• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONNECTIVISME PADA PESERTA DIDIK

Luluk Zulaika

Jurusan Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang E-mail : loe2que@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perkembangan teknologi digital yang terus meningkat, bebas, terbuka dan hampir menyeluruh disemua kalangan, tentu memiliki dampak baik positive dan negative, salah satunya pada penyelenggaraan pendidikan, terutama pada peran komponen peserta didik, pendidik, dan juga wali peserta didik. Dampak yang bisa langsung dilihat adalah semakin intens-nya interaksi digital mereka pada penggunaan media digital. Interaksi pada media digital baik dalam mencari informasi, Download, upload, on-line sosial media maupun game. Sedangkan motivasi belajar adalah daya upaya seseorang untuk melakukan proses belajar dan pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, bisa dari individu peserta didik, maupun lingkungan_nya. Namun motivasi belajar merupakan faktor yang vital dalam proses pembelajaran. Hubunganya dengan Interaksi Digital adalah bahwasannya ada hubungan antara Interaksi Digital dengan Motivasi Belajar. Mereka yang interaksi digitalnya intensif belum tentu

minat belajarnya rendah, begitu pula yang interaksinya digitalnya rendah belum tentu “motivasi”

belajarnya tinggi, bisa jadi kebalikan dari interaksi tersebut karena banyak faktor yang mempengaruhi. Begitulah yang terjadi di SMK HIDAYATUS SHOLIHIN. Sedangkan Connectivisme adalah teori pembelajaran yang dikembangkan dijaman digital, yang mana landasannya yaitu untuk mengakomodir kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien memenuhi sifat pengakajian Ilmu di zaman digital. Connectivisme dikembangkan dengan membangun koneksi atau hubungan di media digital. Premisnya yaitu, pengetahuan ini ada di dunia bukan hanya ada dalam satu individu saja. Dengan menghubungkan satu orang dengan orang lainnya di dunia yang memiliki pengetahuan yang beragam maka kita bisa belajar dengan sendirinya, khususnya pada media digital. Pada tulisan ini menggambarkan konsep umum, faktor-

faktor “Interaksi Digital dan Motivasi Belajar” dan hasil penelitian tentang Aplikatif

Connectivisme Pada Peserta Didik dari Interaksi Sosial Dan Motivasi Belajar. Kata kunci: interaksi digital, motivasi belajar, connectivisme

LATAR BELAKANG

Era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada era tersebut menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-harinya, khususnya berkomunikasi. Yang dimaksudkan dengan menggunakan sistem digital dalam kehidupan sehari-hari adalah semakin intensnya mereka dalam berinteraksi dengan media digital misalnya HP, Laptop, Komputer, Tablet, android dll. Dan istilah ini kebanyakan orang-orang menyebutnya dengan istilah ―Interaksi Digital‖ atau Interaksi Teknologi Digital. Interaksi Teknologi Digital sebagai sarana mempermudah segala kebutuhan ataupun sebagai gaya hidup. Tak terkecuali disini adalah masyarakat belajar (peserta didik dan guru). Peserta didik dan guru adalah masyarakat belajar yang mana mereka yang pada saat ini hidup

21

diera digital turut mengalami perubahan dan gaya belajar yang berbeda dari jaman tradisional.

Definisi Interaksi digital masih menjadi perdebatan di bidang ilmu informasi, komunikasi dan desain industri. Namun Penulis mengartikan Interaksi digital sebagai suatu hubungan dua arah atau lebih yang dilakukan oleh user (manusia) dengan komponen lain (bisa manusia, atau benda) dengan menggunakan media teknologi berbasis digital, bisa HP, Laptop, Komputer, Tablet, android dll. Dimana dalam suatu interaksi adanya hubungan timbal balik. Dalam arti sempit interaksi digital berarti hubungan user dan media digital yang saling mempengaruhi.

Interaksi digital di Indonesia berkembang seiring perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi digital Menurut Communication Technology Timeline yang dikutip Dan Brown, berbagai jenis media elektronik di dunia mulai merebak pada awal tahun 1880an dimulai dengan alat komunikasi telepon, tape-recorder, radio. Barang elektronik lainnya seperti televisi, TV kabel, telepon selular baru mulai digunakan oleh banyak masyarakat sekitar tahun 1940 – 1970an (Grant, 2010: 10). Teknologi komunikasi dari media elektronik pada awalnya masih menggunakan sistem analog, dan baru beralih ke sistem digital dengan ditandai hadirnya transformasi produk media seperti e-book, internet, koran digital, e- library, e-shop dsb. Masa ini juga sering disebut sebagai revolusi digital.

Interaksi digital membawa dampak kesegala bidang. Baik bidang ekonomi, sosial budaya, hubungan internasional, maupun Pendidikan. Khususnya dalam bidang pendidikan dan penyelenggaraan pembelajaran, terutama pada peran komponen peserta didik, pendidik, dan juga wali peserta didik. Dan hal tersebut dapat dilihat di SMK Hidayatus Sholihin. Dimana Interaksi Digital di SMK Hidayatus Sholihin dapat dilihat pada gaya hidup peserta didik dalam kehidupan sehari-hari terutama ketika di lingkungan sekolahan.

Interaksi digital menurut hemat penulis selaku guru KKPI (Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) penting untuk di teliti lebih mendalam, dikarenakan peserta didik adalah peserta belajar. Dimana kewajiban peserta belajar adalah belajar, sedangkan interaksi digital yang dilakukan peserta didik di SMK Hidayatus Sholihin tidak hanya diluar kelas saja, melainkan terbawa hingga kedalam kelas ketika berlangsungnya proses belajar mengajar. Meskipun

22

pelajaran KKPI (Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajarai tentang Komputer dan pengelolaan informasi baik dari segi hardware (perangkat keras), Software (perangkat lunak/aplikasi) serta brainware. Yang tidak menuntut kemungkinan juga mengharuskan peserta didik berinteraksi dengan media digital, namun interaksi tersebut ada batasannya, yang mana batasan tersebut dipengaruhi oleh kurikulum sekolah sebagai acuan belajar peserta didik. Sedangkan dalam hal ini interaksi digital yang dilakukan peserta didik di SMK Hidayatus Sholihin belum diketahui batasannya. Artinya interaksi tersebut terkait dengan pembelajaran atau atau lebih dari itu.

Interaksi digital juga penting untuk diteliti karena interaksi adalah sesuatu yang sering dilakukan, dan sesuatu yang sering dilakukan biasanya memiliki dampak. Sebagai seorang pelajar, dampak interaksi biasanya dihubungkan dengan minat atau motivasi belajar, dan hasil belajar.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 84). Bagi siswa belajar, motivasi merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki oleh siswa ketika ingin belajar. Karena motivasi adalah prasyarat utama dalam belajar. Logikanya jika motivasi belajar siswa rendah, maka hasil belajar siswa juga akan rendah dikarenakan minat siswa ketika melakukan proses belajar mengajar kurang maksimal.

Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 89). Motivasi Intrinsik adalah adalah motifatif-motifatif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Artinya siswa ingin belajar dikarenkan benar-benar ingin memiliki pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara kontruktif, tidak karena tujuan yang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Artinya siswa belajar bukan dikarenakan kemauannya sendiri melainkan karena adanya dorongan dari luar atau tujuan-tujuan tertentu jika belajar. Jika dihubungkan dengan motivasi yang mempengaruhi pembelajaran, interaksi digital bisa dikategorikan motivasi

23

ekstrinsik yang mempengaruhi belajar siswa. Hal itu dikarenakan motivasi yang timbul dikarenkan adanya hubungan siswa dengan media digital dalam kegiatan belajar mengajar.

Dari uraian tersebut diatas tujuan penulis adalah ingin mengatahui sejauh mana interaksi digital siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan ada tidaknya pengaruh interaksi digital terhadap motivasi belajar, dan sejauh mana interaksi digital mempengaruhi motivasi belajar siswa. Terkait Connectivisme adalah solusi yang ingin penulis lakukan, apabila terdapat pengaruh adanya interaksi digital terhadap motivasi belajar siswa.

Connectivisme sebagai pemecahan masalah interaksi digital terhadap motivasi belajar dikarenkan, interaksi digital menjadi obyek utama yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sedangkan connectivisme adalah teorti pembelajaran yang dikembangkan di era digital. Yang mana seiring dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Menurut Connectivisme Pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari pergeseran elemen inti - tidak sepenuhnya di bawah kendali individu atau guru dengan membangun jaringan belajar. Pembelajaran connectivism dilakukan secara digital melalui jaringan (network) yang dibangun di dunia digital (maya) oleh peserta belajar. Dalam connectivism, pembelajaran juga didefinisikan sebagai: “Kegiatan dimulai dari kegiatan mengetahui sampai dengan kegiatan menciptakan pengetahuan yang dapat ditindakkan (actionable knowledge)”.

Connectivisme merupakan integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori chaos

(para pembelajar berusaha memahami sesuatu dengan menyatakan bahwa arti (makna/pengetahuan) telah ada (the meaning exists) tantangan bagi pembelajar adalah untuk mengenali pola polanya yang tersembunyi) network, teori kompleksitas dan organisasi diri. Dimana belajar merupakan proses yang terjadi dalam lingkungan yang tidak nampak terhadap elemen-elemen atau komponen- komponen pembelajaran. Adapun komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi: Tujuan; Peserta didik; Pendidik; Bahan atau materi pelajaran; Pendekatan dan metode /Strategi; Sumber belajar; Evaluasi.

24

Dalam teori pembelajaran connectivism, premisnya adalah pengetahuan ini ada di dunia bukan hanya ada dalam satu individu saja (guru saja). Tetapi tersebar diberbagai lapisan dunia atau disetiap orang. Dengan menghubungkan satu orang dengan orang lainnya di dunia yang memiliki pengetahuan yang beragam maka kita bisa belajar dengan sendirinya. Connectivism yang secara eksplisit pembelajaran dengan menggunakan media digital dan membangun jaringan belajar, dilandasi oleh pemahaman akan kenyataan bahwa pengambilan keputusan di era informasi akan didasarkan pada landasan - landasan yang berubah dengan cepat.

METODE PENELITIAN