• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.

Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan system zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Konservasi Sumberdaya Ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan. Kawasan konservasi maritim adalah daerah perlindungan adat dan budaya maritim yang mempunyai nilai arkeologi historis khusus, situs sejarah kemaritiman dan tempat ritual keagamaan atau adat dan sifatnya sejalan dengan upaya konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

Ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati dan nir-hayati, mutlak dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan untuk meningkatkan mutu hidup. Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsional berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati secara komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Karena itu untuk menjamin kelestarian sumberdaya hayati, perlu diperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung diantara komponen sumberdaya alam yang menyusun suatu system.

Diantara ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada dalam kondisi kritis adalah estuaria, mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Ekosistem dan sumberdaya tersebut berperan penting sebagai penyedia makanan, tempat perlindungan dan tempat berkembangbiak berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota lainnya.

Salah satu upaya perlindungan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan suatu kawasan di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan konservasi yang antara lain bertujuan untuk melindungi habitat-habitat kritis, mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya, melindungi keanekaragaman hayati dan melindungi proses-proses ekologi.

Kawasan konservasi yang didefinisikan sebagai suatu kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang mencakup daerah intertidal, subtidal dan kolom air di atasnya, dengan beragam flora dan fauna yang berasosiasi didalamnya yang memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan budaya.

Kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil memiliki peran utama sebagai berikut (Agardy 1997; Barr et al. 1997) :

a. Melindungi keanekaragaman hayati serta sturktur, fungsi dan integritas ekosistem.

Kawasan konservasi dapat berkontribusi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua tingkat tropik dari ekosistem, melindungi hubungan jaringan makanan, dan proses-proses ekologi dalam suatu ekosistem. b. Meningkatkan hasil perikanan.

Kawasan koservasi dapat melindungi daerah pemijahan, pembesaran dan mencari makanan, meningkatkan kapasitas reproduksi dan stok sumberdaya ikan.

c. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata.

Kawasan konservasi dapat menyediakan tempat untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata alam yang bernilai ekologis dan estetika. Perlindungan terhadap tempat-tempat khusus bagi kepentingan rekreasi dan pariwisata (seperti pengaturan dermaga perahu/kapal, tempat berjangkar dan jalur pelayaran) akan membantu mengamankan kekayaan dan keragaman daerah rekreasi dan pariwisata yang tersedia di daerah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

d. Memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem.

Kawasan konservasi dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, menyediakan tempat yang relatif tidak terganggu untuk observasi dan monitoring jangka panjang, dan berperan penting bagi pendidikan masyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi laut dan dampak aktifitas manusia terhadap keanekaragaman hayati laut.

e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir, laut dan pulau- pulau kecil.

Kawasan konservasi dapat membantu masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dalam mempertahankan basis ekonominya melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan secara optimal dan berkelanjutan.

Sasaran utama penetapan kawasan konservasi pesisir, laut dan pulau-pulau kecil adalah untuk mengkonservasi ekosistem dan sumberdaya alam, agar proses- proses ekologis di suatu ekosistem dapat terus berlangsung dantetap

dipertahankan produksi bahan makanan dan jasa-jasa lingkungan bagi kepentingan manusia secara berkelanjutan (Agardy 1997).

Untuk dapat mencapai sasaran tersebut di atas, maka penetapan kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil harus ditujukan untuk (Kelleher and Kenchington 1992; Jones 1994; Barr et al. 1997; Salm et al. 2000):

Melindungi habitat-habitat kritis

Mempertahankan keanekaragaman hayati Mengkonservasi sumberdaya ikan

Melindungi garis pantai

Melindungi lokasi-lokasi yang bernilai sejarah dan budaya Menyediakan lokasi rekreasi dan pariwisata alam

Merekolonosasi daerah-daerah yang tereksploitasi Mempromosikan pembangunan kelautan berkelanjutan

Dalam rencana pengalokasian kawasan konservasi, diperlukan sedikitnya 4 (empat) tahapan dalam proses pemilihan lokasi (Agardy 1997) :

1. Identifikasi habitat atau lingkungan kritis; distribusi sumberdaya ikan ekologis dan ekonomis penting, dan bila memungkinkan lokasi proses-proses ekologis kritis, dan dilanjutkan dengan memetakan informasi-informasi tersebut dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis.

2. Teliti tingkat pemanfaatan sumberdaya dan identifikasi sumber-sumber degradasi di kawasan; petakan konflik pemanfaatan sumberdaya, berbagai ancaman langsung (over-eksploitasi) dan tidak langsung (pencemaran) terhadap ekosistem dan sumberdaya.

3. Tentukan lokasi dimana perlu dilakukan konservasi (lokasi yang diidentifikasi oleh pengambil kebijakan menjadi prioritas untuk dilindungi).

4. Kaji kelayakan suatu kawasan prioritas yang dapat dijadikan kawasan konservasi, berdasarkan proses perencanaan lokasi.

Secara umum terdapat 2 (dua) kategori ukuran kawasan konservasi, yakni : kategori disagregasi (sekelompok kawasan konservasi yang berukuran kecil), dan kategori agregasi (satu kawasan konservasi yang berukuran besar). Setiap kategori ukuran memiliki keunggulan tersendiri. Kawasan konservasi yang berukuran kecil dapat mendukung kehidupan lebih banyak jenis biota dengan relung yang berbeda-beda, serta tidak merusak semua kawasan konservasi secara bersamaan bila terdapat bencana. Kawasan konservasi yang berukuran besar menuntut adanya zonasi kawasan untuk mendukung pengelolaan yang efektif bagi berbagai pemanfaatan secara berkelanjutan.

Teluk yang akan menjadi prioritas dalam penyusunan perencanaan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, Permen KP RI Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil, Permen KP RI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Akreditasi Terhadap Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil, Permen KP RI Nomor 17 Tahun 2008 Tentang

Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil, dan Permen KP RI Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan, dan Permen KP RI Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan, serta Kepmen KP RI Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang.

Pengelolaan zona dalam kawasan konservasi didasarkan pada luasnya berbagai pemanfaatan sumberdaya kawasan. Aktifitas di dalam setiap zona ditentukan oleh tujuan konservasi, sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengelolaan. Zona-zona tertentu menuntut pengelolaan yang intensif, sementara zona lainnya tidak perlu.

Sistem zonasi pada kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari : a) zona inti; b) zona pemanfaatan terbatas; dan/atau c) zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan.

Zona inti wajib dimiliki oleh setiap jenis kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Setiap jenis kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dapat memiliki satu atau lebih zonasi sesuai dengan luasan dan karakter biofisik serta sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

Zona inti antara lain diperuntukkan :

a. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut; b. perlindungan ekosistem pesisir yang unik dan/atau rentan terhadap perubahan; c. perlindungan situs budaya/adat tradisional;

d. penelitian; dan/atau e. pendidikan

Zona pemanfaatan terbatas antara lain diperuntukkan : a. perlindungan habitat dan populasi ikan;

b. pariwisata dan rekreasi;

c. penelitian dan pengembangan; dan/atau d. pendidikan.

Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain zona rehabilitasi.

Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan Kepmen KP RI Nomor 17 Tahun 2008, adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Tujuan ditetapkannya konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu untuk memberikan acuan atau pedoman dalam melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya.

Sasaran pengaturan kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditujukan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Penzonasian kawasan konservasi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Penzonasian Kawasan Konservasi

Kawasan Zona Sub Zona Penjelasan

Kawasan Konservasi

Konservasi A

Konservasi Perairan

Wilayah yang mempunyai cirri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengeloalan wilayah tersebut secara berkelanjutan A1 Taman Nasional

Perairan

Kawasan konservasi perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang

menunjang perikanan berkelanjutan, wisata perairan dan rekreasi

A2 Taman Wisata Perairan

Kawasan konservasi perairan dengan tujuan dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi

A3 Suaka Alam Perairan Kawasan konservasi perairan

dengan ciri khas tertentu untuk perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya

A4 Suaka Perikanan Kawasan perairan tertentu, baik air

tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan cirri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan Konservasi B Koservasi Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai cirri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang

dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah tersebut secara berkelanjutan

B1 Suaka Pesisir Merupakan wilayah pesisir yang

menjadi tempat hidup dan perkembangbiakan (habitat). Mempunyai keterwakilan ekosistem di wilayah pesisir yang masih asli, luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat, dan/atau mempunyai kondisi fisik wilayah mampu mengurangi dampak bencana

Tabel 5 Lanjutan

Kawasan Zona Sub Zona Penjelasan

Kawasan Konservasi

B2 Suaka Pulau Kecil Merupakan pulau kecil yang

menjadi tempat hidup dan perkembangbiakan (habitat), mempunyai keterwakilan ekosistem di pulau kecil yang masih asli dan/atau alami, luas wilayah pulau kecil yang cukup untuk menjamin

kelangsungan habitat, dan/atau mempunyai kondisi fisik wilayah pulau kecil yang mampu mengurangi dampak bencana

B3 Taman Pesisir Merupakan wilayah pesisir

yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, dan kondisi lingkungan

disekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi

B4 Taman Pulau Kecil Merupakan wilayah pulau

kecil yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, dan kondisi lingkungan

disekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi

Konservasi C Konservasi Maritim

Wilayah konservasi dengan situs budaya atau tempat kapal tenggelam C1 Daerah Perlindungan Adat Maritim C2 Daerah Perlindungan Budaya Maritim

Sumber : Permen KP RI Nomor 17 Tahun 2008

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari 4 jenis yaitu: a. suaka pesisir

b. suaka pulau kecil c. taman pesisir d. taman pulau kecil

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suaka pesisir memiliki kriteria sebagai berikut :

a. merupakan wilayah pesisir yang menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya (habitat) suatu jenis atau sumberdaya alam hayati yang khas, unik, langka dan dikhawatirkan akan punah, dan/atau merupakan tempat

hidup bagi jenis-jenis biota migrasi tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan, dan/atau pelestarian;

b. mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di wilayah pesisir yang masih asli dan/atau alami;

c. mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif; dan

d. mempunyai kondisi fisik wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan dan/atau mampu mengurangi dampak bencana.

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suaka pulau kecil memiliki kriteria sebagai berikut :

a. merupakan pulau kecil yang menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya (habitat) suatu jenis atau beberapa sumberdaya alam hayati yang khas, unik, langka, dan dikhawatirkan akan punah, dan atau merupakan tempat kehidupan bagi jenis-jenis biota migrasi tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan, dan/atau pelestarian;

b. mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di pulau kecil yang masih asli dan/atau alami;

c. mempunyai luas wilayah pulau kecil yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif; dan

d. mempunyai kondisi fisik wilayah pulau kecil yang rentan terhadap perubahan dan/atau mampu mengurangi dampak bencana.

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai taman pesisir memiliki kriteria sebagai berikut :

a. merupakan wilayah pesisir yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi;

b. mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pesisir yang berklanjutan; dan

c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi.

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai taman pulau kecil memiliki kriteria sebagai berikut :

a. merupakan pulau kecil yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi;

b. mempunyai luas wilayah pulau kecil/gugusan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan; dan

c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi.

Identifikasi dan pemilihan lokasi potensial untuk kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menuntut penerapan kriteria. Kriteria berfungsi

untuk mengkaji kelayakan suatu lokasi bagi kawasan konservasi. Penerapan kriteria sangat membantu dalam mengidentifikasi dan memilih lokasi perlindungan secara obyektif, yaitu secara mendasar terdiri atas kelompok kriteria ekologi, sosial dan ekonomi (Salm et al. 2000).

Kriteria ekologi adalah nilai suatu ekosistem dan jenis biota di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada criteria sebagai berikut :

a. Keanekaragaman hayati : didasarkan pada keragaman atau kekayaan ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota. Lokasi yang sangat beragam, harus memperoleh nilai paling tinggi.

b. Kealamian : didasarkan pada tingkat degradasi. Lokasi yang terdegradasi mempunyai nilai yang rendah, misalnya bagi perikanan atau wisata, dan sedikit berkontribusi dalam proses-proses biologis.

c. Ketergantungan : didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi, atau tingkat dimana ekosistem tergantung pada proses-proses ekologis yang berlangsung di lokasi.

d. Keterwakilan : didasarkan pada tingkat dimana lokasi mewakili suatu tipe habitat, proses ekologis, komunitas biologi, ciri geologi atau karakteristik alam lainnya.

e. Keunikan : didasarkan keberadaan suatu spesies endemic atau yang hampir punah.

f. Integritas : didasarkan pada tingkat dimana lokasi merupakan suatu unit fungsional dari entitas ekologi.

g. Produktifitas : didasarkan pada tingkat dimana proses-proses produktif di lokasi memberikan manfaat atau keuntungan bagi biota atau manusia.

h. Kerentanan : didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap degradasi baik oleh penagruh alam atau akibat aktiftas manusia.

Kriteria sosial adalah manfaat sosial dan budaya pesisir dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

a. Penerimaan sosial : didasarkan pada tingkat dukungan masyarakat lokal. b. Kesehatan masyarakat : didasarkan pada tingkat dimana penetapan kawasan

konservasi dapat membantu mengurangi pencemaran atau penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat.

c. Rekreasi : didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat digunakan untuk rekreasi bagi penduduk sekitar.

d. Budaya : didasarkan pada nilai sejarah, agama, seni atau nilai budaya lain dari lokasi.

e. Estetika : didasarkan pada nilai keindahan dari lokasi.

f. Konflik kepentingan : didasarkan pada tingkat dimana kawasan konservasi dapat berpengaruh pada aktifitas masyarakat lokal.

g. Keamanan : didasarkan pada tingkat bahaya dari lokasi bagi manusia karena adanya arus kuat, ombak besar dan hambatan lainnya.

h. Aksesibilitas : didasarkan pada kemudahan mencapai lokasi baik dari darat maupun laut.

i. Kepedulian masyarakat : didasarkan pada tingkat dimana monitoring, penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam lokasi dapat berkontribusi pada pengetahuan, apresiasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi.

j. Konflik dan kompatibilitas : didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat membantu menyelesaikan konflik antara kepentingan sumberdaya alam dan

aktifitas manusia, atau tingkat dimana kompatibilitas antara sumberdaya alam dan manusia dapat dicapai.

Kriteria ekonomi adalah manfaat ekonomi pesisir dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

a. Spesies penting : didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial tergantung pada lokasi.

b. Kepentingan perikanan : didasarkan pada jumlah nelayan yang tergantung pada lokasi dan ukuran hasil perikanan.

c. Bentuk ancaman : didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia.

d. Manfaat ekonomi : didasarkan pada tingkat dimana perlindungan lokasi akan berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang.

e. Pariwisata : didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata.