• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pendidikan karakter, keteladanan yang dibutuhkan oleh guru berupa konsistensi dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya, kepedulian terhadap nasib orang tidak mampu, kegigihan dalam meraih prestasi secara individu dan sosial, ketahanan dalam menghadapi tantangan, rintangan, dan godaan, serta kecepatan dalam bergerak dan beraktualisasi.

2) Inspirator

Seseorang akan menjadi sosok inspirator jika ia mampu

membangkitkan semangat untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi bagi diri dan masyarakat. Jika semua guru mampu menjadi sosok seorang inspirator maka kader-kader bangsa akan muncul sebagai sosok inspirator.

3) Motivator

Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru dalam membangkitkan spirit, etos kerja, dan potensi dalam diri peserta didik. Setiap anak adalah unik, yang mempunyai bakat spesifik dan berbeda dengan orang lain. Maka, tugas guru adalah melahirkan potensi tersebut ke permukaan dengan banyak berlatih, mengasah kemampuan, dan mengembangkan potensi semaksimal mungkin.

4) Dinamisator

Artinya seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat, tetapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi. Guru harus kaya dengan gaagasan, pemikiran, kreativitas, serta visi yang jauh ke depan. Seorang guru juga harus mempunyai kemampuan manajemen, kemampuan sosial, dan humaniora, serta jaringan yang luas.

5) Evaluator

Artinya, guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Guru juga harus mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan, dan agenda yang direncanakan.

commit to user

Evaluasi adalah wahana meninjau kembali efektivitas, efisiensi, dan produktivitas sebuah program.

Profesi guru menuntut profesionalitas yang tinggi, sehingga harus terus dikembangkan. Pengembangan profesionalitas guru bukan hanya terletak pada kualitas lembaga pendidikan yang pernah ditempuhnya, namun pada kemauan dan kemampuan guru untuk mengembangkan diri ketika sudah menduduki profesinya sebagai guru. Sajidan (2011: 9-12) mengemukakan minimal ada tujuh indikator yang harus terus dibangun oleh guru/pendidik dalam rangka mengembangkan profesionalitas, yaitu antara lain:

Indikator pertama, adalah keterampilan mengajar (teachingskill). Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik tinggi adalah guru yang senantiasa memilih model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar (KD) dan karakteristik peserta didik. Indikator kedua adalah wawasan content pengetahuan yang ia sampaikan. Kompetensi ini secara umum dikenal dengan sebutan kompetensi profesional. Guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya dengan meningkatkan penguasaan pengetahuan secara terus menerus.

Indikator ketiga adalah dinamis terhadap perubahan kurikulum (dynamic curriculum). Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan dam masukan dari para pakar. Saat ini di semua satuan tingkat pendidikan menerapkan KBK/KTSP, sehingga dalam implementasi KBK, guru memposisikan diri sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (student centered learning).

Indikator keempat adalah penggunaan alat pembelajaran /media pembelajaran yang baik (good using learning equipment/media). Pengembangan alat/media pembelajaran dapat berbasis kompetensi lokal maupun modern dan berbasis ICT (ICT based learning). Indikator kelima adalah penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi mutlak diperlukan oleh guru.

Indikator keenam adalah sikap personal. Guru adalah agen pembelajaran dan sekaligus sebagai agen pembentuk karakter. Pendidikan karakter mampu menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik, sehingga peserta

commit to user

didik menjadi paham tentang mana yang baik dan yang salah, mampu merasakan nilai yang baik dan mau melakukannya (knowing the good, feeling the good, and acting the good). Pendidikan karakter merupakan sebuah proses panjang yang memerlukan kontinuitas dalam perbuatan, artinya untuk membentuk peserta didik yang berkarakter baik diperlukan upaya secara berkelanjutan/ konsisten.

Indikator ketujuh adalah guru hendaknya menjadi teladan (best practises) bagi peserta didiknya. Untuk mengetahui ciri-ciri ideal seorang guru yang dapat dijadikan teladan oleh peserta didik, paling tidak melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan pembiasaan dan pendekatan yang terprogram melalui intervensi dalam pembelajaran.

Pendekatan pembiasaan (habituasi) dilakukan oleh seorang pendidik karena terjadi dalam interaksi keseharian, misalnya dalam proses belajar mengajar, maupun dalam proses pergaulan di luar kelas. Keberhasilan tipe

keteladanan seperti keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, penampilan

(performance), tingkah laku, tutur kata dan sebagainya. Pendekatan yang terprogram melalui intervensi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara penjelasan atau perintah agar diteladani. Seperti lazimnya seorang guru memerintah muridnya untuk membaca, mengerjakan tugas, tugas terstruktur yang dikerjakan di luar kelas atau seorang guru memberi penjelasan di depan siswa kemudian ditirukan oleh murid-muridnya. Pendekatan ini dilakukan agar peserta didik terlatih dalam kedisiplinan dan keuletan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

commit to user

Gambar 2.2. Indikator Guru dan Dosen Profesional (Sumber: Sajidan, 2011:9)

Cerdas bukanlah berupa kecerdasan tunggal, namun kecerdasan yang bersifat ganda, yang mencakup kecerdasan intelektual (Intelectual Quotient-IQ), kecerdasan emosi (Emotional Quotient-EQ), dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient-SQ). Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk mempelajari sesuatu serta menangani situasi baru. Kecerdasan intelektual memiliki peran dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mensintesis objek, memberikan informasi mengenai baik buruk, untung rugi, dan sebagainya. Seorang guru harus cerdas secara intelektual, karena guru sebagai pendidik dan pengajar yang mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didik.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengelola dan mengontrol diri pada setiap situasi. Menurut Goleman

kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, daya tahan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,

mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan dalam pengelolaan diri ini bukan hanya ketika berhadapan dengan peserta didik saja,

GURU DAN DOSEN PROFESIONAL GOOD TEACHING SKILL GOOD KNOWLEDGEABLE DYNAMIC CURRICULUM GOOD USING LEARNING EQUIPMENT/ MEDIA GOOD USING TECHNOLOGY GOOD PROFESIONAL ATTITUDE GOOD EXAMPLE/BEST PRACTISES

commit to user

namun juga saat berhadapan dengan teman seprofesi, orang tua siswa, maupun masyarakat.

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan spiritual mencakup kemampuan berpandangan holistik, bersikap fleksibel, menghadapi penderitaan dan rasa sakit, kesadaran diri yang tinggi, serta kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Seorang guru dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu melihat kebermaknaan dirinya dalam konteks hidup yang luas, sehingga mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat. Guru yang cerdas secara spiritual akan menjadi sosok teladan bagi peserta didiknya.

Guru yang cerdas, berarti ia bisa berpikir dan bertindak cerdas, maksudnya seorang guru cepat tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti dan memahami masalah yang dihadapi, tajam dalam menganalisis dan mencari alternatif solusi, serta mampu memecahkan masalah dengan tindakan yang tepat. Guru yang cerdas berarti ia cerdas secara intelektual, emosi, dan spiritual. Nilai-nilai utama yang menjadi pilar cerdas adalah responsif, analitis, inovatif, dan solutif. Guru juga harus cerdas dalam membaca, memanfaatkan, dan mengembangkan peluang secara produktif dan kompetitif. Profil guru yang berkarakter kuat dan cerdas berarti ia mampu menumbuhkan inspirasi agar peserta didik dapat mengembangkan potensidirinya secara optimal.

Hidayatullah (2009: 236-238) menggambarkan budaya kerja yang berlandaskan karakter kuat (meliputi amanah dan keteladanan) dan cerdas, sebagai berikut:

commit to user

Tabel 2.2. Karakteristik, Definisi, dan Indikator Budaya Kerja

No. Karakteristik Definisi Indikator

1 Komitmen Tekad yang mengikat dan melekat

pada seorang pendidik untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik

Memiliki ketajaman visi Rasa memiliki (sense of belonging) Bertanggung jawab (sense of responsibility)

2 Kompeten Kemampuan seorang pendidik

dalam menyelenggarakan pembelajaran (mengajar dan mendidik) dan kemampuan memecahkan berbagai masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Senantiasa mengembangkan diri Ahli di bidangnya Menjiwai profesinya Memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional

3 Kerja keras Kemampuan mencurahkan atau

mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai

Bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh Bekerja melebihi target (extra ordinary process) Produktif ( out-standing result)

4 Konsisten Kemampuan melakukan sesuatu

dengan istiqomah, ajeg, fokus, sabar, dan ulet serta melakukan perbaikan yang terus menerus

Memiliki prinsip (istiqomah) Tekun dan rajin Sabar dan ulet Fokus

5 Kesederhanaan Kemampuan mengaktualisasikan

sesuatu secara efektif dan efisien

Bersahaja Tidak mewah Tidak berlebihan Tepat guna

6 Kedekatan Kemampuan berinteraksi secara

dinamis dalam jalinan emosional antara dosen dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran/pendidikan Perhatian pada mahasiswa (student centered) Learning centered Terjalinnya

commit to user

hubungan emosional yang harmonis 7 Pelayanan maksimal

Kemampuan untuk membantu atau melayani atau memenuhi

kebutuhan peserta didik secara optimal

Dipenuhinya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kepuasan

Cepat dan tanggap Pelayanan cepat Proaktif

8 Cerdas Kemampuan cepat mengerti dan

memahami, tanggap, tajam dalam menganalisis dan mampu mencari laternatif-alternatif solusi, dan mampu

memecahkan masalah (cerdas intelektual)

Kemampuan memberikan makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sehingga hasilnya optimal (cerdas emosi dan spiritual)

Responsif, analitis, inovatif, dan solutif Mewarnai berbagai aktivitas yang dilakukan (Sumber: Hidayatullah, 2009: 237-238)

Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani Ekowati (2010) dengan judul Relevansi Visi Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dengan Kepribadian Mahasiswa. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sesuai dengan penjabaran visi misi FKIP UNS Berkarakter Kuat dan Cerdas, maka mahasiswa FKIP UNS belum secara keseluruhan dalam menjalankan visi misi tersebut, dan sebagian kecil dari keseluruhan indikator visi misi belum diterapkan pada mahasiswa. Hal tersebut dibuktikan antara lain dengan yang pertama, masih ditemukannya mahasiswa yang belum menaati aturan seragam yang telah ditetapkan pada hari Senin dan Selasa, padahal seragam yang telah ditetapkan adalah salah satu simbol yang dapat menunjukkan aspek kesederhanaan yang ingin diterapkan dalam jabaran karakter kuat yang berusaha ditanamkan pada diri

commit to user

mahasiswa, berarti mahasiswa belum mempunyai jiwa keguruan yang seharusnya menjadi dasar bagi calon pendidik. Kedua, masih ditemukannya mahasiswa yang tidak jujur dalam melaksanakan ujian untuk mengukur aspek kognitif, maka poin amanah pada penjabaran karakter belum bisa dijalankan oleh sebagian mahasiswa selain itu mahasiswa belum bisa menerapkan aspek kerja keras sebagai kunci keberhasilan. Ketiga, mahasiswa kurang tertarik pada kegiatan sosial dan organisasi kampus, dari hal itu dapat ditarik benang merah bahwa mahasiswa belum dapat menggali potensi yang ada pada diri mahasiswa yang bersangkutan untuk dapat menjadi calon guru yang memiliki karakter kuat dan cerdas.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Furqon

menceritakan penelitiannya tentang pendidikan karakter terutama pendidikan karakter yang dilakukan dalam kehidupan sekolah. Isinya meliputi tujuan pendidikan, akhlak dan karakter, kedudukan dan pentingnya karakter, pentingnya guru berkarakter, tahap-tahap pendidikan karakter, strategi pembentukan karakter, nilai-nilai karakter, dan semua hal yang menyangkut pendidikan karakter di sekolah.

B. KERANGKA BERPIKIR

Visi FKIP UNS Berkarakter Kuat dan Cerdas merupakan agenda tujuan-tujuan yang akan diwujudkan oleh FKIP UNS melalui program dan kegiatan yang disusun dalam rencana pengembangan dengan program-program yang dapat diukur dengan prestasi dan kualitas yang dicapai. FKIP UNS mengusung visi menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan t dan cerdas merupakan prioritas nilai yang mengandung cita-cita, semangat, dan motivasi yang merupakan proses sekaligus usaha, yang digambarkan dengan serangkaian kegiatan dan sasaran dari lembaga, sehingga akan mampu menghasilkan lulusan yang bukan hanya berkarakter dan cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, moral, dan sosial.

commit to user

Rumusan visi ini kemudian dijelmakan menjadi misi. Misi merupakan sebuah rumusan operasional akan tujuan (goal) yang ingin direalisasikan secara nyata. Maka FKIP UNS merumuskan misinya sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

2. Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif dalam bidang kependidikan

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

4. Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan

Visi dan misi tersebut kemudian menjadi dasar penetapan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh FKIP UNS, yakni sebagai berikut:

1. Menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tinggi dan berkepribadian pendidik serta masa studi dan masa tunggu makin pendek 2. Menghasilkan penelitian dan pengembangan yang semakin meningkat

dalam kualitas maupun kuantitas

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang semakin meningkat dalam kualitas maupun kuantitas

4. Menghasilkan produk-produk inovatif dalam bidang kependidikan

Selanjutnya, dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi serta Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 553/H27/PP/2009 tentang Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam Sistem Kredit Semester,

pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi diterapkan di setiap

commit to user

Visi dan misi tersebut juga menjadi dasar acuan bagi penyusunan program dan kebijakan dengan pendekatan pendidikan karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai karakter dan kecerdasan. Lebih lanjut, strategi/pendekatan untuk melaksanakan pendidikan karakter untuk mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas disusun sesuai dengan program dan kebijakan yang telah ditetapkan. Kemudian program serta pembelajaran KBK diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan kampus, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian,

maupun pengabdian masyarakat, serta pengembangan IPTEKS (Ilmu

Pengetahuan, Teknologi, dan Seni).

Dalam pelaksanaan inilah akan terlihat bagaimana perilaku mahasiswa dalam kehidupan kampus, apakah sudah berjalan sesuai dengan indikator-indikator nilai karakter yang dilaksanakan melalui pendidikan karakter untuk menuju visi berkarakter kuat dan cerdas. Sehingga dari keseluruhan pelaksanaan pendidikan karakter yang meliputi program maupun kurikulum dalam kehidupan kampus, sebagai proses pembentukan dan pengembangan karakter serta kecerdasan warga kampus, akan menghasilkan output mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas.

commit to user

Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir Pelaksanaan dalam

Kehidupan Kampus

Perilaku Mahasiswa Visi dan Misi FKIP UNS

Program dan kebijakan FKIP UNS

Tujuan FKIP UNS

Output Mahasiswa Berkarakter Kuat dan Cerdas Lingkungan Kampus FKIP

UNS

Dosen, staf, sarana prasarana, fasilitas, dll Kurikulum Berbasis

Kompetensi Strategi/pendekatan

commit to user