribadian, sosial, profesional
Mahasiswa sebagai calon pendidik telah cukup memenuhi kompetensi pendidik, salah satu indikatornya adalah kemampuan
akademis dengan capaian IPK yang baik dan perbaikan perilaku menjadi lebih positif
Kerja keras Kerja keras
Mahasiswa cukup bekerja keras, salah satunya ditunjukkan dengan tugas yang diselesaikan tepat waktu, tanpa meniru hasil pekerjaan orang lain, serta keikutsertaan dalam organisasi kemahasiswaan yang tidak mengganggu capaian prestasi akademis
Konsisten Disiplin
Kedisiplinan mahasiswa dalam mematuhi aturan jam masuk kuliah masih perlu diperbaiki, salah satunya terkait dengan keterlambatan masuk kuliah dan perilaku membolos
n
s.
a
c.
id
d
ig
ilib
.u
n
s.
a
c.
id
c
o
m
m
it
t
o
u
ser
176dengan dosen yang intens dan dekat Pelayanan
maksimal Responsif
Tindakan responsif mahasiswa belum merupakan bentuk tanggapan berarti. Hal ini seringkali hanya sebatas aksi yang tidak ditindaklanjuti dengan tindakan praktis.
3. Berpikir dan bertindak cerdas
Kecerdasan
intelektual Inovatif
Beberapa mahasiswa belum mampu
menciptakan inovasi, salah satu indikatornya yakni kurang dimanfaatkannya PKM sebagai sarana pengembangan kreativitas dan inovasi Kecerdasan
emosional Manajemen emosi
Pembelajaran manajemen emosi cukup sulit dilaksanakan, mengingat pengelolaan emosi merupakan hal yang privat bagi setiap mahasiswa
Kecerdasan
spiritual Religius
Mahasiswa dapat dikatakan cukup memiliki nilai religius, salah satu indikatornya dapat dilihat dari ibadah yang rajin, dan tempat ibadah yang jarang sepi