• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 31-34)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

G. Kerangka Teori

Penulis menggunakan empat teori dalam penelitian ini yaitu teori institution, teori social control, teori self dan teori self regulation.

Penelitian ini memakai pendekatan psikologi dan sosiologi.Teori institution Soerjono Soekanto dipakai untuk menjawab tentang latar belakang munculnya pendidikan pranikah, membandingkan antar sekolah-sekolah pra nikah dan fungsi dari institusi tersebut.

Teori social control Soerjono Soekanto untuk melihat fungsi dari institusi itu terhadap masyarakat dan mengontrol tingginya angka perceraian yang terjadi di masyarakat.Teori Carl Rogers tentang self dan Teori self regulation oleh Bandura dipakai untuk menganalisis para peserta yang mengikuti pendidikan pra nikah. Materi yang ada dalam sekolah pra nikah memberikan ilmu dan dampak bagi para peserta dan membentuk pola pikir peserta dan dapat meregulasi dirinya ketika menjalani kehidupan berkeluarga

1. Teori-TeoriSosiologi a. TeoriInstitution

Institusi adalah sistem-sistem norma yang saling berhubungan, berakar pada nilai-nilai bersama dan berlaku umum melintasi masyarakat tertentu atau kelompok sosial, seperti cara-cara umum bertindak dan merasa.25

Pentingnya isntitusi sosial bagi tertib sosial terutama ditekankan pada fungsionalisme normatif yang dipandang sebagai ungkapan kesepakatan sosial dan pengertian cara-cara yang di dalamnya fungsi sosial dapat dipenuhi dengan cara-cara yang disetujui secara sosial. Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan

25John Scott, Sosiologi: The Key Concepts, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hal.141.

pemeliharaan masyarakat.Lembaga sosial keluarga misalnya, mempunyai fungsi reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan anak-anak dansebagainya.26

Menurut Soerjono Soekanto, Institusi lahir untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok, apabila dikelompokkan terhimpun menjadi lembaga kemasyara-katan.27 Lembaga sosial sebagai suatu sistem norma khusus yang menata serangkaian tindakan berpola mantap, guna memenuhi suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat.28

Para ahli sosiologi telah melakukan berbagai penggolongan tentang pranata sosial atau lembaga sosial atas dasar fungsi pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia berkaitan dengan tertib sosial warga masyarakat, salah satunya yaitu educational institution yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna.29 Cara mempelajari lembaga kemasyara-katan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekemasyara-katan, yaitu:

a. Analisis historis, bertujuan untuk meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga kemasyarakatan tertentu.

b. Analisis komparatif, bertujuan untuk menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam berbagai masyarakat berlainan ataupun berbagai lapisan masyarakat tertentu.

c. Analisis fungsional, lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga tersebut di dalam suatu masyarakat tertentu. Suatu lembaga masyarakat tidak mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.30

Lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi sebagai alat pengamatan kemasyarakatan (social control), karena dengan mengetahui adanya lembaga-lembaga itu setiap orang dapat mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat.31

Lembaga sebagai kumpulan cara berbuat yang berguna untuk mengatur stabilitas hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Lembaga juga dapat dimaknai sebagai pola organisasi untuk memenuhi berbagai keperluan manusia yang lahir dengan adanya berbagai budaya sebagai suatu ketetapan

26 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1982, hal.6.

27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, hal. 218.

28 Koentjaningrat, Pengantar Antropologi I, Jakarta Rineka Cipta, 1996, hal.133.

29 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana, 2013, hal.291.

30 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ..., hal.236.

31 Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Bhatara, 1973, hal. 138.

untuk menggunakannya yang tetap, memperoleh konsep kesejahteraan masyarakat dan melahirkan suatu struktur.32

2. Teori Social Control

Sistem Pengendalian sosial (social control) secara luas pengertiannya adalah segala proses, baik direncanakan atau tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau memaksa warga-warga masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya, atau suatu kelompok terhadap individu.Pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Berdasarkan sudut sifatnya, pengendalian sosial dapat bersifat preventif atau represif, atau bahkan kedua-duanya. Preventif merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Represif adalah usaha untuk mengembalikan keserasian yang penah mengalami gangguan. Preventif misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal.33

Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara persuasif atau dengan cara koersif. Cara persuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing. Sedangkan cara koersif tekanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau mengandalikan kekuatan fisik. Ada pengendalian yang dilakukan secara institusi, lisan, formal, tidak formal, simbolis, kekerasan, dan hukuman.

Terhadap adanya gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat, lembaga sosial memiliki wewenang reaksi sebagai bentuk respon atas deviasi sosial.

Lembaga sosial berfungsi sebagai pengendalian sosial (social control) terhadap dinamika dan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Fungsi pengendalian sosial tidak hanya tindakan terhadap mereka yang membangkang, tetapi juga pada proses sosialisasi. Pengendalian yang dilakukan secara institusi formal, tidak formal, simbolis, hukuman dan sebagainya.34

Dalam menjaga stabilitas dan keseimbangan sosial terdapat lembaga sosial yang berfungsi sebagai kontrol terhadap terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Indikator lembaga sosial di dalamnya terdapat unsur- unsur nilai dan norma khusus yang dibakukan secara umum yang berfungsi mengatur hubungan pola dan perilaku sosial sebagai bentuk

32 Yesmil Anwar, Sosiologi Untuk Universitas, Bandung: Refika Aditama, 2013, hal.210.

33 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., hal. 226.

34 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hal.57-59.

upaya memenuhi kebutuhan masyarakat misalnya pranata keluarga, ekonomi, pendidikan, agama, dan politik. Lahirnya lembaga sosial karena ada tujuan dan fungsinya,35 sebagai kontrol sosial yang diimplementasikan dalam berbagai bentuk.36 Teori-Teori Psikologi.37

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 31-34)