• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak pada Kondisi Tanah

Dalam dokumen Ekspose Hasil-hasil Penelitian i (Halaman 140-145)

Vatica Palaquium

DI TANAH PAPUA

D. Invasi Tumbuhan di TN Wasur

2. Dampak pada Kondisi Tanah

Meski tidak selalu teramati secara langsung, proses invasi dapat mempengaruhi kondisi tanah di daerah yang terinvasi. Berkurangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada pada daerah yang terinvasi menyebabkan keragaman serasah yang jatuh, yang pada akhirnya mempengaruhi komposisi hara tanah. Mikroorganisme yang hidup dalam tanah yang menjadi substrat tumbuhan juga akan berubah komposisinya dan jumlahnya, sehingga tingkat produktifitas lahan ikut mengalami perubahan.

IV. PENUTUP

Invasi tumbuhan pada lahan basah merupakan suatu proses yang mencakup tahapan-tahapan migrasi, eksistensi dan kompetisi, yang terkait aspek ruang dan waktu. Invasi ini melibatkan jenis-jenis invasif yang mampu menggeser posisi jenis-jenis lainnya dan menduduki suatu daerah dengan luas. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh invasi ini menyebabkan perubahan pada struktur dan komposisi habitat dari segi fisik dan biologis, sampai pada kondisi dalam tanah sebagai substrat tumbuhan.

Proses invasi yang terjadi di dalam TN Wasur menunjukkan bahwa kerentanan lahan basah terhadap perubahan akibat invasi tumbuhan tidak hanya disebabkan oleh keberadaan jenis-jenis invasif yang merupakan jenis asli dan jenis asing dengan ciri invasifnya masing-masing, tetapi juga dari tipe habitatnya sendiri yang secara alami memang berkarakter sebagai penampung segala material yang masuk di dalamnya melalui proses penggenangan air musiman. Selanjutnya perlu dikaji kembali tindakan pengelolaan yang melibatkan metode-metode pembasmian dan atau pembatasan menyebarnya jenis-jenis invasif tersebut, secara efisien dan ramah lingkungan.

Ekspose Hasil-hasil Penelitian 2011

- 119

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Wasur. 1993. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wasur. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke.tidak dipublikasikan.

Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wasur. Buku II. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke. Tidak dipublikasikan.

Djufri. 2004. Review: Invasi Spesies Eksotik Akasia Berduri (Acacia nilotica (L.) Willd ex Del). di Taman Nasional Baluran Jawa Timur: Ancaman Terhadap Eksistensi Savana. ENVIRO 4 (2): 88-99, September 2004. PPLH-LPPM UNS Surakarta.

Fine P. V. A. (2002) The invasibility of tropical forests by exotic plants. Journal of Tropical Ecology 18, 687-705.

Hartono, Meteray, T. B. S., Farda, N. M. dan Kamal, M. 2006. Kajian ekosistem air permukaan Rawa Biru – Torasi Merauke Papua menggunakan Citra Penginderaan Jauh dan SIG. Forum Geografi, Vol. 20, No. 1, Juli 2006: 1-12.

Prasetyo, E.E. 2011. Air Bersih Merauke Terancam. Artikel. Harian Kompas-online Senin, 8 Agustus 2011. Diunduh dari http://www1.kompas.com/read/xml/2011/08/08/21451346/

Sumber.Air.Bersih.Merauke.Terancam.

--- & T. Hartana. 2011. TN Wasur, Plasma Nutfah Lintas Benua.

Artikel.Harian Kompas-online Selasa, 26 Juli 2011. Diunduh dari http://www1.kompas.com/read/ xml/2011/07/26/03503692/ TN.Wasur.Plasma.Nutfah.Lintas.Benua.

Putnam, A. R. 1994. Phytotoxicity of plant residues. In Managing agricultural residues (ed. Unger, P. W). pp 285-314. Lewis Pubs. (CSC Press). Boca Raton.

Winara, A. & K. Lekitoo 2006. Kajian Kelembagaan Taman Nasional di Papua: Taman Nasional Wasur. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. BPPKPM Manokwari. Tidak diterbitkan.

---, K. Lekitoo & H. Warsito. 2008. Kajian Biofisik Taman Nasional di Papua (I): Taman Nasional Wasur. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. BPK Manokwari. Tidak diterbitkan.

---, K. Lekitoo, R. G. N. Triantoro & L. Mandibodibo 2009. Kajian Kelembagaan Taman Nasional di Papua (II): Taman Nasional Wasur. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. BPK Manokwari. Tidak diterbitkan.

---. 2010. Kajian Kelembagaan Taman Nasional Wasur. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. BPK Manokwari. Tidak diterbitkan.

120 -

BPK Manokwari

Westcott D. A. & Dennis A. J. 2003. The ecology of seed dispersal in rainforests: implications for weed spread and a framework for weed management. In:

Weeds of Rainforests and Associated Ecosystems (eds A. C. Grice and M. J. Setter) pp. 19-23. CRC for Tropical Rainforest Ecology and Management, Cairns, Australia.

Wittenberg, R., dan Cock, M.J.W. (Eds.). 2001. Invasive Alien Species: A Toolkit of Best Prevention and Management Practices. CAB International, Wallingford, Oxon, UK

Zedler, J. B. & S. Kercher. 2004. Causes and Consequences of Invasive Plants in Wetlands: Opportunities, Opportunists, and Outcomes. Critical Review in Plant Sciences, 23(5): 431-452. Taylor & Francis Inc.

Zimdahl R. L. 2007. Fundamentals of Weed Science. Academic Press Elsevier, London.

Ekspose Hasil-hasil Penelitian 2011

- 121

Lampiran 1. Ringkasan Penelitian BPK Manokwari yang berlokasi di TN Wasur

Tahun Judul Ringkasan Hasil

2006 Kajian

Kelembagaan Pengelolaan TN Wasur

Kelembagaan Pengelolaan TN Wasur

*

Pengelolaan TN Wasur menuju sistem kolaborasi dengan

terbentuknya Forum Kolaborasi Pengelolaan TN Wasur.

*

Forum kolaborasi secara kelembagaan belum kuat karena belum

didukung perangkat payung hukum, pembagian kerja dan program serta pembagian beban dana.

*

Para pihak yang terlibat merupakan perwakilan lembaga dan

perorangan antara lain Pemda Kab. Merauke, TNI/POLRI, LSM, LMA dan Tokoh masyarakat.

*

Kelembagaan UPT Balai TNW telah didukung oleh payung hukum,

Sarpras, dan dana (single funding)

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

*

Kondisi perekonomian masyarakat di kawasan TNW masih

tergolong prasejahtera walaupun terdapat potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan pemanfaatannya.

*

Tingkat ketergantungan dan interaksi masyarakat terhadap

kawasan TNW sangat tinggi karena hubungan ekonomi dan budaya.

*

Terdapat kearifan budaya masyarakat Suku Kanum dalam

pengeolaan kawasan TNW seperti pemberian nama marga, sistem sashi kawasan dan penggunaan api.

*

Kelembagaan masyarakat yang kuat adalah lembaga kampung dan

lembaga adat yang mendukung untuk dilibatkan dalam pengelolaan.

2008 Potensi Biofisik

TN Wasur I

*

Potensi fisik kawasan TN Wasur terletak pada berbagai macam tipe

ekosistem yang terdapat dalam satu bentang alam yang relatif datar. Berdasarkan tipe curah hujan, kawasan TN Wasur termasuk tipe savana lembab. Ditemukan jenis tanah vertisol pada tipe hutan

Meulaleuca dan jenis entisol pada hutan monsoon. Potensi kerusakan fisik kawasan disebabkan oleh abrasi pantai dan penggalian tanah untuk penimbunan jalan.

*

Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa sekitar 250 jenis flora

baik eksotik maupun endemik terdapat di SKW III Ndalir pada TN Wasur Kabupaten Merauke. Komposisi flora pada hutan mangrove terdiri atas 30 jenis (13 famili), hutan pantai 19 jenis (14 famili),

hutan jarang 14 jenis (10 famili), hutan dominan Melaleuca 7 jenis

(4 famili) dan hutan monsoon/dek 52 jenis (23 famili). Telah diketahui dua tipe vegetasi baru yang belum masuk dalam data

base TN Wasur yaitu vegetasi Exocaria agllaocha dan Padang

Pandanus spiralis.

*

Keanekaragaman jenis burung di SKW III Ndalir adalah sebanyak

112 jenis burung; 23 jenis di hutan pantai, 21 jenis di Hutan kodominan meulaleuca/peralihan, 14 jenis di Hutan Rawa dan 26 jenis di Hutan Monsoon (Deck) serta 28 jenis berdasarkan informasi dari masyarakat yang merupakan responden kunci.

2009 Potensi Biofisik

TN Wasur II

*

Berdasarkan tipe curah hujan maka kawasan TN Wasur termasuk

tipe savana lembab. Ditemukan jenis tanah vertisol pada tipe hutan savana dan jenis entisol pada hutan monsoon dengan keasaman tanah agak asam. Pemanfaatan potensi fisik yang paling menonjol adalah pemanfaatan air rawa biru oleh PDAM serta pemanfaatan jasa lingkungan untuk ekowisata.

122 -

BPK Manokwari

*

Survei flora menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis flora

tertinggi terdapat di SPTN Wilayah III Wasur pada Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke terdapat pada hutan monsoon. Komposisi flora/vegetasi berkayu pada kawasan hutan kodominan Melaleuca - Eucalyptus terdapat 29 jenis (11 famili), hutan

dominan Eucalyptus terdapat 17 jenis (5 famili), hutan riparian

terdapat 10 jenis (8 famili), hutan savanna terdapat 16 jenis (6 famili) dan pada hutan monsoon terdapat 50 jenis (23 famili). Diketahui juga dua tipe vegetasi baru yang belum masuk dalam

data base TN Wasur yaitu vegetasi dominan Eucalyptus dan hutan

dataran rendah di SPTN I Agrindo.

*

Pemanfaatan potensi flora oleh masyarakat meliputi pemanfaatan

untuk tujuan sosial, ekonomi dan budaya. Pemanfaatan tumbuhan untuk tujuan sosial sebanyak 152 jenis, untuk tujuan ekonomi atau yang dapat menghasilkan uang kontan sebanyak 16 jenis serta untuk tujuan budaya sebanyak 14 jenis.

2010 Valuasi Potensi

dan Manfaat Taman Nasional di Papua I

*

Potensi burung merandai di kawasan Rawa Donggamit dan Pantai

Ndalir pada TN Wasur dijumpai 50 jenis (15 famili). Jenis yang

dominan di kawasan Rawa adalah Anas superciliosa dan di

kawasan Pantai adalah Charadrius mongolus. Indeks

Keanekaragaman jenis burung di kawasan rawa lebih tinggi dibandingkan jenis di pantai meskipun termasuk kategori sedang melimpah dengan nilai indeks masing-masing 2,8 dan 1,74. Kondisi habitat burung di Rawa terancam oleh invasi beberapa jenis rumput air dan mangrove, sementara habitat Pantai hanya dijumpai gangguan aktivitas manusia.

*

Manfaat langsung kawasan TN.Wasur yang menopang ekonomi

masyarakat berasal dari 17 sumber mata pencaharian yang didominasi oleh perburuan satwa liar yang menyumbang 42% daya topang ekonomi rumah tangga. Nilai manfaat bersih yang diperoleh masyarakat secara langsung dari alam adalah sebesar Rp. 729.700/KK/bulan. 2011 Valuasi Potensi dan Manfaat Taman Nasional di Papua II

*

Sedang dalam proses penyusunan.

Ekspose Hasil-hasil Penelitian 2011

- 123

KAJIAN SOSIAL BUDAYA DAN ADAPTASI MASYARAKAT PAPUA

Dalam dokumen Ekspose Hasil-hasil Penelitian i (Halaman 140-145)