5 HASIL DAN PEMBAHASAN
24) Pulau Yef
5.6 Nilai ekonom
5.8.4 Status keberlanjutan dimensi kelembagaan
Dimensi kelembagaan juga merupakan dimensi pendukung yang dapat mengikat masyarakat dan stakeholder dalam melakukan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan adanya dimensi kelembagaan berarti masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dalam melakukan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rapfish terhadap sepuluh atribut dimensi kelembagaan diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 76,01% dengan status berkelanjutan.
Gambar 57 Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan
Hasil analisis yang diperoleh mengambarkan bahwa posisi indeks keberlanjutan kelembagan mengindikasikan adanya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan yang dilakukan selama ini baik, karena untuk kategori keberlanjutan berada pada posisi berkelanjutan. Adapun untuk meningkatkan nilai indeks keberlanjutan tersebut maka perlu peningkatan terhadap atribut-atribut yang masih rendah terhadap nilai indeks, sedangkan atribut -atribut yang berdampak positif tetap dipertahankan dan harus ditingkatkan. Atribut kelembagaan yang diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pualu kecil : 1) pemerintah pusat (pelaku), 2) wisatawan dalam negeri (pelaku), 3) perguruan tinggi (pelaku), 4) mewujudkan pengembangan wisata (tujuan program), 5) meningkatkan industri pariwisata (tolok ukur), 6) meningkatnya produktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (tolok ukur), 7) meningkatnya mutu produk perikanan (tolok ukur), 8) meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (tolok ukur), 9) meningkatnya jumlah permodalan kegiatan perikanan tangkap (tolok ukur), 10) nelayan kurang berdaya
dalam penentuan harga ikan (kendala utama), 11) lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam pesisir dan pulau-pulau kecil (kendala utama), 12) peraturan investasi daerah yang kurang mendukung (kendala utama), 13) kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (kendala utama), dan 14) membuat kebijakan yang konsisten (aktifitas). Adapun atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dapat diketahui dengan melakukan analisis Leverage.
Hasil analisis Leverage diperoleh lima atribut kelembagaan yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan antara lain : 1) meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (tolok ukur), 2) lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam pesisir dan pulau-pulau kecil (kendala utama), 3) perguruan tinggi (pelaku), 4) kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (kendala utama), dan 5) wisatawan dalam negeri (pelaku). Hasil analisis Leverage disajikan pada Gambar 58.
Peran atribut dimensi kelembagaan dengan nilai Root Mean Square menjelaskan bahwa atribut meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (tolok ukur) merupakan atribut yang paling sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan kawasan. Atribut yang sensitif ini merupakan faktor pengungkit dalam dimensi kelembagaan, sehingga apabila dilakukan perbaikan pada atribut ini akan mengungkit nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan secara keseluruhan.
Gambar 58 Peran atribut dimensi kelembagaan dengan nilai Root Mean Square Hasil analisis menunjukkan bahwa lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam pesisir dan pulau-pulau kecil (kendala utama) dan
perguruan tinggi (pelaku), memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap besarnya nilai indeks keberlanjutan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih terfokus melakukan kegiatan di daratan dibandingkan di pesisir dan pulau- pulau kecil, demikian juga kurang adanya peran perguruan tinggi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan sumberdaya alam pesisir dan pulau- pulau kecil. Untuk itu perlu adanya dukungan pemerintah terhadap perguruan tinggi dalam melakukan kerjasama berbagai penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkesinambungan untuk masa yang akan datang.
Dimensi kelembagaan juga terdapat atribut yang sensitif yaitu kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (kendala utama), dan wisatawan dalam negeri (pelaku), atribut ini merupakan atribut yang berhubungan langsung dengan atribut lainnya, karena dengan adanya kebijakan pemerintah yang konsisten, maka kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil akan terwujud, dan kegiatan ekominawisata bahari akan diminati oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Sedangkan kunjungan wisatawan dalam negeri akan lebih meningkat lagi, jika dilakukan promosi yang lebih baik dalam rangka peningkatan kunjungan wisata dan peningkatan pendapatan masyarakat di pesisir dan pulau- pulau kecil Teluk Weda khususnya dan Kabupaten Halmahera Tengah Umumnya. 5.8.5 Status keberlanjutan multidimensi
Status keberlanjutan akan mencapai optimal jika nilai status keberlanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap dimensi tersebut. Dari ketiga dimensi (ekologi, ekonomi dan sosial budaya) yang cukup berkelanjutan ditingkatkan menjadi berkelanjutan, sedangkan untuk dimensi kelembagaan atribut-atribut lainnya harus ditingkatkan lagi untuk mencapai optimal, terutama pemerintah pusat sebagai pelaku utama. Adapun nilai status keberlanjutan secara keseluruhan disajikan pada Gambar 59.
Hasil analisis Rapfish multidimensi keberlanjutan pengelolaan kawasan Teluk Weda berdasarkan kondisi yang ada, diperoleh nilai 57,24% yang berarti termasuk kedalam status cukup berkelanjutan. Nilai ini diperoleh berdasarkan penilaian 52 atribut dari 4 dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan. Posisi titik nilai indeks keberlanjutan tersebut berada pada kwadran negatif yang berarti pengelolaan berjalan ke arah yang kurang baik. Hasil analisis keberlanjutan multidimensi disajikan pada Gambar 60.
Gambar 60 Indeks keberlanjutan multidimensi
Nilai indeks keberlanjutan multidimensi cukup berkelanjutan, namun karena berada pada kuadran negatif, maka tetap harus ada upaya untuk memperbaiki atribut-atribut yang berdampak negarif terhadap nilai indeks keberlanjutan serta mempertahankan dan meningkatkan atribut-atribut yang telah berdampak positif terhadap nilai indeks keberlanjutan kegiatan pengelolaan kawasan ekominawisata pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Weda. Adapun atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dapat diketahui dengan melakukan analisis Leverage.
Hasil analisis Leverage diperoleh lima atribut multidimensi yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan antara lain : 1) Estetika, 2) perlindungan situs budaya, 3) penelitian dan pendidikan, 4) budidaya rumput laut, dan 5) budidaya keramba jaring apung.
Atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan multidimensi berdasarkan hasil analisis Leverage dari keempat dimensi sebanyak 20 atribut (Gambar 61). Untuk meningkatkan status keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Teluk Weda perlu perbaikan pada atribut-atribut tersebut. Atribut-atribut yang berdampak positif terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan ditingkatkan kapasitasnya dan sebaliknya menekan kapasitas atribut-atribut yang berdampak negatif terhadap nilai indeks keberlanjutan.
Gambar 61 Peran atribut multidimensi dengan nilai Root Mean Square
Hasil analisis Monte Carlo pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Teluk Weda tidak banyak berbeda dengan hasil analisis Rapfish. Dalam hal pemberian skoring yang dilakukan terhadap setiap atribut dapat diperkecil kesalahannya, hal ini dapat dilihat dari proses analisis data yang dilakukan berulang-ulang menjadi stabil dengan pemberian skoring karena perbedaan relatif kecil, sehingga kesalahan dalam menginput data dan data yang hilang dapat dihindari. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis MDS dan Monte Carlo disajikan pada Tabel 49.
Tabel 49 Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis MDS dan Monte Carlo
Indeks keberlanjutan Nilai indeks keberlanjutan (%)
MDS Montecarlo Perbedaan Ekologi 61,68 59,42 2,26 Ekonomi 55,98 55,75 0,23 Sosial budaya 68,06 67,63 0,42 Kelembagaan 76,01 73,71 2,30 Multidimensi 57,24 56,38 0,86
Hasil analisis Rapfish menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji terhadap status keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Teluk Weda dapat dipercaya. Hal ini terlihat pada Tabel 50 dengan nilai stress yang berkisar antara 0,08-0,13 (8-13%) dan nilai koefisien determinasi (R²) berkisar antara 0,96-0,98. Hal ini menunjukkan bahwa nilai stress diperoleh lebih kecil dari 0,25 (25%) dapat diterima, karena nilai R² mendekati nilai 1.0 (Fisheries 1999).
Tabel 50 Nilai stress, koefisien determinasi (R²) dan iterasi hasil analisis Rapfish Indeks
keberlanjutan Stress Koefisien Determinasi (R²) Iterasi
Ekologi 0,12 0,96 2
Ekonomi 0,11 0,97 3
Sosial budaya 0,11 0,98 3
Kelembagaan 0,13 0,96 3