• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

24) Pulau Yef

5.4 Deliniasi dan kesesuaian kawasan konservas

5.5.1 Daya dukung kapasitas asimilas

Daya dukung lingkungan berdasarkan kapasitas asimilasi lingkungan perairan seperti yang dikemukakan oleh Quano (1993) adalah metode hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban limbahnya. Variabel yang diamati adalah debit aliran sungai, konsentrasi limbah di muara sungai, dan konsentrasi limbah di lingkungan perairan.

Dalam penelitian ini, kapasitas asimilasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar perairan Teluk Weda mampu menerima beban masukan senyawa ammonia, nitrat, nitrit, dan fosfat dan lain-lain, sehingga tidak menurunkan fungsi ekologi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil. Analisis kapasitas asimilasi perairan Teluk Weda didasarkan pada analisis hubungan antara konsentrasi parameter kimia di perairan pesisir dan beban limbah parameter kimia terlarut di estuari.

Hasil perhitungan dari beban limbah dan konsentrasi masing-masing parameter dibandingkan dengan nilai baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51Tahun 2004 adalah baku mutu yang ditetapkan sebagai baku mutu untuk pembangunan pelabuhan, wisata bahari dan biota laut. Sedangkan baku mutu air limbah berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 adalah baku mutu yang ditetapkan untuk baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pertambangan bijih nikel.

Pengertian baku mutu air, baku mutu air limbah dan baku mutu air laut sebagai berikut : a) baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,

zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air; b) baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepaskan ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan; dan c) baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya di dalam air laut.

a. Amonia (NH3)

Amonia (NH3) dan garam-garam bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Amonia banyak digunakan dalam produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat, dan amonium sulfat), serta industri bubur kertas (pulp dan paper). Sumber amonium di perairan adalah pemecahan nitrogen organic (protein dan urea) dan nitrogen anrganik yang terdapat di dalam tanah dan air,yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi. Amonia bebas yang tidak terionisasi (unionized) bersifat toksit terhadap organism akuatik. Toksisitas amonia terhadap organism akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi 2003).

Gambar 34 Kapasitas asimilasi Amonia di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi ammonia ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,40% variasi konsentrasi ammonia di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban ammonia di estuaria, hal ini dapat dijelaskan bahwa . Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas

asimilasi sebesar 21,09 ton/tahun, sementara beban ammonia yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 2.047,57 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia (mg/liter) dengan beban pencemaran ammonia (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu perairan pelabuhan.

Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter (McNeely et al. 1979 in Effendi 2003). Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dai 0,02 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksit bagi beberapa jenis ikan (Sawyer and McCarty 1978 in Effendi 2003). Kadar ammonia yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan (run-off) dari pupuk pertanian. Kadar ammonia yang tinggi dapat juga ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa oksigen (anoxic).

b. Nitrit (NO2)

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat.

Gambar 35 Kapasitas asimilasi Nitrit di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi nitrit ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,90% variasi konsentrasi nitrit di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban nitrit di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 1,66 ton/tahun, sementara beban nitrit yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 152,49 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit (mg/liter) dengan beban pencemaran nitrit (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu wisata bahari.

Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/liter dan sebaliknya tidak melebihi 0,06 mg/liter (Canadian Council of Resource and Environment Ministers 1987 in Effendi 2003). Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/liter (Sawyer and McCarty 1978 in Effendi 2003). Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/liter dapat bersifat toksit bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore 1991 in Effendi 2003).

c. Nitrat (NO3)

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dlam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen yang berlangsung pada kondisi anaerob.

Gambar 36 Kapasitas asimilasi Nitrat di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi nitrat ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 98,90% variasi konsentrasi nitrat di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban nitrat di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 48,79 ton/tahun, sementara beban nitrat yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 44.357,84 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat (mg/liter) dengan beban pencemaran nitrat (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu wisata bahari.

Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotropik memiliki kadar nitrat antara 0 - 1 mg/liter, perairan

mesotropik memiliki kadar nitrat antara 1 – 5 mg/liter, dan perairan eutropik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5 – 50 mg/liter (Volenweider 1969; in Wetzel 1975; in Effendi 2003).

Amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologis. Oleh karena itu proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi (Novotny and Olem 1994 in Effendi 2003).

d. Fosfat (PO4)

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Dugan 1972). Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsure-unsur utama lain yang merupakan penyusun bisfer karena unsure ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relative sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsure yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsure ini menjadi factor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktifitas perairan. Jonse and Bachmann (1976) in Davis and Cornwell (1991) mengemukakan korelasi positif antara kadar fosfor total dengan klorofil a.

Gambar 37 Kapasitas asimilasi Fosfat di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi fosfat ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 98,60% variasi konsentrasi fosfat di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban fosfat di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 5,53 ton/tahun, sementara beban fosfat yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 493,72 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat (mg/liter) dengan beban pencemaran fosfat (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut. Berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2004, disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015 mg P-PO4/L. Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan, umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi dan senyawa hidroksida. Senyawa fosfor yang

terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Paytan and McLaughlin 2007).

e. Arsen (As)

Arsen membentuk senyawa arsenat (AsO43-) atau arsenit (AsO33-) di perairan. Senyawa anorganik arsen dapat diubah secara biologis menjadi senyawa organo arsen yang bersifat tiksik. Kadar arsen pada kerak bumi (earth crust) sekitar 2-5 mg/kg. Sumber arsen di perairan adalah logam arsenida dan sulfida. Selain itu, pelapukan batuan juga melepaskan arsen dalam bentuk oksida (As2O3) dan senyawa sulfur (AsS dan As2S3), Effendi 2003.

Gambar 38 Kapasitas asimilasi Arsen di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi arsen ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,60% variasi konsentrasi arsen di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban arsen di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 0,60 ton/tahun, sementara beban arsen yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 57,21 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi arsen (mg/liter) dengan beban pencemaran arsen (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu wisata bahari.

Kadar arsen yang tinggi dapat merusak klorofil. Pada perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan pertanian, kadar arsen sebaiknya kurang dari 0,1 mg/liter. Konsentrasi arsen yang mematikan bagi microalgae (lethal) berkisar antara 2,0 – 10,0 mg/liter. Kadar arsen yang melebihi 10 mg/liter bersifat toksik bagi ikan. Kadar arsen yang aman pada perairan laut adalah sebesar 0,01 mg/liter (McNeely et al. 1979 in Effendi 2003).

f. Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan logam yang hingga saat ini belum diketahui dengan jelas peranannya bagi tumbuhan dan mahluk hidup lain. Di dalam air, kadmium

terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada kerak bumi sekitar 0,2 mg/kg (Moore 1991), selanjutnya untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki kadar kadmium sekitar 0,0002 mg/liter.

Gambar 39 Kapasitas asimilasi Kadmium di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi kadmium ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,80% variasi konsentrasi kadmium di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban kadmium di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 5,29 ton/tahun, sementara beban kadmium yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 490,02 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium (mg/liter) dengan beban pencemaran kadmium (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut, baku mutu wisata bahari dan baku mutu perairan pelabuhan. Limbah yang banyak mengandung unsur kadmium umumnya berasal dari limbah industri electro-plating, kendaraan, pigmen, peleburan logam, baterai, dan pestisida. Kandungan cadmium di laut terbuka dilaporkan berkisar 0,01 – 0,05 mg/liter, sementara di pantai berkisar 0,05 – 1,0 mg/liter. Pada perairan tercemar mencapai 10 mg/liter (Bishop 1983). Faktor konsentrasi dari air laut ke plankton di laut umumna berkisar antara 100-1000. Fitoplankton di air yang tidak tercemar mengandung cadmium 300-1000 ng/g berat kering, sementara pada perairan yang tercemar dilaporkan mencapai 220.000 ng/g. Mengkonsumsi ikan yang tercemar cadmium dapat menyebabkan kerusakan hati (Mokhtasor 2007).

g. Kromium (Cr)

Kromium merupakan unsur yang jarang ditemukan di perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg (Moore 1991). Kromium yang ditemukan di perairan adalah kromium trivalen dan kromium heksavalen, namun pada perairan yang memiliki pH > 5, kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila

masuk ke perairan, kromium trivalen akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen yang lebih toksik.

Gambar 40 Kapasitas asimilasi Kromium di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi kromium ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,90% variasi konsentrasi kromium di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban kromium di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 2,01 ton/tahun, sementara beban kromium yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 184,49 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi kromium (mg/liter) dengan beban pencemaran kromium (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu wisata bahari.

Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/liter dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/lite. Kromium trivalen tidak ditemukan di perairan tawar, sedangkan perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalen (McNeely et al. 1979). Sumber utama pencemaran kromium di laut adalah buangan perkotaan. Di laut kromium terkonsentrasi secara signifikan di organisme. Plankton mampu mengkonsentrasi dengan faktor 104 sampai 105, sementara ikan mampu mengkonsentrasi dengan faktor 100-1.000 (Mearn and Young 1977 in Bishop 1983 in Mokhtasor 2007). Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/liter dan kadar kromium 0,1 mg/liter dianggap berbahaya bagi kehidupan organism laut.

h. Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) merupakan logam yang dianggap paling berbahaya, baik untuk organisme laut maupun manusia. Merkuri di laut berasal dari buangan industri, limpasan air hujan, dan dari atmosfer. Di air tawar, merkuri umumnya ditemukan pada bahan organic dan anorganik. Ketik masuk ke dalam air laut, merkuri tetraklorida yang terlarut terbentuk oleh ekstraksi senyawa merkuri ari

senyawa anorganik. Kekuatan ikatan senyawa antara sebagian senyawa anorganik dengan merkuri sangat kuat, sehingga memungkinkan senyawa ini tahan lama. Merkuri mengendap di sedimen laut, dalam kondisi anaerobic akan bereaksi dengan sulfid membentuk senyawa kompleks yang tidak terlarut dalam air (Mokhtasor 2007).

Merkuri adalah unsur renik pada kerak bumi, yakni hanya sekitar 0,08 mg/kg Moore, 1991 in Effendi 2003). Pada perairan alami merkuri juga hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berada dalam bentuk cairan pada suhu normal. Merkuri terserap dalam bahan-bahan particular dan mengalami presipitasi.

Gambar 41 Kapasitas asimilasi Merkuri di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi merkuri ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,90% variasi konsentrasi merkuri di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban merkuri di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 0,09 ton/tahun, sementara beban merkuri yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 8,78 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri (mg/liter) dengan beban pencemaran merkuri (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut, baku mutu wisata bahari dan baku mutu perairan pelabuhan. Merkuri mempunyai kemampuan yang tinggi untuk ikut proses bioakumulasi pada organisme laut. Hal ini menyebabkan merkuri akan terakumulasi pada jaringan mahluk hidup. Pada plankton, merkuri terkonsentrasi dari 2-10 ng/g, walaupun pernah ditemukan konsentrasi sampai 170 ng/g. Pada moluska dan udang-udangan konsentrasi ini meningkat menjadi 10-2.000 ng/g, dimana senyawa merkuri terikat sebagai metal merkuri dalam protein tubuhnya. Pada ikan-ikan predator seperti tuna, pedang atau salmon, konsentrasi merkuri sekitar 1.000 ng/g, sementara konsentrasi maksimum yang diizinkan adalah 500 ng/g (Mokhtasor 2007).

i. Nickel (Ni)

Kadar nikel (Ni) pada kerak bumi sekitar 75 mg/kg (Moore 1991). Pada proses pelapukan nikel membentuk mineral hidrolisat yang tidak larut. Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid, namun garam-garam nikel, misalnya nikel ammonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan pH < 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengab hidroksida, karbonat dan sulfat. Pada pH > 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida dan karbonat, dan selanjutnya mengalami presipitasi. Pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut (Moore 1991).

Gambar 42 Kapasitas asimilasi Nickel di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi nickel ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,90% variasi konsentrasi nikel di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban nickel di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 1,79 ton/tahun, sementara beban nickel yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 167,45 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi nikel (mg/liter) dengan beban pencemaran nikel (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut dan baku mutu wisata bahari.

Kadar nikel pada perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Scoullos and Hatzianestis 1989 in Moore 1991), sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter (McNeely et al. 1979). Untuk melindungi kehidupan organisme akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak melebihi 0,025 mg/liter. Kontak langsung dengan larutan yang mengandung garam-garam nikel dapat mengakibatkan dermatitis, sedangkan mengisap nikel terus-menerus dapat mengakibatkan kanker paru-paru. (Effendi 2003).

j. Tembaga (Cu)

Tembaga atau copper (Cu) merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan termasuk algae, tembaga berperan sebagai penyusun plastocyanin yang berfungsi dalam transport electron dalam proses fotosintesis (Boney, 1989 in Effendi, 2003). Apabila masuk ke dalam perairan alami yang alkalis, ion tembaga akan mengalami presipitasi dan mengendap sebagai tembaga hidroksida dan tembaga karbonat. Kadar tembaga pada kerak bumi sekitar 50 mg/kg (Moore, 1991 in Effendi 2003).

Gambar 43 Kapasitas asimilasi Tembaga di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi tembaga ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 98,50% variasi konsentrasi tembaga di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban tembaga di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 1,04 ton/tahun, sementara beban tembaga yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 115,56 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi tembaga (mg/liter) dengan beban pencemaran tembaga (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut, baku mutu wisata bahari dan baku mutu perairan pelabuhan.

Tembaga masuk ke laut melalui buangan limbah industri dan dari atmosfer yang tercemar oleh asam pabrik tembaga, pelapisan logam, tekstil, serta outfall dan pengecatan anti fouling pada kapal. Pencemaran tembaga ini mungkin berdampak kecil terhadap perairan laut, namun bisa berdampak serius pada perairan pantai (Mokhtasor 2007).

k. Timbal (Pb)

Lead atau timbal atau timah (Pb) pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah sehingga kadar timbal di dalam air relatif sedikit. Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen. Timbal diserap dengan baik oleh tanah

sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif kecil. Kadar timbal pada kerak bumi sekitar 15 mg/kg. Sumber alami utama timbal adalah galena (PbS), gelesite (PbSO4) dan cerrusite (PbCO3) (Novotny and Olem 1994; Moore 1991 in Effendi 2003).

Gambar 44 Kapasitas asimilasi Timbal di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi timbal ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,90% variasi konsentrasi timbal di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban timbal di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 1,05 ton/tahun, sementara beban timbal yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 97,86 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi timbal (mg/liter) dengan beban pencemaran timbal (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut, baku mutu wisata bahari dan baku mutu perairan pelabuhan. Pencemaran timbal ke laut juga berasal dari buangan di wilayah pesisir dari daratan dan dari atmosfer. Limbah yang mengandung unsur Pb umumnya berasal dari limbah industri cat, baterai, bahan bakar mobil, dan pigmen. Timbal akan mengendap di sedimen dan dapat mengalami bioakumulasi pada organisme laut. Plankton mempunyai kemampuan meningkatkan konsentrasi Pb dari air laut di dalam selnya. Rata-rata konsentrasi Pb dalam sedimen laut dalam adalah 27-45 mg/g, sementara di laut Irlandia, yang tercemar oleh buangan industri, konsentrasi Pb mencapai 600 mg/g sedimen (Mukhtasor 2007).

l. Seng (Zn)

Unsur seng merupakan unsur logam berat yang kurang beracun bila dibandingkan dengan unsure logam berat lainnya. Kandungan seng di perairan laut yang tercemar mencapai 100 ppm di perairan pantai dan sedimennya. Namun konsentrasi ini menurun ketika mengikuti proses rantai makanan. Limbah yang banyak mengandung unsur seng umumnya berasal dari limbah industry baterai, campuran logam galvanisir, karet dan limbah pertambangan (Mokhtasor 2007).

Gambar 45 Kapasitas asimilasi Seng di Teluk Weda

Kapasitas asimilasi seng ditentukan dengan persamaan regresi dengan koefisien determinasi artinya 99,40% variasi konsentrasi seng di pesisir dan pulau-pulau kecil dijelaskan oleh beban seng di estuari. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan nilai kapasitas asimilasi sebesar 5,45 ton/tahun, sementara beban seng yang masuk ke perairan rata-rata sebesar 529,19 ton/tahun.

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi seng (mg/liter) dengan beban pencemaran seng (ton/tahun) masih berada di bawah baku mutu biota laut.

Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat meningkatkan kadar seng, karena silica mengikat seng. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kadar seng pada perairan alami <0,05 mg/liter (Moore 1991 in Effendi 2003); pada perairan asam mencapai 50 mg/liter; dan pada perairan laut 0,01 mg/liter (McNeely et al. 1979 in Effendi 2003).

Dahuri et al. (2001), mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat tercapai apabila pemanfaatan sumberdaya alam tidak melebihi fungsi