• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diantara sifatnya adalah bersabar dan tidak bersedih

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 164-185)

TERM YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN PRANIKAH DI DALAM AL-QURAN

6) Diantara sifatnya adalah bersabar dan tidak bersedih

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdillah bin Marrah , ia menuturkan:

“Rasulullah SAW. bersabda:

29Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud.., hal. 47.

30Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin „Abdir Razzaq. Panduan Lengkap, Jakarta,

ََىَْي

Bukan termasuk golonganku orang yang menampar pipi dan merobek saku baju serta berseru dengan seruan Jahiliyyah (ketika mendapat musibah).

Seruan Jahiliyyah, sebagaimana kata al-Qadhi: “Ialah meratapi mayit dengan mengutuk.”34

c. Bagaimanakah kriteria pria (calon suami) yang baik?35

Jika laki-laki diperintahkan untuk memilih wanita dengan tipe yang kita sebutkan dimuka, maka wali seorang perempuan juga harus mencarikan pria sholih untuk dinikahkan dengan putrinya. Dan tidak ada salahnya bila seseorang menawarkan anak perempuan atau saudarinya pada laki-laki shalih. ini di dasarkan pada hadits Ibnu‟Umar, ia berkata”hafshah Binti

„Umar ditinggal suaminya, yaitu Khunais bin hudzafah nash-shami.

Dia ialah sahabat Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam yang meninggal di Madinah.‟Umar bin al-kathab berkata,‟akupun mendatangi

„Utsman bin „Affan lalu kutawarkan Hafshah padanya.„Utsman menjawab,

„biarlah kupikir dulu‟. Dia berkata, „Aku pun menunggu „Utsman bin „Affan beberapa malam lamanya. Selang beberapa lama kemudian, dia menemuiku sambil berkata, „Untuk sementara waktu ini, tampak nya aku masih belum ada keinginan menikah lagi.

„Umar berkata, „Aku lantas menemui Abu bakar ash-Shiddiq dan kukatakan pada nya, „kalau kamu mau, kunikahkan kau dengan Hafshan binti

„Umar.‟Abu bakar diam dan sama sekali tidak memberiku tanggapan.

Sikapnya membuatku kesal di banding „Utsman.

Aku pun menunggu beberapa malam hingga Rasulullah shallallaahu„alaihi wa sallam meminang nya dan langsung ku nikahkan baliau dengannya. Usai itu, Abu bakar menemuiku seraya berkata,

„Barangkali kau merasa sakit hati terhadapku saat engkau menawarkan Hafshah padaku lalu aku tidak memberi jawaban?‟ „Umar menjawab,

„benar.‟ Abu bakar bertutur, „Tidak ada yang menghalangiku untuk meyanggupi tawaranmu. Hanya saja, aku mengetahui Rasulullah shallaahu

„alaihi wa sallam menyebut Hafshah dan aku tidak mau membuka rahasia

33Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini, Sunan Ibnu Majah..., hal. 505.

34Abu Hafsh Usamah bin kamal bin Abdir Razzaq, Panduan lengkap lengkap...,hal.

95.

35Abdul-„Azhim bin Badawi Al-Khalafi,Bekal-bekal menuju pernikahan,untuk mewujudkan keluarga sakînahmawaddah,penuh rahmah..., hal. 11-13.

beliau shallahu „alaihi wa sallam. Seandainya Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam meninggalkannya, aku pasti menerimaya.36

Takdir Allah itu tidak bisa dielakan kecuali dengan berusaha beralih ke takdir lainnya , tetapi, jika takdir sesuatu telah ditepatkannya, maka usaha apa pun yang dilakukan selalu saja tidak berhasil kehati-hatian tidak berguna apabila suratan takdir telah ditetapkannya)ِ سِ ذِ قنِِ ا ِ نِ مِ ِ سِ زِ حِ ناِ ىِ نِ غِِ ي ِ ل), begitu ungkapan populer yang ditemukan dalam sekian banyak liteatur agama dan sastra.

Salah satu do‟a yang sering dibaca oleh Rasul SAW. setiap selesai sholat adalah:

Ya Allah ,tidak ada yang dapat menghalangi apa yang engkau berikn, tidak juga memberi apa yang engkau halangi, tidak berguna usaha atau kuasa, harta dan kedudukan siapa pun, karena engku adalah sumber semua itu.37

Disinilah antara lain terlihat jelas kebenaran ungkapan di atas, “jodoh merupakan takdir”, tetapi perlu diingat bahwa do‟a ini atau takdir itu bukan mendukung atau membenarkan paham fatilisme, yakni menaati putusan tuhan tanpa usaha. Tidak! Sungguh siapapun dapat berusaha dan terbuka peluang untuk meraih sukses, karena pintu usaha terbuka bagi yang ingin mengubah takdirnya dengan memilih takdir lain. Sekali lagi, apapun yang terjadi tidak keluar dari takdir Allah SWT.

Buah yang seharusnya di petik dari kesadaran tentang adanya takdir, termasuk dalam perkawinan, adalah menerima dengan penuh kesyukuran dan legowo takdir Allah SWT itu, bahkan semua takdirNya. Penerimaan itu mutlak karena seperti firman allah SWT dalam QS al-Ahzab/33:36

اٌََو

mencari pilihan lain,jika allah da rasul telah menetapkan suatu ketetapan.

Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-nya, maka sesungguhnya ia telah berada pada jalan yang sangat jauh dari kebenaran.

36Abū „Abdillāh Muḥammad ibn Ismā„īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju„fī al-Bukhārī...,hl. 175.

37Quraisy Shihab, Pengantin Al-Quran..., hal. 28-29.

Selanjutnya, tanamkanlah dalam hati bahwa pilihan Allah itu adalah yang terbaik, karena dalam genggaman “tangan Allah” segala kebaikan, dan karena kita diperintahkan bersangka baik kepada-nya, atau karena Allah menjanjikan untuk memenuhi sangka baik siapa yang bersangka baik kepada-nya. 38

Maha Tahu dan Maha waspada, sangat mengetahui bagaiman karakter manusia. Karakter dasar manusia itu sejak dulu tidak berubah. Karena hal itu merupakan fitrah yang telah diciptakan Allah untuk melekat dalam diri setiap manusia sejak kelahirannya.

Begitu juga dalam masalah memilih pasangan hidup dari dulu hingga sekarang tidak berubah. Manusia sering kali memilih sesuatu hanya di dasarkan kepada kecenderungan naluriah (mailul gharaiziyah) dan pertimbangan rasionya. Rasulallah SAW. realita yang terjadi bagaimana seseorang memilih calon pasangan hidupnya seraya menunjukan bagaimana yang seharusnya. Rasulallah SAW.bersabda:

“seorang wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya karena, keturunan(nasab)-nya, karena kecantikan-nya dan karena agama-nya. Dan utamakanlah (karena) agama. Hal itu akan menghalangi tanganmu”(HR Bukhari).

Maknanya ialah bahwa yang disukai dan mendorong para lelaki untuk tertarik dan menikahi seorang perempuan adalah karena empat hal tersebut.

Yang menjadi urutan terakhir biasanya malah kriteria kebaikan agama.

Maka Nabi SAW. menganjurkan kepada para lelaki bahwa jika mereka mendapati adanya kebaikan agama maka jangan berpaling darinya. Jika tidak, yakni jika berpaling dari kebaikan agama, maka lelaki tersebut akan tertimpa kebangkrutan dan kemiskinan.40

Sabda beliau, ِ عِ بِ سِ لِ اِ ةِ شِ مِ ناِِ حِ كِ حِ ن (wanita dinikahi karena empat perkara) maksudnya karena empat hal. Sabda beliau ِ اهِ بِ سِ حِ نِ واِ هِ ناِ مِ ن (karena harta dan keturunanya) al-hasab makna aslinya adalah kemuliaan leluhur dan kerabat.

berasal dari kata hisab karena ketika mereka membanggakan diri, menyebut keutamaan dan prestasi para leluhur dan kaum mereka, serta memperhitungkan semua itu.

38Quraisy Shihab, Pengantin Al-Quran..., hal. 29-30.

39Abi „Abdillah Muhammad bin Isma‟il al-Bukhary Juz al- Tsani, Syirkah al-Nur Asia, t.tp, t.th, hal. 242.

40Yahya Abdurrahman, Risalah khitbah..., hal. 77-78.

Menurut pendapat lain, yang dimaksud hisab di sini adalah perbuatan-perbuatan baik.41 Berdasarkan hadits ini orang mulia dianjurkan untuk menikahi wanita yang sederajat. Kecuali jika wanita yang sederajat dengannya tidak taat beragama. Saat itu, wanita yang taat beragama lebih diprioritaskan. Seperti itu juga terkait kriteria-kriteria dan sifat-sifat lainnya.

Terkait pembahasan sebagai syafi‟iyah,”Dianjurkan agar calon istri bukan kerabat dekat,” meski perkataan ini didasarkan pada riwayat, hanya saja riwayat tersebut tidak berdasar, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Umumnya pernikahan di antara kerabat akan melahirkan anak yang dungu, pendapat ini ada benarnya.42

Sabda beliau اِ هِ ناِ مِ جِ و dan kecantikannya (kurang t) dari sabda ini dapat di simpulkan di anjurkan untuk menikahi wanita yang cantik. Kecuali jika ada dua pilihan wanita yang cantik tapi tidak taat beragama dan wanita yang tidak cantik tapi ta‟at beragama.

Jika wanita tersebut sama-sama ta‟at beragama, maka yang cantik lebih utama. Termasuk dalam pengertian ini adalah wanita yang memiliki sifat-sifat baik, termasuk diantaranya ringan maharnya. Sabda beliau,ِِ ثاِ بِ زِ شِ فِ ظاِِ ف

ِ ذنا

ِ ن (maka pilihlah wanita yang memiliki agama) di sebutkan dalam hadits ِ ي Jabir, “maka hendaklah kamu memilih wanita yang memiliki agama.”

Maknanya, lelaki yang memiliki agama dan sifat kesatria sepantasnya menjadikan agama sebagai pedoman dalam segala urusan, Khususnya dalam hal memilih calon istri yang akan menjadi pendamping hidup. Karena itulah Nabi SAW untuk memerintahkan agar lelaki memilih wanita yang memiliki ketaatan agama yang merupakan puncak tujuan yang di inginkan.

Sabda beliau, ِ كاِ ذِِ يِ جِ بِ شِ ح makna aslinya adalah niscaya kedua tanganmu melekat dengan tanah. Ini adalah kata kiasan yang berarti miskin. Kata ini adalah kata berita yang berarti doa. Hanya saja hakikat doa ini tidak dimaksudkan. Inilah yang dipastikan oleh pemilik Al-„Umdah. Yang lain menambahkan doa Nabi SAW untuk seorang Muslim ini tidak terkabul, karena syaratnya tidak terpenuhi.

Ibnu Al-Arabi dalam buku permata pengantin43menuturkan makna sabda ini adalah niscaya kau mendapatkan kecukupan. Disebutkan makna ittaraba adalah berkecukupan, dan makna tariba adalah menjadi miskin. Alasannya,

41Majdi Bin Manshur bin sayyid Asy-Syuri, Permata Pengantin..., hal. 50.

42Seperti itulah pemahaman ahlul ilmi dari kalngan kaum muslimin sejak dulu, sampai akhirnya ditemukan dampak-dampak pernikahan dengan kerabat, dan mereka mengingatkan agar jangan menikah dengan sesama kerabat. Samapai akhirnya ilmu pengetahuan modern datang dan menguatkan perkataan serta pendapat mereka. Perlu juga disampaikan, bahwa suamu isri harus mengungkap hal-hal yang perlu diketahui sebelum melangkah ke jenjang pernikahan demi menghindari segala efek samping yang mungkin baru terlihat setelah pernikahan dalam kondisi-kondisi tertentu.

43Majdi Bin Manshur bin sayyid Asy-Syuri, Permata Pengantin.., hal. 51.

kekayaan yang berasal dari harta pada hakikatnya adalah tanah, karena semua yang ada di dunia ini tanah.

Menurut pendapat lain, makna sabda tersebut adalah niscaya akalmu lemah. Menurut pendapat lain maknanya adalah niscaya kau kekurangan ilmu. Pendapat lainnya menyebutkan di dalam lafal tersebut ada syarat yang diperkirakan keberadaannya, yaitu kau akan merugi jika kau tidak melakukannya. Pendapat ini dikuatkan ibnu Al-Arabi. Ada juga yang berpendapat niscaya ia miskin dan rugi.44

Adapun landasan yang wajib diletakan oleh setiap wanita didepan pelupuk matanya dalam menerima laki-laki yang mengajukan lamaran kepadanya, maka syarat, landasan dan pedoman yang pertama ialah agama.

Karena orang yang ta‟at beragama jika menyukai wanita, maka ia memuliakannya. Jika ia tidak menyukainya, ia tidak menzhaliminya, sebagaiman Firman Allah dalm QS al-Baqarah/2:221

ًُُۡۗۡسَتَجۡغ َ

أَُۡٔلَوُٖكِ ۡشٌٌَُُُِّّۡٞ ۡيرَخٌٌَُِۡؤٌُُّٞدۡتَػ َىَو

Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik dari pada laki-laki musyrik walaupun ia menarik hatimu.

Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik(pula).

Jika ada orang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya meminang putri kalian, maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melaksanakannya,maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.

44Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, Fathul Bari, Penerjemah Amiruddin, jilid V, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003, hal. 136.

45Abi „Isa Muhammad Bin „Isa Saurah Al- Tirmizdi, Sunan Al-Tirmizdi, juz-2 hadits ke 1090, Thoha Putra, Semarang, t.th, hal. 274.

Saudariku, agama adalah “barometer” yang bisa Anda gunakan untuk menilai laki-laki. Bukan harta atau ijazah yang dimiliknya.Tapi bila ia memiliki harta dan keahlian, disamping agama, maka itu suatu kenikmatan.

Orang yang taat beragama tidak boleh selamanya dikalahkan dengan orang yang memiliki model potongan rambut yang terbaru, atau orang yang memiliki model terbaru di dunia fashion (pakaian). Demikian pula tidak boleh dikalahkan oleh orang yang hafal nyanyian tapi hatinya tidak hafal satu pun ayat dari Kitabullah atau satu hadits pun dari hadits-hadits Nabi SAW.

Atau orang-orang yang berpenampilan ala wanita yang menyimpang jalannya sehingga Anda tidak bisa membedakan antara pakaian atau rambut laki-laki dengan wanita.

Tidak juga dikalahkan oleh orang yang manis kata-katanya, yaitu kumbang yang hinggap di antara bunga-bunga untuk menyerap madunya dari ini dan itu. Tidak juga orang yang berdiri di depan pintu sekolahmu untuk menunggumu keluar agar engkau bisa pergi bersamanya tanpa sepengetahuan keluarga.Tidak juga orang yang merasakan ciuman darimu sebelum engkau halal untuknya. Tidak pula orang yang membuat kata-kata manis saat berbicara kepadamu lewat telepon.46

Pertimbangan di atas ialah pertimbangan ideal. Sekalipun untuk memutuskan meminang atau menerima pinangan tidak mesti semua pertimbangan di atas terpenuhi atau sudah dipertimbangkan, akan tetapi cukup pertimbangan utama. Bahkan sejumlah pertimbangan kadang harus diabaikan. Pertimbangan di atas bersifat kondisional. Tujuan dan orientasi hidup yang dimaksud ialah visi dan misi kehidupan. Visi terkait dengan bagaimana seseorang memandang kehidupan. sedangkan misi adalah tujuan akhir yang diinginkan. Visi hidup seseorang sangat berpengaruhdan menentukan corak kehidupan seseorang. Seorang materialis Visi hidup nya memandang bahwa hidup dan dunia ini yag ada hanya materi, interaksi antara materi dan tidak ada unsur lain di luar materi, tidak ada pencipta dan tidak ada kehidupan lanjutan sesudah kematiannya.

Maka pandangan hidupnya akan bercorak materialis sentris. Semua akan di ukur dengan materi. Dia akan mengacuhkan agama, tata nilai dan kemuliaan. Karena baginya, semua adalah materi maka tidak ada yang lebih utama dari materi, bahkan ekstrimnya bagi dia manusia tidak beda dengan binatang dan tidak lebih berharga dari segenggam tanah, maka misi hidupnya tentu misi untuk meraih materi sebanyak-banyaknya walaupun dengan berbagi macam rintangan.

46Majdi bin Manshur bin Sayyid Asy-Syuri, Permata Pengantin..., hal. 62.

3. Memilih pasangan bujang/perawan dan shaleh QS. Annur/24:32 orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.

Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini dijadikan oleh Allah SWT untuk berpasang-pasangan dengan tujuan dapat menjalani kehidupan dengan sempurna. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat menjalani kehidupan dengan sempurna tanpa adanya pasangan mereka. Sebagaimana kisah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT yaitu Adam dan Hawa di muka bumi ini. Jumlah bilangan umat manusia di dunia ini terus bertambah dan berkembang biak memenuhi seluruh pelosok dunia. Karena pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk mengembangkan keturunan dan kelestarian hidupnya.47

Rasulullah Saw bersabda, “Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa enggan melaksanakan sunnahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh umat. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, menikahlah! Dan, barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa,

47 Maftuh Ahnan, Ruhmaku Surgaku, Galaxy, Cet. I, 2008, hal. 83.

48Abū „Abdullāh Muḥammad ibn Yazīd Al-Qazwini Ibn Mājah,ِ Sunan Ibnu Majah,Juz 2, Dār al-Hadis, Kairo, 2010, hal. 152-153.

karena puasa adalah perisai baginya dari berbagai syahwat.” (HR. Ibn Majah).49

Hal ini terjadi karena Allah SWT menjadikan setiap makhluk hidup mempunyai pasangan hidup masing-masing, Allah SWT juga memberikan bekal nafsu yang merangsang manusia untuk saling mempunyai rasa cinta dan kasih sayang terhadap lawan jenisnya. Dalam hal ini Allah SWT juga menjelaskan dalam firman-Nya surat Ali Imrān ayat[3] 14 :

ُ ِبََّْلذٱُ ٌََُِِةَر َطَِلٍُ ْ

لٱُِيرِطَٰ َجَل ْ

ىٱَوُ َينِنَ ْ

لْٱَوُِءٓا َصِّنىٱُ ٌََُِ ِتََٰنَٓ َّظلٱُ ُّبُخُ ِساَِّيِلُ ََِّيُز

َُيَ ْ

لْٱُُعَٰ َتٌَُ َمِلََٰذُُۡۗ ِثْرَ ْ

لْٱَوًَُِٰ َعُْ َ ْ

لْٱَوُِثٌََّٔ َصٍُ ْ لٱُِوْيَ ْ

لۡٱَوُِث َّؾِف ْ ىٱَو

ُۥُهَدِِغُُ َّللّٱَوَُُۖاَيْجُّلدٱُِةَٰٔ

ُِبأَـٍَ ْ لٱُ َُ ْصُخ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang bayak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesengangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.

Tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk mahligai rumah tangga yang langgeng dengan dipenuhi rasa kasih sayang, saling mencintai, dan dapat mendidik anak-anak sehingga dapat menjadi anak yang shalih shalihah.

Untuk hal pernikahan dapat dikatakan sebagai perjanjian yang kokoh atau mîtṡaqan galîẓhan yaitu sebuah perjanjian antara suami istri untuk hidup bersama sedemikian kukuh, sehingga bila mereka dipisahkan di dunia oleh kematian, maka mereka yang taat melaksanakan pesan-pesan Ilahi, masih akan digabungkan dan hidup bersama kelak di hari kemudian. Begitu juga dengan Rasulullah Saw ketika menikahkan putrinya Fatimah r.a., beliau bersabda kepada calon suami anaknya itu bahwa “Wahai Ali, dia, yakni Fatimah, untukmu, dengan harapan engkau berbaik-baik menemaninya.”50

Pernikahan telah Allah SWT sebut dengan istilah “mîtṡaq” (perjanjian) kemudian Allah SWT menyipati perjanjian ini dengan “galîẓh” (kuat). Kata mîtṡâqan galîẓhan dalam al-Qur‟an terdapat pada tiga tempat51 , yaitu dalam Q.S. Al-Aḥzab /33: 7 Allah SWT berfirman:

49Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Ensiklopedia Hadits 8; Sunan Ibnu Majah, Terj. Saifuddin Zuhry, Almahira, Jakarta ,2013, Cet. I hal. 328.

50M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Lentera Hati, Jakarta, Vol. II, 2009, Cet. II, hal.368.

51Amru Khalid, Meraih Keluarga Sakinah, Terj. Ahmad Syakirin, PT.Aqwam Media Profetika, Solo, 2012, Cet. I, hal. 23.

َُينِبَّلناُ ٌََُِاَُ ْذَخَاُْذِاَو

ُ ًَُْٓراَرْيٌُِ

َُِْةاُ َسَْيِغَوُ َٰسُْٰٔمَوُ ًَْيَِْٰرْةِاَّوُ ٍحُُُّْٔ ٌََِْوُ َمٌَِِْو

ُ ا ًظْيِيَؽُاًكاَرْيًٌٌُُُِِِّْْٓاَُْذَخَاَوًَََُۖيْرَم

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh”.

Kedua dalam Q.S. An-Nisā / 4: 154:

اْوُدْػَتُ لًَُُْٓلُاَِ َ ْ يُكَّوُاًدَّجُشُ َباَ لْاُأُيُخْدآًَُُُلُاَِ ْ ْ

يُكَوًُِِْٓكاَرْيٍِِةَُرْٔ ُّطىآًَُُُرَْٔـُاَِْػَذَرَو

ُ

ٌُُُِِْٓاَُْذَخَاَوُ ِجْت َّصلاُ ِف ا ًظْيِيَؽُاًكاَرْيًٌُِّْ

Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) Perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh.

Dan yang terakhir terdapat dalam Q.S. An-Nisā / 4: 21

َُّْوُذُخ ْ

أَحُ َؿْيَكَو

ُ ٍؼْػَبُ َٰ ُ

لِٰاًُُْس ُؾْػَبُ َٰضَْـَاُْدَكَو ا ًظْيِيَؽُاًكاَرْيًٌُُِّْسٌَُِِْنْذَخَاَّو

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.”.

Yang dimaksud “perjanjian yang kuat” dalam surat Al-Aḥzab adalah perjanjian antara Allah dan para Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah agama pada masing-masing umat mereka, kemudian untuk yang disebut kedua yaitu pada surat An-Nisā‟ ayat 154 adalah perjanjian antara Allah SWT dengan manusia dalam konteks melaksanakan pesan-pesan agama, dan kalimat yang sama Allah SWT sematkan dalam surat An-Nisā‟ ayat 21 dengan tidak ada penambahan atau pengurangan. Artinya, perjanjian yang diucapkan ketika akad nikah bobotnya tidak ubahnya seperti perjanjian yang ada di antara Allah Swt dan para Rasul-Nya, sebuah perjanjian yang berat.52

Pesan yang terkandung dalam surat An-Nisā ayat 21 jelas bahwa untuk mengawali sebuah mahligai rumah tangga tentunya dibutuhkan segenggam keyakinan bahwa pasangan yang dipilih benar-benar sesuai dengan apa yang

52Irfan Supandi, Keajaiban Rumah Tangga; Hal yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin, PT Tiga Setangkai Pustaka Mandiri, Solo, 2012, hal. 29.

telah disyari‟atkan oleh agama. Dalam pandangan Islam, pernikahan bukanlah hanya urusan perdata semata, bukan pula sekadar urusan keluarga dan masalah-masalah budaya, tetapi masalah dan peristiwa agama. Karena pernikahan dilakukan untuk memenuhi sunnah Allah SWT dan sunnah Nabi Saw serta dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Nabi Saw. Di samping itu, pernikahan juga bukan untuk mendapatkan ketenangan hidup sesaat, tetapi untuk selama hidup.53

Maka dalam hal ini, Islam mempunyai konsep-konsep sebelum memasuki jenjang pernikahan. Salah satu konsep untuk mencapai tujuan pernikahan tersebut Islam memberikan petunjuk tentang kriteria memilih calon suami atau istri. Dalam hadis Nabi Saw menganjurkan para laki-laki untuk mempertimbangkan anjuran yang telah diberikannya sebagaimana hadis di bawah ini :

“seorang wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya karena, empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya.

Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung”. (H.R. Bukhari)

Hadis tersebut mengisyaratkan tentang cara memilih calon istri yang baik. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ada empat kriteria perempuan yang baik untuk dinikahi. Keempat kriteria tersebut adalah kekayaan, keturunan, kecantikan dan agama. Akan tetapi, di abad modern ini telah menunjukkan berkembangnya kondisi masyarakat muslim dan naiknya martabat perempuan dalam masyarakat. Sehingga dikhawatirkan pemilihan calon istri yang memprioritaskan pada aspek agama sedikit terabaikan, karena empiris masyarakat saat ini cenderung konsumtif, matrealis, dan hedonis. Persoalan keagamaan menjadi suatu yang sangat penting karena kriteria yang lain cenderung mengarah kepada performa fisik seseorang. Masalah lahiriyah seperti kecantikan, kekayaan dan keturunan cenderung bisa berubah. Kendati demikian, agama yang kuat juga tidak merupakan jaminan sebagai sesuatu yang kekal. Maka dari itu, dalam menyikapi persoalan demikian seseorang

53Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Kencana, Jakarta, 2007, hal.48.

54Abi „Abdillah Muhammad bin Isma‟il al-Bukhary, Shahih Al bukhary Juz al- Tsani, Syirkah al-Nur Asia, t.tp, t.th, hal. 242.

haruslah mampu melihat calon istri dengan baik dari gambaran yang terlihat secara lahiriyah yang dapat berupa akhlak atau budi pekerti yang luhur.55

Oleh karena itu, perlu adanya pemaknaan hadits (kurang t) secara kontekstual dari hadits Nabi Saw tersebut dengan dalih bahwa kesemuanya

Oleh karena itu, perlu adanya pemaknaan hadits (kurang t) secara kontekstual dari hadits Nabi Saw tersebut dengan dalih bahwa kesemuanya

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 164-185)