• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seorang guru yang cerdas, bukan hanya pintar dengan penguasaan materi dan pengetahuan yang luas, namun juga bagaimana mereka mampu menciptakan karya dan produk yang baru baik bagi peserta didiknya maupun bagi dunia pendidikan. Kecerdasan inteletual bukan lagi melulu tentang penguasaan pengetahuan secara teoritis. Hal ini tidak hanya ditunjukkan melalui prestasi akademis dengan nilai tertentu yang tertera di atas kertas, tapi juga bagaimana mahasiswa mampu berinovasi dan membawa perubahan positif bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya.

harus menjadi guru yang mampu berinovasi jadi kita itu tidak tidak boleh menelan mentah apa yang kiat dapatkan terus kita berikan kepada murid. Kita itu harus mempunyai inovasi-inovasi untuk (Anwar/25/05/2012)

Informan berinovasi lebih banyak dengan pengembangan media. Di prodi Pendidikan Geografi, mahasiswa lebih banyak dituntut untuk penguasaan pengembangan media, baik peta konvensional, peta digital, macromedia flash, maupun power point. Hal inilah yang diaplikasikan informan saat PPL. (Catatan lapangan/25/05/2012) FKIP menyediakan media bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui Program Kreativitas Mahasiswa atau PKM. PKM memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan inovasi-inovasi baik dalam pendidikan, kewirausahaan, dan lain sebagainya. Hal ini dimanfaatkan salah satunya oleh Titik, untuk menyalurkan

ide-suatu karya lah, setidaknya dari universitas kan udah sosialisasinya tinggi, kalau

Informan mengikuti PKM sebanyak 3 kali, yakni tahun 2010 sebagai syarat perolehan beasiswa, kemudian tahun 2011 lolos, namun karena informan mengurusi banyak kegiatan di organisasi, sehingga lupa mengurus keperluan PKM, dan yang terakhir tahun 2012 tidak lolos. (Catatan lapangan/24/05/2012)

commit to user

Meskipun belum ada PKM yang terealisasikan, namun inovasi dan kreativitas informan telah ditunjukkan dengan keikutsertaannya tersebut.

Hal tersebut dibenarkan oleh informan lain. Yusuf yang merupakan mahasiswa prodi PKn juga memanfaatkan PKM untuk menyalurkan ide-idenya, serta sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.

ketertarikan gitu lah, kemarin yang saya bikin sama temen saya itu PKMM, pengabdian masyarakat, itu sosialisasi undang-undang nomor 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, penelitian kemarin itu saya ngambilnya di Sukoharjo, ya karena mungkin ketidaktahuannya lebih banyak di Sukoharjo, di sana juga banyak kecelakaan gitu, jadi saya memilihnya di sana, gitu. Ya ada

(Yusuf/15/06/2012)

9) Manajemen Emosi

Seorang pendidik harus memiliki kecerdasan emosional. Hal ini mengingat bahwa sebagai pendidik, dia dituntut untuk mampu mengelola dan mengorganisasi banyak orang, yaitu peserta didiknya. Peserta didik dengan berbagai kepribadian dan karakternya yang unik dan berbeda satu dengan yang lain, harus dikelola oleh pendidik yang sabar dengan manajemen emosi yang tinggi. Pengelolaan emosi diri yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula bagi pengelolaan peserta didiknya.

Menurut hasil observasi, Sari merupakan orang yang kurang bisa mengontrol emosi.

Informan beberapa kali terlalu menggebu-gebu saat bercerita mengenai permasalahan di organisasi, hal ini terkait dengan amanah yang dipegangnya sebagai seorang sekretaris umum. Namun, beberapa kali pula, informan marah-marah pada staf yang lain saat dia terlalu lelah dan banyak pikiran. Informan juga beberapa kali terlihat ngambek. (Catatan lapangan/01/05/2012)

Mengenai manajemen emosi, hal ini memang sangat personal bagi para mahasiswa maupun dosen. Tidak jarang dosen pun belum mampu memanajemen emosinya, apalagi untuk mengajarkan cara pengendalian emosi

commit to user

pada mahasiswa. Pendidikan karakter memang sangat memerlukan contoh, salah satunya dari pendidik.

mengajarkan apa namanya, mereka tidak bisa mengendalikan emosi, hehehe.. ya memang kita terpulang ke karakter dari pendidiknya dulu. Dan nggak mungkin lah misalnya karakter kita itu suka marah misalnya, sedikit-sedikit emosinya naik, kalau kita nanti ngandani (Syarif/13/12/12)

Berdasarkan observasi terhadap Yusuf, dia menunjukkan pembawaan yang tenang.

Yusuf tidak pernah meluapkan emosinya baik senang maupun marah secara meluap-luap. Dia tertawa sekali-kali saat bercanda dengan teman-temannya. Namun, dia tidak pernah terlalu marah meskipun menghadapi anggota organisasinya yang agak ngeyel. (Catatan lapangan/15/06/2012)

10)Religius

Salah satu nilai karakter yang sangat penting yakni religius. Hal ini terkait dengan bagaimana mahasiswa sebagai seorang makhluk membina hubungan vertikal dengan Tuhan. Selain harus membina hubungan baik dengan sesama manusia, yang ditunjukkan dengan nilai karakter bersahabat/komunikatif, mahasiswa tidak boleh melalaikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk yang wajib melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan.

FKIP sebagai kampus yang memiliki ribuan mahasiswa yang sangat multikultural, menganut beberapa keyakinan baik Islam, Katolik, Kristen, Hindu maupun Budha. Lingkungan jurusan P IPS yang merupakan bagian dari FKIP merupakan lingkungan yang sangat mendukung dalam pemenuhan kebutuhan rohani mahasiswa. Jurusan P IPS terletak dekat dengan tempat-tempat ibadah keagamaan, antara lain masjid Nurul Huda, gereja kampus, vihara, dan pura.

Untuk mendukung pembentukan mahasiswa yang memiliki

religiusitas, maka FKIP memfasilitasi salah satunya dengan diadakannya mata kuliah Pendidikan Agama di setiap program studi. Hal ini diarahkan sebagai

commit to user

pembekalan pengetahuan dan wawasan keagamaan bagi mahasiswa. Penguasaan materi keagamaan bukan satu-satunya hal yang ingin dicapai, tapi bagaimana membentuk mahasiswa yang mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dalam setiap dimensi kehidupannya.

Spiritualitas mahasiswa yang tinggi ditunjukkan salah satunya dengan penampilan yang santun sesuai dengan ajaran agama, yakni mahasiswi muslim yang mengenakan jilbab. Kaum muslim baik perempuan maupun laki-laki wajib menutup aurat mereka. Jilbab merupakan kain penutup aurat yang dipakai oleh perempuan. Titik dan Esty merupakan mahasiswi muslim yang telah mengamalkan ajaran ini. Bukan berarti mahasiswi muslim yang tidak berjilbab tidak mempunyai nilai religius, akan tetapi hal ini sebagai penanda yang mungkin belum bisa diamalkan oleh mereka yang merasa belum mampu.

Esty mengalami perubahan penampilan sejak masuk kuliah tahun 2009 hingga saat ini. Pada semester 1-2, Esty belum menggunakan jilbab. Namun, mulai semester berikutnya hingga saat ini, dia sudah konsisten menggunakan jilbab baik di kampus, maupun luar kampus. (Catatan lapangan/25/05/2012)

Menurut pengamatan pada informan yang lain, Sari sering membawa mukena kemana pun dia pergi.

Saat di sekretariat UKM Taekwondo, dan waktu sudah menunjukkan waktu sholat, informan mengeluarkan mukena dan segera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat. Dalam berbagai kegiatan pun,

Sari sering membawa mukena untuk beribadah. (Catatan

lapangan/01/05/2012)

Sedangkan dari informan yang lain, saya bisa melihat bahwa mereka juga berusaha mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Wawancara yang saya lakukan dengan Pak Aryo dan Anwar yang kebetulan berlangsung sama-sama pada hari Jumat, keduanya berakhir sebelum waktu ibadah sholat Jumat. Informan di akhir wawancara menyampaikan bahwa mereka akan bersiap-siap untuk ibadah sholat Jumat.

Selain itu, spiritualitas yang tinggi dapat menjadi penyembuh bagi penyakit-penyakit yang sekiranya sudah menjangkiti hampir semua mahasiswa,

commit to user

yakni tindakan tidak jujur mahasiswa dalam ujian maupun mengerjakan tugas. Ibadah merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dilihat Pak Aryo sebagai salah satu cara yang bisa mengurangi gejala-gejala perilaku

mahasiswa yang kur -lama juga anak-anak yang semakin ke sini

ya, saya melihat ya anak-(Aryo/29/06/2012)

b. Penilaian dan Evaluasi

Sejauh ini, pendidikan karakter sudah berjalan kurang lebih 5 tahun di FKIP. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Pak Syarif, saat ini nilai-nilai karakter yang diajarkan kepada mahasiswa FKIP sudah sampai pada tahap menjadi kebiasaan. Mahasiswa sudah merasa adanya kekurangan saat tidak menaati aturan dan tidak perlu diingatkan atas pelanggaran tersebut.

itu sebenarnya sudah sadar bahwa kalau mereka nggak pakai seragam mereka itu mesti akan nyingkir-nyingkir. Nah..artinya mereka kan woo..ini saya itu merasa ada sesuatu yang kurang, saya tidak mesti berpakaian seperti ini pada hari ini kan. Saya tidak perlu

Senada dengan hal tersebut, dalam melihat perilaku mahasiswa terkait dengan pelaksanaan visi berkarakter kuat dan cerdas di lingkungan FKIP, Pak Aryo mengatakan bahwa pendidikan karakter saat ini sedang berjalan dalam proses di mana sudah ada perbaikan-perbaikan, baik individual maupun komunal.

-perbaikan, ada perbaikan baik secara apa, individual maupun secara komunal alhamdulillah saya lihat sudah ada perubahan yang signifikan, cuman karena perubahannya adalah perilaku, apa yang bisa, yang..yang kita amati hanya dari secara subyektif gitu, tidak langsung absolut kita lihat angkanya gitu, tapi saya melihat it

Informan sebagai ketua program studi Pendidikan Geografi juga menambahkan bahwa hasil dari pendidikan karakter tidak dapat langsung dilihat secara instan, melainkan dapat dilihat dari prestasi-prestasi lulusan di masa yang

commit to user

akan datang, seperti peraihan beasiswa unggulan serta peran lulusan FKIP seperti di MGMP.

kita bisa melihat setelah mereka lulus, iya kan, ternyata e..melihatnya itu juga bisa kita lihat pada saat mereka di MGMP, bagaimana peran (Aryo/29/06/2012)

Pendidikan karakter tentunya bertujuan untuk memperbaiki serta membentuk para mahasiswa untuk memiliki karakter tertentu yang diharapkan oleh FKIP. Sayangnya perubahan perilaku sebagai hasil proses pendidikan karakter belum dapat diukur dengan suatu parameter khusus secara pasti. Meski begitu, selama proses pembentukan karakter yang terjadi di FKIP, saat ini sudah mulai menunjukkan hasil.

kedisiplinannya bagaimana, kejujurannya bagaimana, kalau kami hanya menilainya bahwa sekarang ini di 2012 tampaknya memang kita sudah akan ini, bahwa pendidikan atau pembentukan karakter

Untuk menilai atau pun mengukur perubahan perilaku terkait dengan pembelajaran karakter mahasiswa, begitu pula Pak Aryo mengungkapkan bahwa belum ada ukuran secara pasti untuk memberikan standar maupun kriteria sejauh

memang sangat sulit ya memberikan satu standar patokan, kriteria, mereka sudah berkarakter atau belum, tapi yang jelas perilakunya, dilihat

(Aryo/29/06/2012)

Sedangkan Pak Ahmad menyampaikan bahwa ukuran penilaian kepribadian belum ada secara pasti. Perubahan perilaku hanya bisa dilihat melalui pengamatan mengenai sejauh mana nilai-nilai karakter yang diharapkan FKIP memberi

commit to user

Selanjutnya, menurut bu Dini, bahwa parameter keberhasilan dari penerapan pendidikan karakter ialah bilamana mahasiswa telah mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan yang FKIP harapkan, antara lain mahasiswa sudah berpenampilan secara santun, berbicara dengan baik, serta berperilaku jujur.

ya sudah sesuai dengan apa yang di kita inginkan, misalnya gini..mahasiswa nggak nyontekan, mahasiswa udah berpenampilan santun, mahasiswa udah berbicara dengan baik di (Dini/28/06/2012)

Namun sayangnya, parameter ini terbatas pada hal-hal yang hanya nampak dari luar saja, seperti cara bicara, perilaku, sopan santun serta berbagai produk yang mereka hasilkan dalam perkuliahan. Parameter keberhasilan ini

belum mampu melihat hal- yang nampak di luar kan dari

fisikly kan dari lihat sopan santun, perilaku, kemudian ada produk mereka di

Sedangkan secara sistem, pendidikan karakter di FKIP ternyata belum ditopang dengan sistem evaluasi yang jelas. Pak Faizal selaku pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menyampaikan bahwa belum ada sistem evaluasi periodik bagi penilaian pendidikan karakter, namun sejauh mana pendidikan karakter sudah berjalan dapat dilihat melalui beberapa penelitian yang dilakukan

(Faizal/20/12/12).

Sesuai dengan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa belum ada parameter atau ukuran secara pasti untuk menilai apakah nilai-nilai karakter yang disusun sebagai penjabaran visi FKIP sudah tercapai atau belum. Hal ini menyebabkan mahasiswa belum mempunyai patokan atau pedoman atas perilaku yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan nilai-nilai karakter tersebut. Meski begitu, perilaku mahasiswa diharapkan dapat mengarah pada perubahan menuju sikap dan kepribadian layaknya calon pendidik.

commit to user

Meskipun menemui beberapa hambatan baik dari pihak mahasiswa maupun dosen, namun secara prinsip, tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Hambatannya antaranya itu. ada sebagian kecil dosen, sangat kecil yang ju ga tidak sepakat. Iya ada

1-(Faizal/20/12/12). Proses pendidikan karakter yang memang baru berjalan sekitar 5 tahun ini, masih berusaha menempatkan diri dalam situasi fisik dan sosial FKIP. Namun, hal ini diakui Pak Faizal, baik sistem maupun lingkungan telah mengalami kemajuan ke

tahap-Secara keseluruhan, baik sistem maupun lingkungan fisik dan sosial sudah cukup mendukung dalam proses pendidikan karakter. Meskipun hal ini diakui Pak Syarif belum sepenuhnya, namun 90 % komponen sudah siap untuk pembentukan mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas.

sudah mendukung, karena seperti saya contohkan, itu kan termasuk di sini bagaimana tanggapan..ya itu kan termasuk lingkungan, bagaimana pergaulan anak-anak FKIP dengan fakultas yang lain, itu kan termasuk salah satu faktor juga di lingkungan FKIP, saya kira sudah cukup

Mahasiswa yang ternyata belum mampu sepenuhnya mengaplikasikan nilai-nilai karakter yang diharapkan untuk mencapai berkarakter kuat dan cerdas karena beberapa sebab, antara lain kurang paham atas makna berkarakter kuat dan cerdas, belum adanya kesadaran pribadi, kurang adanya sosialisasi lanjut terkait dengan program maupun kebijakan, sikap konservatif warga kampus yang mempertahankan tradisi lama, belum adanya contoh yang bisa dijadikan teladan, serta pengaruh lingkungan fisik dan sosial.

Konsep pendidikan karakter bukan berarti harus menambahkan satu mata kuliah khusus mengenai pendidikan karakter, melainkan harus mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata kuliah yang diajarkan dalam kurikulum FKIP UNS. Bukan hanya itu, nilai-nilai karakter juga harus

commit to user

diilhami, dihayati, dan diaplikasikan oleh setiap civitas akademika dalam kehidupan kampus, baik dalam perkuliahan, dalam interaksi dengan warga kampus yang lain, maupun dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, dan kegiatan-kegiatan yang lain. Di mana setiap kegiatan maupun program harus diarahkan dan ditujukan untuk pencapaian visi berkarakter kuat dan cerdas.

Mahasiswa sebagai salah satu sasaran pencapaian visi berkarakter kuat dan cerdas, mengalami perubahan perilaku dari sejak pertama memasuki proses pembelajaran di FKIP hingga saat ini. Namun perubahan ini tidak dapat diukur dengan parameter angka secara pasti, melainkan menggunakan indikator-indikator kompetensi yang kemudian dicerminkan dengan perilaku nyata mahasiswa. Sejauh mana perubahan yang terjadi sebagai dampak penerapan pendidikan karakter di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tidak dapat dilihat hasilnya secara instan, melainkan sebagai proses yang terus menerus, kontinyu, dan berkesinambungan. Kehidupan kampus yang berjalan saat ini merupakan bagian dari proses untuk menuju/mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas.

commit to user

C. Pembahasan

1. Rumusan Berkarakter Kuat dan Cerdas sebagai Konsep Pendidikan

Karakter

Setelah melakukan penelitian di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS mengenai pelaksanaan pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi berkarakter kuat dan cerdas, dapat diketahui bahwa pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang telah dirumuskan oleh pihak kampus sebagai tujuan utama tersebut, ternyata belum dapat dimengerti dan dipahami secara sama oleh warga kampus. Meskipun telah ada upaya mengarahkan berbagai pandangan dan pendapat agar mencapai satu arah yang sejalan.

Sebagai sebuah tujuan utama yang ingin dicapai oleh FKIP, berkarakter kuat dan cerdas merupakan rumusan cita-cita mengenai kepribadian ideal seorang pendidik. Wajib kita ingat, bahwa FKIP merupakan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan yang berupaya menghasilkan dan

mengembangkan tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang handal dan profesional. Oleh karena itulah, rumusan berkarakter kuat dan cerdas diharapkan mampu dipahami oleh seluruh warga kampus FKIP, terutama dalam hal ini mahasiswa, sebagai obyek yang dididik untuk menjadi calon guru.

Setiap individu yang terlibat dalam pendidikan karakter di FKIP diharapkan memiliki ciri khas yang terwujud dalam ucapan dan perilaku yang ditunjukkan kepada individu lain dan lingkungan sekitar. Ciri khas inilah yang disebut sebagai karakter. Karakter atau yang seringkali diasosiasikan sebagai kepribadian disepakati sebagai suatu ciri yang khas yang dimiliki setiap individu yang memberikan kekhasan pada pribadinya, sehingga dapat dibedakan dengan individu yang lain. Inilah yang disampaikan oleh Pak Syarif yang mengharapkan mahasiswa FKIP terutama jurusan P IPS agar memiliki ciri khas keguruan yang

commit to user

berkarakter kuat dan cerdas, sehingga bisa dibedakan dengan mahasiswa fakultas lain.

duan segala tabiat atau perilaku manusia, paduan dari segala perilaku manusia yang bersifat tetap sehingga nanti akan menjadi tanda yang khusus dari pribadi. Antaranya kita membentuk itu tadi, jadi orang akan melihat, di depan sana misalnya ya, depan sana itu ada mahasiswa Senin, ada yang berjalan pakai putih gelap, ini mesti mahasiswa FKIP. Ini (Syarif/13/12/12)

Namun sayangnya, warga kampus sebagai sasaran dari visi FKIP ini belum sepenuhnya mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan cerdas. Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi ini sebagai slogan saja, tapi belum

apa ya, sebatas ucapan saja, untuk perbuatan atau tindakan dari mahasiswa sendiri

Menurut pengakuan Anwar tersebut, membuktikan bahwa beberapa mahasiswa belum memahami makna dari visi berkarakter kuat dan cerdas. Informan sekedar mengetahui visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai slogan teoritis yang sering digaungkan di FKIP, namun belum mengetahui praksis seperti apa yang harus dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya.

Hal ini sebenarnya belum bisa dianggap sebagai hasil dari proses pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi dan misi FKIP berupaya untuk menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan, bukan hanya sekedar pemahaman dan pengetahuan. Pengetahuan dan pemahaman berupa ucapan belum menunjukkan adanya perubahan perilaku sebagai hasil aktualisasi nilai-nilai karakter. Mahasiswa sebagai pelaku semestinya mampu mengaktualisasikan nilai-nilai karakter serta merefleksikan perbuatan dan tindakannya dalam kaitannya dengan perkembangan diri sendiri dan orang lain.

Pemahaman atas visi berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata belum mampu dimengerti oleh seluruh individu yang terlibat di dalam FKIP menjadi satu kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa saja

commit to user

membuat ketimpangan ketika satu individu dengan yang lain memperdebatkan pemahamannya atas esensi visi berkarakter kuat dan cerdas ini terkait dengan tindak lanjut dan strategi pelaksanaan pendidikan karakter dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Meskipun mahasiswa dan dosen memberikan pemaknaan yang sedikit berbeda-beda mengenai visi berkarakter kuat dan cerdas, seperti Pak Faizal yang lebih fokus pada amanah dan keteladanan serta kecerdasan baik intelektual, emosional, dan spiritual yang disepakati oleh bu Dini dan Sari, Pak Syarif yang memahami sebagai ciri khas kepribadian guru yang membedakan dengan fakultas lain, Pak Aryo yang berpendapat mengenai optimalisasi mata kuliah untuk membentuk pribadi pendidik, Yusuf yang mengemukakan bahwa sebagai guru nantinya harus menjaga nama baik almamater, Anwar yang mengatakan bahwa guru yang mampu berinovasi dan membawa perubahan positif bagi anak didiknya, maupun Esty yang secara terbuka mengakui kekurangtahuannya namun berpersepsi mengenai mentalitas yang kuat bagi calon guru. Namun mereka sudah mengarah pada satu titik pemahaman yang sama, yakni bahwa visi berkarakter kuat dan cerdas adalah harapan kepribadian ideal yang semestinya dimiliki oleh sosok seorang guru atau pendidik.

Inti dari rumusan berkarakter kuat dan cerdas menurut para informan yang kemudian dipahami sebagai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, ialah keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis terkait dengan kebebasan yang bertanggungjawab dalam memberikan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk pribadi dengan mentalitas yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Hal tersebut bukan berarti menambahkan satu mata kuliah khusus mengenai pendidikan karakter, namun dibangun dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum setiap program studi, di mana penanaman nilai-nilai karakter disisipkan di setiap mata kuliah.

commit to user

Pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata belum serupa, menunjukkan bahwa pada tataran moral knowing, yakni sebagai titik awal pembentukan karakter masih terdapat kekurangan. Baik pihak kampus maupun mahasiswa semestinya mengembangkan pengetahuan terkait dengan

moral knowing untuk berperilaku yang berkarakter kuat dan cerdas. Hal ini pun sedikit demi sedikit dapat membangun perasaan untuk berperilaku sesuai karakter pendidik yang kuat dan cerdas. Perilaku praksis yang menunjukkan karakter kuat dan cerdas pun diterapkan secara berkesinambungan dan terus menerus agar menjadi kebiasaan.

Visi berkarakter kuat dan cerdas pada gilirannya diharapkan mampu menjadi budaya baik sehingga akan memperbaiki perilaku-perilaku individu yang terlibat dalam pendidikan kampus FKIP. Perilaku yang berkarakter kuat dan cerdas yang masih dalam proses, diharapkan dapat mengilhami setiap langkah