• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jamur Pewarna Kayu

Dalam dokumen Ekspose Hasil-hasil Penelitian i (Halaman 179-183)

Vatica Palaquium

KAYU TERHADAP SERANGAN ORGANISME PERUSAK KAYU

B. Penggolongan Zat Ekstraktif

3. Jamur Pewarna Kayu

Jamur pewarna kayu berasal dari kelas Ascomycetes yang dapat menimbulkan pewarna pada kayu yang masih basah. Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu, namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Jamur pewarna kayu yang terdapat di daerah tropis antara lain jamur dari jenis Cerotocystis dan Diplodia (Aini, 2005).

Uraian di atas menjelaskan bahwa dampak yang diakibatkan oleh jamur sangat besar karena dapat mempengaruhi kekuatan kayu dan pewarnaan pada kayu yang dapat menurunkan kualitas kayu tersebut. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat sifat zat ekstraktif terhadap serangan jamur. Alfenas (1982) dalam Syafii (2000) mengatakan bahwa komponen fenol dari kayu eukaliptus seperti asam kumarat, asam ferulat, dan asam gentistat terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur Cryphonectria cubensis Fr.

Eusiderin, sejenis neolignan dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) (Syafii

et al. 1985 dalam Yanti, 2008) dan Angolensin yang diekstrak dari kayu

158 -

BPK Manokwari

terhadap jamur Coriolus versicolor dan Tyromyces palustris.

Ohasi et al. (1994) dalam Syafii (2000) mengatakan bahwa tiga jenis komponen bio aktif yaitu: 8 acetoxyelemol, 8-hidroxyelemol dan hinociic acid

yang diisolasi dari kayu Juniperus chinensis L. Var. Pyramidalis terbukti dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur.

B. Rayap

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu yang menyebabkan kerugian ekonomis yang besar. Nandika (2003) dalam Aini (2005) mengatakan bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh rayap lebih besar dibandingkan organisme perusak kayu lainnya. Persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di kota-kota besar seperti: Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Batam mencapai 70%.

Jenis-jenis rayap yang menyerang kayu adalah rayap kayu kering dan rayap tanah. Rayap kayu kering merupakan rayap yang berasal dari famili

Kalotermitidae, dan biasanya menyerang kayu-kayu yang sudah kering, seperti: kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel, dan alat rumah tangga. Serangan rayap ini mudah kelihatan dari luar, dimana kayu yang diserang masih kelihatan utuh dari luar meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau sudah rusak. Jenis rayap ini yang banyak terdapat di Indonesia adalah: Cryptotermes cynocephalus Light. dan Cryptotermes dudleyi Banks. (Aini, 2005).

Rayap tanah yang terdapat di Indonesia terdiri dari dua jenis famili yaitu:

Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu-kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis rayap yang termasuk dalam famili Rhinotermitidae adalah

Coptotermes yang banyak merusak kayu seperti: pagar, tiang listrik, dan kayu perumahan. Jenis rayap yang termasuk dalam famili Termitidae adalah

Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes.

Penelitian mengenai pemanfaatan zat ekstraktif sebagai bahan pengawet alternatif pengganti bahan kimia sintetis yang selama ini digunakan telah banyak dilakukan. Syafii (2000) dalam Yanti (2008) mengatakan bahwa zat ekstraktif dari kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.) memiliki sifat anti rayap.

Steller dan Labosky (1984) dalam Syafii (2000) mengatakan bahwa ekstrak kulit beberapa jenis kayu mempunyai sifat anti rayap yang sangat tinggi dan oleh karena itu sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami.

Chen et al. (2004) dalam Yanti (2008) mengatakan bahwa zat ekstraktif dari kayu Japanese Larch (Larix leptolepis) memperlihatkan sifat penolakan yang tinggi terhadap aktivitas makan rayap tanah Coptotermes formosanus. Hal ini dikarenakan di dalam kayu teras kayu tersebut terdapat flavanoid dalam jumlah yang cukup besar yang berpotensi menghambat aktifitas makan rayap.

Latifolin dan neoflavanoid yang diisolasi dari kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia) juga dilaporkan memiliki sifat bio aktif terhadap perkembangan

Ekspose Hasil-hasil Penelitian 2011

- 159

Coptotermes curvignathus (Syafii, 2000 dalam Hutapea 2008). Penelitian sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu jati (Tectona grandis L. F.) juga telah dilakukan oleh Sari dan Syafii (2001) dalam Hutapea (2008). Zat Ekstraktif yang terdapat dalam kulit kayu Jati terutama pada fraksi n heksana mempunyai sifat anti rayap yang relatif tinggi terhadap rayap tanah C. curvignathus.

Hasil penelitian Syafii (2000) mengatakan bahwa fraksi n heksana dari kayu Sonokembang (Pterocarpus indicus Wild), fraksi n heksana dari kayu Eboni (Diospyros polisanthera Blanco.), dan fraksi tak terlarut dari kayu Torem (Manilkara kanosiensis Lam.) memiliki aktivitas anti rayap yang tinggi terhadap C. curvignathus Holmgren.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa zat ekstraktif yang terdapat dalam kayu dapat menghambat aktivitas serangan rayap. Syafii (2000)

dalam Hutapea (2008) mengatakan bahwa senyawa bio aktif yang terdapat dalam kayu dapat mematikan protozoa yang merupakan simbion rayap dalam mendekomposisi selulosa di dalam perut rayap. Rayap memperoleh energi dari mendekomposisi kayu secara bio kimia dengan bantuan protozoa. Apabila protozoa mati, aktivitas enzim selulase yang dikeluarkan protozoa tersebut terganggu. Hal ini mengakibatkan rayap tidak memperoleh makanan dan energi yang dibutuhkan sehingga rayap tersebut mati.

Senyawa bio aktif juga dapat menghambat sintetis protein (zat ekstraktif dari kelompok tanin, stilben, quinon, alkaloid, dan resin), sedangkan kelompok terpenoid dapat merusak fungsi sel (integritas membran sel) rayap yang pada akhirnya menghambat proses ganti kulit rayap (Sastrodihardjo, 1999

dalam Sari, 2002).

V. KESIMPULAN

Zat ekstraktif yang mempengaruhi keawetan alami kayu, berdasarkan penelitian yang banyak dilakukan terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur dan rayap, oleh karena itu pengembangan zat ekstraktif sebagai bahan alternatif untuk mengganti bahan kimia sintetis yang selama ini dugunakan sebagai bahan pengawet kayu perlu dilakukan sehingga diperoleh bahan pengawet yang ramah lingkungan dan mudah diperbaharui kembali.

160 -

BPK Manokwari

DAFTAR PUSTAKA

Aini. N. 2005. Perlindungan Investasi Konstruksi Terhadap Serangan Organisme Perusak. Kolokium dan Open House di Bandung 8-9 Desember 2005.Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.

Hutapea. F. J. 2008. Sifat Anti Rayap Tanah Coptotermes curvignathus

Holmgren. dari Zat Ekstraktif Kayu Akasia (Acacia auriculiformis Cunn. Ex Benth.). Skripsi. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan). Sari. R. K. 2002. Isolasi dan Identifikasi Komponen Bioaktif dari Damar Mata

Kucing (Shorea javanica K. Et. V). Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 2002. (Tidak diterbitkan).

Sari. R. K., Syafii. W., Sofyan. K.& Hanafi. M. 2004. Sifat Antirayap Resin Damar Mata Kucing dari Shorea javanica K et V. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis 2 (1):8 -15.

Suprapti, S., Djarwanto & Hudiansyah. 2004. Ketahanan Lima Jenis Kayu terhadap Beberapa Jamur Perusak Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 22(4):239-246.

Syafii, W. 2000. Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Beberapa Jenis Kayu Daun Lebar Tropis. Buletin Kehutanan 42:2-13.

Yanti, H. 2008. Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kulit Kayu Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Ekspose Hasil-hasil Penelitian 2011

- 161

IMPLEMENTASI SISTEM SILVIKULTUR TPTI : TINJAUAN KEBERADAAN

Dalam dokumen Ekspose Hasil-hasil Penelitian i (Halaman 179-183)