• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan Sub elemen dari aktivitas yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

2 TINJAUAN PUSTAKA

DDL = LLS X KL dimana :

5. Elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan Sub elemen dari aktivitas yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Memfasilitasi akses modal pengembangan

2. Memfasilitasi pelaksanaan pendidikan

3. Menfasilitasi tersedianya infrastruktur yang memadai 4. Memberikan pengawasan pemanfaatan sumberdaya alam 5. Melaksanakan promosi keanekaragaman hayati

6. Mendirikan sarana pelayanan

7. Memfasilitasi penyediaan data dan informasi 8. Membuat kebijakan yang konsisten

9. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan bekerjasama dengan perguruan tinggi

10.Melakukan koordinasi antar instansi terkait

3.3.6 Analisis keberlanjutan

Model yang dibangun dalam pengelolaan kawasan konservasi berbasis zonasi di Teluk Weda adalah teknik RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Teknik ini dikembangkan sebagai alat analisis dalam pengambilan kebijakan untuk memformulasikan pemanfaatan ruang kawasan konservasi secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial dan budaya serta kelembagaan yang disesuaikan dengan kondisi kawasan dan mengacu pada beberapa parameter ilmiah dari hasil penelitian dan referensi terkait.

Keberlanjutan (sustainability) merupakan kunci kebijakan yang dibutuhkan untuk perikanan di seluruh dunia. Sampai saat ini masih sulit untuk menghitung sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan, khususnya ketika dihubungkan dengan informasi dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Teknik RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries) adalah suatu metode multi disiplin terkini yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Ordinasi RAPFISH dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial dan budaya serta kelembagaan. Hasil status menggambarkan keberlanjutan disetiap aspek yang disajikan dalam bentuk skala 0 sampai 100%.

Manfaat dari teknik RAPFISH ini adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil (Alder et al. 2000). Teknik RAPFISH mempunyai berbagai keunggulan diantaranya adalah sangat sederhana, mudah dinilai, cepat dan biaya yang diperlukan relatif murah (Pitcher 1999). Selain itu, teknik ini dapat menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan dan mendefinisikan pesisir dan pulau-pulau kecil secara fleksibel.

RAPFISH akan menghasilkan gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai kondisi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, khususnya di daerah penelitian, sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk mencapai pembangunan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. RAPFISH didasarkan pada teknik ordinasi (menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur) dengan Multi- Dimensional Scaling (MDS) dengan prosedur disajikan pada Gambar 6.

Analisis RAPFISH dimulai dengan me-review atribut dan mendefinisikan pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan dianalisis, kemudian dilanjutkan dengan scoring yang didasarkan pada ketentuan yang sudah ditetapkan RAPFISH. Setelah itu dilakukan MDS untuk menentukan posisi relatif dari pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap ordinasi good dan bad. Selanjutnya analisis Monte Carlo dan Leverage dilakukan untuk menentukan aspek ketidakpastian dan anomali dari atribut yang dianalisis.

Gambar 6 Elemen proses aplikasi RAPFISH untuk data P3K (Alder et al. 2000 dalam Fauzi dan Anna 2005)

Fauzi dan Anna (2005) mengemukakan bahwa teknik ordinasi (penentuan jarak) di dalam MDS didasarkan pada Euclidean Distance yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut :

d =

(│X1 X2│2+ │Y1 Y2│2+ │Z1 Z2│2+…)

Konfigurasi atau ordinasi dari suatu objek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidean (dij) dari titik i ke

titik j dengan titik asal (δij) dengan persamaan berikut :

dij = ∝ + βδij+ ℇ

Ada tiga teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas, yaitu metode Least Square (KRYST), metode Euclidean Distance (ALSCAL) dan metode Maximum Likehood. Metode ALSCAL merupakan metode yang paling sesuai untuk RAPFISH dan mudah tersedia pada setiap software statistik (Alder et al. 2000). Metode ALSCAL mengoptimisasi jarak kuadrat (squared distance = dijk) terhadap data kuadrat (titik asal = 0ijk), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) dengan formula yang disebut S-Stress sebagai berikut :

Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidean yang dibobot, atau disajikan :

Pada setiap pengukuran yang bersifat mengukur (metric) kondisi fit (goodness of fit), jarak titik pendugaan dengan titik asal, menjadi sangat penting. Goodness of fit dalam MDS adalah mengukur seberapa tepat konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S. Nilai stres yang rendah menunjukkan good of fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Di dalam RAPFISH, model yang baik ditunjukkan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 (S < 0,25).

Análisis keberlanjutan model pengembangan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis zonasi di Teluk Weda dilakukan dengan pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) yang merupakan pengembangan dari metode RAPFISH yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan (Pitcher and Preikshot 2001; Kavanagh and Pitcher 2004).

Analisis keberlanjutan ekologi dinyatakan dalam indeks keberlanjutan : kesesuaian ekowisata selam, kesesuaian ekowisata snorkeling, kesesuaian ekowisata mangrove, kesesuaian ekowisata lamun, kesesuaian ekowisata pantai, kesesuaian ekowisata pancing, kesesuaian budidaya rumput laut, kesesuaian keramba jaring apung, daya dukung ekowisata selam, daya dukung ekowisata snorkeling, daya dukung ekowisata mangrove, daya dukung ekowisata lamun, daya dukung pantai, daya dukung ekowisata pancing, daya dukung budidaya rumput laut, daya dukung keramba jaring apung, daya dukung budidaya rumput laut kapasitas perairan, daya dukung budidaya rumput laut kapasitas asimilasi, dan daya dukung keramba jaring apung kapasitas perairan.

Analisis keberlanjutan ekonomi dinyatakan dalam indeks keberlanjutan : budidaya rumput laut, keramba jaring apung, daerah penangkapan ikan pelagis, daerah penangkapan ikan demersal, wisat pantai, wisata bahari, wisata sejarah/budaya, spesies penting, spesies endemik dan bentuk ancaman.

Analisis keberlanjutan sosial budaya dinyatakan dalam indeks keberlanjutan: tingkat dukungan masyarakat, kepedulian masyarakat, penelitian dan pendidikan, estetika, perlindungan situs budaya, keamanan, aksesibilitas, tempat rekreasi dan konflik kepentingan.

Analisis keberlanjutan kelembagaan dinyatakan dalam indeks keberlanjutan: pemerintah pusat, wisatawan dalam negeri, perguruan tinggi, mewujudkan pengembangan wisata, meningkatkan industri pariwisata, meningkatnya produktifitas pemanfaatan sumberdaya alam, meningkatnya mutu produk perikanan, meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pualu

kecil, meningkatnya jumlah permodalan kegiatan perikanan tangkap, nelayan kurang berdaya dalam penentuan harga ikan, lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam pesisir dan pulau-pulau kecil, peraturan investasi daerah yang kurang mendukung, kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, membuat kebijakan yang konsisten.

Analisis keberlanjutan multi dimensi dinyatakan dalam indeks keberlanjutan hasil gabungan dari nilai tertinggi pada keberlanjutan ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan. Analisis dilakukan melalui tiga tahapan: