• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan rasional instrumental meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Individu yang memiliki berbagai tujuan, dipandang mampu memilih suatu tujuan dengan kriteria tertentu. Kemudian, memilih alat-alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang dipilihnya. Akhirnya, pilihan menunjukkan pertimbangan efisisensi dan efektivitas individu. 2) Rasional berorientasi nilai

Tindakan rasional berorientasi nilai menunjukkan bahwa telah ada nilai-nilai yang bersifat absolut yang menentukan tujuan-tujuan, di mana kemudian alat-alat yang digunakan untuk mencapainya, merupakan obyek pertimbangan yang sadar.

3) Tindakan tradisional

Tindakan tradisional merupakan tindakan yang bersifat nonrasional. Individu yang berperilaku karena kebiasaan, atau yang mungkin dilakukan secara umum oleh banyak orang dalam kelompok atau masyarakatnya, tanpa melakukan refleksi yang sadar maupun perencanaan, perilaku inilah yang digolongkan sebagai tindakan tradisional.

4) Tindakan afektif

Tindakan ini ditandai dengan dominasi perasaan atau emosi, tanpa adanya refleksi intelektual ataupun perencanaan yang sadar. Tindakan ini bersifat tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, maupun kriteria rasionalitas lain.

Meski begitu, keempat tipe tindakan tersebut merupakan bentuk tipe ideal. Tidak banyak tindakan yang seluruhnya sesuai dengan salah satu tipe ideal tersebut. Misalnya, suatu tindakan tradisional mungkin mencerminkan kepercayaan pada nilai-nilai tradisi dalam masyarakat, di mana berarti tindakan ini mengandung rasionalitas yang berorientasi nilai. Pola perilaku khusus yang sama mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda, tergantung pada orientasi subyektif dari

commit to user

individu yang terlibat. Mahasiswa, dosen, staf kependidikan, maupun pembuat kebijakan di jurusan P IPS FKIP UNS mungkin memiliki arti subyektifnya masing-masing dalam berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter kuat dan cerdas.

3. Tinjauan Visi FKIP UNS

a. Visi Berkarakter Kuat dan Cerdas

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010, Pasal 84 ayat (2) a

insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; sehat, berilmu, dan cakap; kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan berjiwa wirausaha; serta toleran, peka sosial

tinggi sebagai satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sepenuhnya terikat dan harus merujuk pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang secara substantif mengandung visi dan misi pendidikan karakter. Oleh karena itu secara imperatif perguruan tinggi merupakan salah satu situs pendidikan karakter yang mengejawantahkan pembangunan karakter bangsa. Menurut Winataputra (2010)

Pengembangan nilai/karakter di perguruan tinggi juga mencakup pilar Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan (yang mencakup kegiatan pembelajaran secara kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler), penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta pengembangan budaya satuan pendidikan tinggi (university culture) yang tercermin dalam kegiatan keseharian dalam berbagai bentuk perilaku keseharian di kelas, laboratorium, lapangan olah raga, studio, situs virtual, dan dalam masyarakat kampus atau kantor, dan lingkungan kampus/kantor.

yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran si FKIP UNS merupakan agenda tujuan-tujuan yang akan diwujudkan oleh FKIP UNS melalui program dan kegiatan yang disusun dalam rencana pengembangan dengan program-program

commit to user

yang dapat diukur dengan prestasi dan kualitas yang dicapai. Untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang handal dan profesional, maka dibutuhkan lembaga yang handal dan profesional pula. Oleh karena itu, FKIP UNS mempunyai visi menjadi

dan cerdas mengandung cita-cita, nilai, semangat, dan motivasi yang merupakan proses sekaligus usaha, yang digambarkan dengan serangkaian kegiatan dan sasaran dari lembaga, sehingga akan mampu menghasilkan lulusan yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, moral, dan sosial.

Untuk merealisasikan visi berkarakter kuat dan cerdas tersebut, maka FKIP UNS merumuskan misinya sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif dalam bidang kependidikan

3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

4) Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan

Rumusan pendidikan karakter semestinya diungkapkan secara jelas secara lisan maupun tertulis serta mampu dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam kehidupan kampus, seperti yang telah dirumuskan dalam visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas. Visi pendidikan karakter yang ditetapkan merupakan cita-cita yang akan dicapai melalui kinerja lembaga pendidikan. Tanpa visi yang diungkapkan melalui pernyataan yang jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat di dalam lembaga pendidikan tersebut, setiap usaha pengembangan pendidikan karakter akan sia-sia. Maka, visi berkarakter kuat dan cerdas nantinya akan menjadi dasar acuan bagi setiap kerja, penyusunan program, dan pendekatan pendidikan karakter yang dilaksanakan di kampus.

commit to user

Visi dan misi FKIP UNS tersebut juga didukung dengan visi dan misi 5 program studi yang berada dalam lingkup Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu Pendidikan Sosiologi Antropologi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

1) Pendidikan Sosiologi Antropologi

Visi Pendidikan Sosiologi Antropologi: Menjadi program studi penghasil dan pengembang tenaga-tenaga kependidikan Sosiologi Antropologi berkarakter kuat, cerdas, dan berakhlak mulia.

Misi Pendidikan Sosiologi Antropologi:

a) Mendidik calon tenaga kependidikan Sosiologi Antropologi yang profesional, berakhlak mulia, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b) Mengembangkan landasan keilmuwan pendidikan dan pembelajaran Sosiologi Antropologi yang berkarakter dan berkompetensi

c) Mendidik calon tenaga guru atau pendidik pendidikan Sosiologi

Antropologi yang mampu merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi, membimbing, melatih, dan melakukan proses pembelajaran

d) Melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mampu berkompetisidan berkolaborasi di lapangan tingkat regional, nasional, dan internasional.

2) Pendidikan Ekonomi

Visi Pendidikan Ekonomi: Menjadi Program Studi penghasil tenaga pendidik yang memiliki kompetensi unggul di bidang Pendidikan Ekonomi di Asia Tenggara yang berkarakter kuat dan cerdas tahun 2015.

Misi Pendidikan Ekonomi:

a) Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran, dan bimbingan secara efektif untuk menghasilkan lulusan di bidang pendidikan ekonomi (Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Bidang Keahlian

commit to user

Khusus Pendidikan Tata Niaga, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran) yang unggul, berdaya saing tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

b) Melaksanakan penelitian dan pengembangan yang mendukung

pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran agar mampu menghasilkan berbagai inovasi dalam bidang pendidikan ekonomi.

c) Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat.

d) Memperluas jaringan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri dalam bidang tri dharma perguruan tinggi.

e) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang pengembangan bidang pendidikan ekonomi.

3) Pendidikan Geografi

Visi Pendidikan Geografi: Menjadi program studi unggulan dalam menghasilkan guru Geografi yang profesional, serta sebagai pusatpengembangan dan pelayanan data spasial dan media pembelajaran di tingkat nasional.

Misi Pendidikan Geografi:

a) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Geografi yang berbasis teknologi informasi yang menghasilkan guru profesional yang memiliki kompetensi di tingkat nasional.

b) Meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c) Mengembangkan dan memberi pelayanan media pembelajaran

Geografi.

d) Mengembangkan, menganalisis, dan memberi pelayanan data spasial. 4) Pendidikan Sejarah

Visi Pendidikan Sejarah: Menghasilkan sarjana Pendidikan Sejarah profesional yang memiliki wawasan bidang ilmu sosial yang luas dalam meningkatkan kualitas pendidikan menengah dan LPTK yang relevan dengan perkembangan zaman serta ilmu dan teknologi melalui pembelajaran yang inovatif.

commit to user

a) Menghasilkan tenaga kependidikan sejarah yang profesional.

b) Menyelenggarakan pendidikan sejarah dengan konsep pembelajaran berorientasi pada kurikulum nasional yang ditunjang oleh kurikulum lokal sebagai wahana adaptasi/pengembangan secara fleksibel yang disempurnakan secara berkelanjutan.

c) Meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan sejarah dan

meningkatkan proses pematangan kepribadian (budi pekerti, norma, dan etika) sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki ketrampilan dan penguasaan pendidikan sejarah dalam konteks sosial sesuai

teaching university.

d) Mengembangkan pembelajaran sejarah yang inovatif sebagai

sumbangsih bagi dunia keilmuan dan pendidikan.

e) Berperan serta dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal dan budaya nasional dalam menghadapi globalisasi.

f) Mengembangkan penelitian pendidikan sejarah dan pengabdian pada masyarakat sebagai kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pendidikan sejarah.

g) Melakukan kemitraan dengan pihak luar dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

5) Pendidikan Kewarganegaraan

Visi Pendidikan Kewarganegaraan: Menjadi lembaga pengembangan dan pembudayaan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan yang unggul dengan berorientasikan pada nilai-nilai ideologi dan konstitusi negara.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan:

a) Menyelenggarakan pembelajaran dalam bidang pendidikan

kewarganegaraan dalam mengembangkan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air dalam mendukung kemajuan bangsa. b) Menyelenggarakan penelitian dan kajian yang berorientasikan pada

pengembangan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan

commit to user

c) Menyelenggarakan program pengabdian pada masyarakat yang

berorientasikan pada pemberdayaan masyarakat agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, kritis, peka, dan kontributif terhadap bangsa.

d) Mengembangkan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan

kewarganegaraan yang didasarkan pada ideologi dan konstitusi negara untuk menunjang pembelajaran dalam bidang kewarganegaraan. Visi yang baik akan membentuk budaya yang pada gilirannya akan memperbaiki prestasi dan kualitas lembaga pendidikan serta calon lulusannya. Berkaitan dengan hal tersebut, ada lima lapisan yang biasanya dapat diamati secara langsung di dalam sebuah lembaga pendidikan, dalam hal ini lembaga sekolah yang disampaikan oleh Koesoema (2007: 157-159), yaitu lapisan pertama yang bisa dilihat dalam satu momen pendidikan adalah lapisan operasional sekolah. Dalam lapisan operasional sekolah ini, orang akan melihat secara langsung berbagai macam kegiatan rutin yang terjadi di sekolah. Lapisan kedua adalah organisasi sekolah. Yang dimaksud dengan organisasi adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengaturan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Lapisan kedua merupakan kesepakatan bersama, berupa peraturan tertulis dan kesepakatan bersama, yang diketahui oleh masing-masing individu di dalam sekolah sehingga mereka dapat berpartisipasi secara tepat dan efektif sesuai dengan pengorganisasian kegiatan sekolah tersebut.

Lapisan ketiga adalah pembuatan program sekolah. Program ini bukan sekadar penentuan waktu dan jadwal kegiatan, melainkan berkaitan langsung dengan isi pendalaman yang akan menjadi sasaran program tersebut. Lapisan keempat berkaitan dengan kebijakan sekolah (policy). Kebijakan sekolah berkaitan dengan urusan tentang bagaimana sekolah mau dijalankan. Lapisan kelima berupa tujuan (purpose) sekolah. Tujuan ini bisa mengacu pada tujuan umum yang ingin dicapai oleh sekolah. Tujuan umum ini bisa disebut dengan visi, yaitu berupa latar belakang filosofis kinerja pendidikan yang dipercaya oleh lembaga pendidikan. Visi ini merupakan cita-cita yang akan diraih. Rumusan visi ini, agar operasional dan terukur dijelmakan melalui rumusan misi sekolah. Misi

commit to user

sekolah merupakan sebuah rumusan akan tujuan (goal) yang ingin direalisasikan secara nyata. Tujuan yang ingin direalisasikan ini dapat ditera dan diukur melalui indikator tertentu. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya misi sekolah dapat dievaluasi secara transparan objektif melalui parameter tertentu.

Lapisan keenam adalah keyakinan dan asumsi. Keyakinan dan asumsi yang dimiliki oleh lembaga pendidikan ini biasanya tidak tertulis, namun diyakini ada dan menjadi dasar berlangsungnya proses pendidikan keyakinan dan asumsi ini biasanya tidak perlu ditulis sebagai kesepakatan, namun diandaikan ada. Lapisan paling dalam, merupakan dasar stabilitas relasional yang menjembatani antara orang tua dan sekolah. Tanpa kepercayaan satu sama lain yang diandaikan ada, lembaga pendidikan tidak berfungsi. Tanpa kepercayaan dan niat baik dari masing-masing pihak, sekolah tidak akan memiliki makna. Betapa pun penting dan fundamentalnya lapisan keenam tersebut, lapisan ini tidak memiliki daya paksa atau daya operasional dalam kegiatan sekolah seandainya sekolah itu tidak menetapkan tujuan-tujuan bagi kinerja lembaga pendidikan mereka. Namun, bila sekolah tidak memiliki tujuan, proses pendidikan yang terjadi pasti akan memberikan hasil-hasil tertentu. Antara tujuan pendidikan dan hasil langsung dari sebuah kegiatan mendidik memang tidak memiliki korelasi secara langsung.

Sag

umum mengenai misi organisasi dan merupakan sumber legitimasi yang

Sehingga tujuan merupakan suatu patokan yang dapat digunakan anggota organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan organisasi yaitu mengenai efektivitas dan efisiensi.

FKIP UNS memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tinggi dan berkepribadian pendidik serta masa studi dan masa tunggu makin pendek 2) Menghasilkan penelitian dan pengembangan yang semakin meningkat

dalam kualitas maupun kuantitas

3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang semakin meningkat dalam kualitas dan kuantitas

commit to user

4) Menghasilkan produk-produk inovatif dalam bidang kependidikan

Maka, tujuan tersebut dijadikan sebagai dasar ukuran untuk mengevaluasi setiap peningkatan kualitas baik akademik, personal, maupun penyempurnaan sistem pendidikan.

Komitmen bersama pimpinan FKIP UNS:

1) Memiliki kesamaan kepentingan dan kesadaran spiritual untuk

mewujudkan visi FKIP UNS dalam membentuk tenaga kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas

2) Memiliki kesamaan kpeentingan dan kesadaran spiritual dalam

mewujudkan misi FKIP UNS melalui peningkatan daya saing institusi melalui komunikasi yang produktif, efektif, santun

3) Prestasi sebagai keberhasilan bersama berdasarkan Standart Performance

yang disepakati. Apresiasi atas kekuatan (strength) dan keunggulan (advantage) dari masing-masing institusi

4) Menjadikan kebodohan dan ketidaklayakan dalam melayani konsumen FKIP UNS menjadi musuh bersama untuk dikikis dan diperbaiki secara terus menerus

Visi lembaga pendidikan akan menentukan sejauh mana program pendidikan karakter berhasil diterapkan di dalam lingkungan kampus. Visi FKIP UNS sebagai idealisme dan cita-cita yang secara konkret menjadi pedoman perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap civitas akademika di FKIP UNS semakin tumbuh dan berkembang secara utuh.

b. Guru Berkarakter Kuat dan Cerdas

Seorang guru sebagai pendidik harus memiliki karakter yang kuat serta memenuhi kompetensi pendidik. Menurut UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (10)

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dihayati dan dikuasai oleh guru

adalah mereka yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan hati nurani, bukan tuntutan material oriented, yang membatasi tugas dan tanggung jawab mereka

commit to user

sebagai guru dan sebatas dinding sekolah. Mulyasa (2008: 75-184) mengkategorikan kompetensi yang harus dimiliki guru, antara lain:

1) Kompetensi paedagogik 2) Kompetensi kepribadian 3) Kompetensi profesional 4) Kompetensi sosial

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Seorang guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru dan tentunya juga untuk meningkatkan status guru menjadi tenaga profesional yang semuanya tercakup dalam keempat kompetensi tersebut. Seorang guru yang berkarakter, berarti guru tersebut telah memenuhi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai amanah dan keteladanan.

Guru yang menjunjung tinggi nilai amanah dan keteladanan patut dijadikan sebagai contoh. Guru sebagai sosok yang patut dicontoh, harus menunjukkannya dalam sikap, tindakan, dan penalaran yang baik, serta menunjukkan guru yang berkarakter, seperti pendapat Muslich (2011: 142), yaitu:

1) Memiliki pengetahuan keagamaan yang luas dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara aktif

commit to user