• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI Blended Learning

Secara etimologis istilah blended learning terdiri atas dua kata, yaitu blended dan learning. Kata blend berarti campuran, dan learning memiliki makna umum yaitu belajar. Dengan demikian, blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. Cheung & Hew (2011: 1319) menjelaskan blended learning sebagai kombinasi antara face to face learning dan online learning. Senada dengan definisi di atas, Elenena Mosa (2006) dalam Cepi Riyana (2009:21) menyampaikan bahwa yang dicampurkan dalam blended learning adalah dua unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas (classrom lesson) dengan online learning. Adapun definisi blended learning digambarkan seperti gambar berikut.

Gambar 1. Blended Learning

Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa blended learning dibangun dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Thorne (2003: 2) dalam Sulihin B. Sjukur (2012) mendefinisikan blended learning sebagai berikut.

91 “it represents an opportunity to integrate the innovative and

technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning”

Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Uwes A. Chaeruman (2011) menjelaskan blended learning sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa definisi di atas, memberikan gambaran bahwa blended learning merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu yang sama dan tempat yang sama ataupun berbeda, sedangkan pembelajaran asynchronous adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda (Littlejohn & Pegler, 2007: 51-53) dalam Dian Wahyuningsih (2013: 40).

Istilah blended learning telah menjadi sangat mengikuti mode saat ini, terutama di pendidikan tinggi. Secara umum, blended learning memiliki tiga makna antara lain: 1) perpaduan/integrasi pembelajaran tradisional dengan pendekatan berbasis web on-line; 2) kombinasi media dan peralatan (misalnya buku teks) yang digunakan dalam lingkungan e-learning, dan 3) kombinasi dari sejumlah pendekatan belajar-mengajar terlepas dari teknologi yang digunakan. Model blended learning merupakan gabungan dua lingkungan belajar. Di satu sisi, ada pembelajaran tatap muka di lingkungan tradisional, di sisi lain ada lingkungan pembelajaran terdistribusi yang mulai tumbuh dan berkembang dengan cara-cara eksponensial sebagai teknologi baru yang kemungkinan diperluas untuk distribusi komunikasi dan interaksi. Dalam uraian ini, blanded learning dianggap sebagai integrasi pembelajaran tatap muka dan metode pembelajaran dengan pendekatan on-line.

92

Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global. Koohang (2009) menyatakan bahwa ―Blended learning is defined as a mix of traditional face-to-face instruction and e-learning”. New South Wales Department of Education and Training (2002) provides a simple definition: Blended learning is learning which combines online and face-to-face approaches.

Sampai sekarang, tidak ada konsensus tentang definisi tunggal untuk blended learning. Selain itu, istilah "blended," "hybrid," dan "mixed-mode" yang digunakan secara bergantian dalam literatur penelitian terbaru. Istilah yang lebih disukai di Penn State dalam pembelajaran diatas adalah "blended”. Pada dasarnya, penggunaan model blended learning adalah cara baru untuk kedua mengajar dan belajar dalam lingkungan pendidikan tinggi. Tiga alasan utama mengapa blended learning dipilih antara lain: 1) Memperbaiki ilmu keguruan; 2) Meningkatkan akses / fleksibilitas; dan 3) Meningkatkan efektivitas biaya.

Tiga alasan pemilihan model blended learning di atas karena: 1) Berkontribusi dalam pengembangan dan dukungan strategi interaktif tidak hanya dalam mengajar tatap muka, tetapi juga dalam pendidikan jarak jauh. Mengembangkan kegiatan terkait dengan hasil pembelajaran yaitu fokus pada interaksi peserta didik, bukan hanya penyebaran konten. Selain itu, dapat menawarkan lebih banyak informasi yang tersedia bagi peserta didik, umpan balik yang lebih baik dan lebih cepat dalam komunikasi yang lebih kaya antara dosen/tutor dan mahasiswa; 2) Akses untuk belajar merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pertumbuhan pembelajaran lingkungan. Peserta didik dapat mengakses materi setiap saat dan dimana saja. Selanjutnya, mereka dapat melanjutkan sesuai dengan kemampuannya. Sebagai konsekuensinya, peserta didik harus memiliki motivasi yang tinggi 3) peningkatan efektivitas biaya terutama berlaku untuk guru-guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Guru Tetap Yayasan (GTY) di mana orang secara permanen sibuk dan hampir tidak pernah mampu untuk menghadiri kelas-kelas penuh waktu tatap muka. Namun model blanded learning memungkinkan mereka setelah menyelesaikan pekerjaan mereka, keluarga dan komitmen sosial lainnya untuk mulai belajar.

93

Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.

Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara mahasiswa (Garrison & Kanuka, 2004). Dalam kelas model blended learning, mahasiswa umumnya bertemu dalam pembelajaran tatap muka, dan kemudian memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan cara dialog terbuka, untuk mengalami perdebatan kritis, dan pada dasarnya berpartisipasi dalam berbagai bentuk komunikasi dalam lingkungan "aman". Peluang ini dapat memfasilitasi refleksi yang lebih besar pada isi materi kuliah dan memperluas pengalaman belajar mahasiswa.

Model Blended learning juga dapat memberikan manfaat yang berbeda di ruang kelas tradisional. Teori Pedagogi baru-baru ini menyarankan bahwa kuliah yang hanya mengirimkan informasi dari pada berfokus pada belajar tidak efektif bagi mahasiswa dalam hal penggunaan retensi jangka panjang. Dengan kata lain, mahasiswa harus mempelajari materi dalam cara baru dan interaksi dalam memenuhi kepentingan individu, sehingga keterampilan ini dapat mentransfer ke dunia nyata (Derntl & Motschnig-Pitrik, 2005). Hal ini mungkin benar dalam bidang teknologi pembelajaran, di mana pengertian transfer ke dunia nyata, kolaborasi, dan usaha tim (bekerja dalam kelompok) yang diperkuat. Selain itu, untuk dapat merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi proses dan sumber daya untuk belajar teknologi, seperti praktisi di lapangan melakukan setiap hari, mahasiswa harus mampu belajar untuk menggunakan teknologi sebagai alat dalam dirinya sendiri. Akibatnya, Model Blended learning tidak hanya merupakan

94

sarana belajar materi pembelajaran, tetapi juga cara menempatkan isi pembelajaran dalam praktek.

E-Learning

E-learning atau electronic learning merupakan suatu proses perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam hal penyampaian pengetahuan dalam proses belajar mengajar. E-learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mengalami masalah dalam proses perataan pendidikan bagi masyarakatnya dikarenakan oleh jarak, oleh karena itu e-learning merupakan pilihan yang dapat diterapkan.

Pengertian e-learning yang sederhana namun mengena dikatakan oleh Maryati, e-learning terdiri dari dua bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Terdapat kata ―khususnya komputer‖ pada akhir kalimat yang memberi pengertian bahwa komputer termasuk alat elektronik disamping alat pembelajaran elektronik yang lain.

E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan begini memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, kemudian dikembangkan lagi ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Inilah makanya sistem e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif dan informasi perkuliahan juga bisa real-time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses. Inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu, kapanpun mahasiswa bisa mengakses sistem ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di

95

download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswa.

E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.

E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas.

Som Naidu (2006: 1) mendefinisikan ―e-learning is commonly referred to the intentional use of networked information and communication technology in teaching and learning”. Definisi ini mengandung makna bahwa e-learning sering ditunjukkan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar. Online learning (e-learning) merupakan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik LAN, WAN, dan internet untuk menyampaikan isi materi. Lebih lanjut, Rosenberg (2001) dalam Rusman (2013: 346) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa online learning (e-learning) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi dan materi pelajaran kapan pun dan dimanapun. Adapun persyaratan utama yang perlu dipenuhi dalam e-learning adalah adanya akses dengan sumber informasi melalui internet dan adanya informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan (Rusman, 2013: 335).

96

Rosenberg (2001) dalam Rusman (2013: 349) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning adalah sebagai berikut:

1. E-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan dan sharing pembelajaran dan informasi;

2. E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet;

3. E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan.

Beberapa kriteria di atas menjadi patokan dasar yang terdapat dalam pembelajaran dengan sistem e-learning. Ada beberapa karakteristik e-learning menurut Cisco (2001) dalam Rusman (2013: 348), adalah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi waktu dan tempat;

2. Memanfaatkan keunggulan komputer (Digital Media dan Computer Networks);

3. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) yang disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja apabila yang bersangkutan memerlukan;

4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil, kemauan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Berdasarkan karakteristik online learning menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan internet sehingga memungkinkan siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, penggunaan media, dan bahan ajar juga dikemas dalam suatu bentuk yang dapat diakses dengan menggunakan internet.

Haughey dalam Rusman (2013: 350) menjelaskan bahwa ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet e- learning) adalah sebagai berikut:

97

1. Web course.

Web course merupakan penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Adapun penggunaan bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar dikemas dengan memanfaatkan internet sepenuhnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang meliputi: diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian sepenuhnya juga disampaikan dengan internet. Model pengembangan ini mengutamakan internet sebagai komponen yang paling signifikan dalam pembelajaran.

2. Web centric course.

Web centric course merupakan penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Model ini menekankan pada pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam implementasinya, pendidik memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mempelajari materi melalui web yang telah dibuatnya. Adapun pada pembelajaran tatap muka, guru dan siswa lebih aktif untuk berdiskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui web dengan akses internet. Dengan demikian, fungsi dari pembelajaran jarak jauh dan tatap muka adalah saling melengkapi.

3. Web enhanced course.

Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Adapun peran guru dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing siswa dalam menemukan situs-situs yang relevan dengan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, dan melayani bimbingan serta komunikasi melalui internet. Adapun fungsi dari internet dalam pembelajaran ini adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara siswa dan guru, sesama siswa, anggota kelompok, atau siswa dengan narasumber.

Ketiga pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet tersebut pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi, pola dan pendekatannya dalam pembelajaran.

Dalam perkembangannya, sistem e-learning ini digunakan sebagian besar institusi pendidikan di Dunia. ―Di luar negeri seperti di Amerika Serikat,

98

elearning telah digunakan hampir 90% pada setiap tingkat satuan pendidikan yang memiliki lebih dari 10.000 siswa.‖ (Basori, 2013:2). Karena manfaat yang begitu terasa, maka muncullah berbagai macam model pengembangan e-learning. Mulai dari hanya sekedar berbasis power point di kelas, menuju ke sistem LMS (Learning Management System). LMS yang dipakai sampai saat ini sudah banyak jenisnya, salah satunya yaitu Schoology. Schoology merupakan salah satu LMS berbentuk web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara percuma (gratis) dan mudah digunakan seperti media sosial Facebook. Dari sekian banyak fasilitas yang tersedia pada LMS untuk mendukung proses pembelajaran, anehnya sedikit guru-guru di Indonesia terutama yang sekolahnya mempunyai fasilitas hotspot untuk memanfaatkan pembelajaran berbasis LMS. Hal inilah yang menimbulkan adanya persepsi bahwa guru sebagai salah satu fasilitator.

Pengembangan yang digunakan pada E-learning ini berupa Learning Management System (LMS). LMS ini merupakan sistem pengelolaan pembelajaran secara integratif berbasis website. LMS ini merupakan sistem pengelolaan pembelajaran secara integratif berbasis website. LMS yang dipakai sampai saat ini sudah banyak macam ragamnya. Mulai dari Moodle, Claroline, Atutor, eFront, Schoology dan masih banyak yang lainnya. Pada pengembangan ini LMS yang digunakan, yaitu Schoology.

Schoology

Schoology adalah Learning Management System (LMS) untuk sekolah dimana visual dan fungsionalnya mudah digunakan seperti media sosial facebook, layanan yang dapat digunakan berupa catatan kehadiran, online gradebook (fasilitas untuk mengelola nilai), tes dan kuis, dan pekerjaan rumah.

Schoology adalah salah satu dari beberapa jenis Social Learning Networks (SLNs) yang beredar di dunia world wide web. Media e-learning dengan menggunakan Schoology sebagai media pembelajaran yang mungkin bisa membantu proses pembelajaran yang efektif. Dengan adanya media ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa sabegai media pembelajaran baru dan menunjang minat siswa untuk belajar.

Di dunia yang semakin berkembang ini siapa yang tidak kenal facebook, jejaring sosial yang sangat popular dan merajai. Apabila di sekolah terdapat

99

jejaring sosial yang dapat memudahkan para guru dan siswa untuk berkomunikasi secara online. Kini telah hadir platform yang memadukan antara social media dengan manajemen kelas elektronik yaitu Schoology.com, Schoology dilengkapi dengan berbagai macam pembelajaran yang hampir sama dengan di kelas dunia nyata yaitu mulai dari absensi, test dan kuis, hingga kotak untuk mengumpulkan tugas. Yang lebih hebatnya lagi, Schoology menawarkan jejaring lintas sekolah yang memungkinkan sekolah dapat berkolaborasi dengan data, kelompok dan diskusi kelas.

Schoology juga disediakan dalam bentuk aplikasi telepon seluler dengan akses internet. Dilihat dari survey yang dilakukan oleh Nielsen (2011c) yang memperlihatkan tingkat kepemilikan telepon seluler di kalangan anak muda tumbuh pesat. Dimana pada tahun 2005 hanya 20% anak muda yang memiliki telepon seluler. Hanya dalam tempo lima tahun (2010), tumbuh lebih dari 3 kali lipat, sebanyak 70% anak-anak muda yang berusia 15-19 tahun yang memiliki telepon seluler untuk mengakses internet. Survey lain yang juga dilakukan oleh Comscore Inc. (2011) memperlihatkan pesatnya pertumbuhan penggunaan internet berusia muda di Indonesia sebanyak 40% berusia 15-24 tahun, berbeda dengan Hongkong dan Singapura total pengguna internet yang berusia 15-24 tahun hanya sekitar 20% (Prawiradilaga, dkk, 2013). Hal ini yang membuktikan masih kurangnya penggunaan fasilitas yang ada untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

Demikian banyak fasilitas yang tersedia pada LMS yang berbasis Schoology untuk mendukung proses pembelajaran, dalam kenyataan dilapangan masih sedikit guru-guru yang memanfaatkan fasilitas komputer yang terhubung dengan internet untuk kegiatan pembelajaran berbasis e-learning. Dengan kurangnya pemanfaatan fasilitas tersebut membuat para guru sering kali belum dapat bekerja secara optimal. Ini ditandai dengan kegiatan pembelajaran dikelas belum bisa dikelola dengan baik dan penyampaian materi oleh guru belum didukung dengan media pembelajaran yang bagus, sehingga kurang menumbuhkan rangsangan semangat belajar siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

100 SIMPULAN

Pengembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran serta tercapainya tujuan utama dalam pembangunan pendidikan. Tujuan utama pembangunan pendidikan yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi. Pembelajaran blended learning berbasis schoology dapat memenuhi tujuan utama dalam pembangunan pendidikan tersebut. Pembelajaran blended learning atau pembelajaran campuran yang mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Efektivitas dan fleksibilitas dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan pembelajaran blended learning dikarenakan dengan adanya pembelajaran online maka pembelajaran bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, dengan seperti itu maka pembelajaran lebih efektif dan fleksibel karena tidak hanya di dapatkan dalam jam kuliah yang waktunya hanya singkat dan terbatas waktu. Pembelajaran online (e-learning) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet, intranet, dan berbasis web yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik dengan mengakses informasi dan materi pelajaran kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, penggunaan media dan bahan ajar juga dapat dikemas dalam suatu bentuk yang dapat diakses dengan menggunakan internet.

Pengembangan yang digunakan pada e-learning ini berupa Learning Management Sistem (LMS). LMS ini merupakan sistem pengelolaan pembelajaran secara integratif berbasis website. LMS yang digunakan dalam pengembangan ini yaitu schoology. Schoology adalah LMS untuk sekolah dimana visual dan fungsionalnya mudah digunakan seperti media sosial facebook. Schoology merupakan salah satu dari beberapa jenis Social Learning Networks (SLNs) uang beredar di dunia world wide web. Schoology dilengkapi dengan berbagai macam pembelajaran yang hampir sama dengan di kelas dunia nyata yaitu mulai dari absensi, test dan kuis, hingga kotak untuk mengumpulkan tugas. Schoology menawarkan jejaring lintas sekolah yang memungkinkan sekolah dapat berkolaborasi dengan data, kelompok, dan diskusi kelas. Oleh karena itu, Schoology sangat penting untuk membentuk sebuah inovasi dalam pembelajaran sehingga bermanfaat bagi peningkatan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan

101

bahwa pembelajaran blended learning berbasis schoology dapat meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas dalam pembelajaran serta meningkatkan kualitas pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi yang menjadi sebuah tujuan utama dalam pembangunan pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Apriyana, Kade Ferry., Wirya, Nyoman & Parmiti, Desak Putu. (2015). Pengembangan Portal E- Learning Berbasis Schoology Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di SMPN 1 Banjarangkan. E-journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 3. Nomor 1. Singaraja: UNDIKSHA.

Basori. (2013). Pemanfaatan Social Learning Network Schoology dalam Membantu Perkuliahan Teori Bodi Otomotif di Prodi PTM JPTK FKIP UNS. JIPTEK. No. 21. Surakarta: UNS. Chaeruman, U. A. (2011). Implementing Blended Learning: A Case Based Sharing Experience.

Diunduh dari http://www.teknologipendidikan.net/ 2011/06/21/implementing-blended- learning-a-case-based-sharing-experience/ pada tanggal 1 November 2015.

Cheung, W. S. & Hew, Khe Foon. (2011). Design and Evaluation of Two Blended Learning Approaches: Lesson Learned. Australasian Journal of Educational Technology. No. 8.