• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masalah

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 22-29)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah lembaga sosial dasar untuk mewujudkan pengembangan kualitas manusia, kehidupan keluarga tidak selalu mulus dari isu-isu yang muncul. Masalah ini tidak hanya untuk keluarganya sendiri, tetapi tampaknya menjadi masalah masyarakat, lingkungan dan Negara. Dengan mengurangi dan mengikis krisis keluarga harus dibebankan proyek perbaikan yang memberikan keluarga prospektif jaminan kehidupan keluarga yang lebih baik, keluarga masih memainkan peran sebagai lembaga sosial, dan masih memiliki fungsi agama sosial, ekonomi dan budaya.1

Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga sakînah (harmonis),2 ketenangan, kedamaian yang dirasakan oleh semua anggota keluarga,

1 Melly Sri Sulastri Rifai, “Suatu Tinjauan Historis Prospektif Tentang Perkembangan Kehidupan dan Pendidikan Keluarga”, dalam Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja (ed.), Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 4.

2 Sakinah adalah perpaduan antara tiga unsur, yakni: (1) „kesenangan/

kesejahteraan‟, (2) „ketentraman‟, dan (3) „keselamatan‟. „Kesenangan/kesejahteraan‟ dapat diraih dengan terpenuhi kebutuhan fisik dan material.„Ketentraman‟ dapat digapai dengan terpenuhi kebutuhan moril- spirituil. „Keselamatan‟ dapat terpenuhi dengan mematuhi normadan etika agama, termasuk juga norma dan etika sosial serta hukum alam. Kata

„keselamatan‟ dapat pula diganti dengan mendapat ridha dan berkah dari Allah subhanahu wata’ala. Karena itu ungkapan lain untuk kebahagiaan hakiki adalah kesenangan dan ketentraman yang diridhai dan diberkahi Allah. Sebab kalau sudah diridhai dan diberkahi

minimal suami, istri dan anak-anak.Tidak ada istri sakînah di atas penderitaan suami, tidak ada sakînah suami di atas penderitaan istri, tidak sakînah orang tua diatas penderitaan anak-anak, tidak sakînah anak-anak dengan mengorbankan orang tua.3

Dalam mencapai keluarga mawaddah, rahmah dan sakînah, tentu saja, perlu disiapkan dari awal, dan yang terbesar dalam hal persiapan ilmu.

Kehidupan keluarga adalah gambar kebesaran Allah dalam penciptaan dan pengujian kemanusiaan. Seorang pria iman akan selalu mencari cara terbaik untuk membuat hidup bahagia keluarganya setelah pernikahan. Usaha yang dilakukan keluarga agar menggapai hidup bahagia setelah pernikahan dapat diperoleh dengan formal, non formal dan informal.

Keinginan dari setiap pasangan untuk mencapai dan mewujudkan keinginan dari keluarga sakînah, dibutuhkan kerjasama dari semua anggota keluarga. Kerjasama yang baik harus dimulai dari pasangan yang sudah menikah. Hambatan komunikasi dapat menyebabkan perkawinan yang tidak harmonis dan keluarga tidak suka, pertengkaran mereka antara suami dan istri. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pernikahan, dari hanya argumen kecil untuk perceraian dan runtuhnya kehidupan rumah tangga menyebabkan "broken home."Penyebab dapat terjadi kesalahan pembentukan rumah tangga di awal hari sebelum pernikahan, bisa juga terjadi pada saat-saat kapal berlayar kehidupan pernikahan.Dengan kata lain, ada banyak faktor yang menyebabkan perkawinan dan pengawasan kehidupan rumah tangga tidak baik seperti yang diharapkan. Gejolak yang melanda rumah tangga, telah menjadi umum dalam populasi umum.

Namun, Islam dengan ajaran-ajarannya tentu tidak bisa tinggal diam membiarkan fenomena terjadi di kalangan umat Islam4

Dilihat dari kondisi tersebut, bahwasanya kehidupan rumah tangga sangat penting dalam pembentukan keluarga dan bentuk yang sakînah membutuhkan titik yang baik mulai dari dasar yang baik dan mendorong generasi berikutnya yang lebih unggul Muslim. untuk membangun keluarga yang mawaddah, rahmah dan sakînah dalam memilih mitra yang berfokus

Allah subpasti selamat. Lihat Khoiruddin Nasution, “Arah Pembangunan Hukum Keluarga Islam Indonesia: Pendekatan Integratif-Interkonektif dalam Membangun Keluarga Sakinah,” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Vol. 46 No. 1 Januari 2012, hal.100.

3 Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim, dengan Pendekatan Integratif-Interkonektif, Yogyakarta: Academia Tazaffa, 2009, hal. 227-228.

4 Kamal Al-Hayati, Solusi Islam Dalam Konflik Rumah Tangga, Jakarta:-PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 3.

pada agama (akhlak mulia), moral, dan kafa'ah (keserasian).5 Perkawinan bukan satu perkara yang mudah, bukan sesuatu yang boleh dipandang ringan, tetapi satu aspek kehidupan manusia yang perlu mendapat perhatian yang serius.6 Karena pernikahan tidak hanya menyatukan dua orang yang sedang jatuh cinta, tetapi juga menyatukan dua kelompok besar, yaitu keluarga dari suami dan keluarga dari istri yang dalam berumah tangga terkadang ada masalah (konflik).

Happy Family adalah keinginan bagi pasangan yang telah menikah, memulai sebuah keluarga, mereka hidup bahagia semua pasangan menikah setelah menikah tentu tujuan utama adalah bahagia. Namun, harapan perkawinan dengan memasukkan wilayah hidup tidak selalu seperti yang diharapkan karena promosi dari keluarga pasti banyak hal yang terjadi dan yang menjadi masalah dalam keluarga, sehingga harapan saat pernikahan dengan masalah mereka ketika sebuah keluarga dapat berdampak pada perceraian.

Ada banyak pernikahan yang akhirnya akan berakhir dengan perceraian, kondisi yang muncul, perceraian umum dan bahkan digunakan sebagai alternatif untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam keluarga, sehingga perceraian digunakan sebagai tren. Sebagai contoh, Indonesia, yang memiliki tingkat perceraian dari pernikahan yang cukup mengejutkan. Menurut data dari Direktorat Jenderal Kementerian Bimbingan Islam Departemen Agama pada tahun 2010, 2 juta orang yang menikah setiap tahun di Indonesia, ada 285.184 kasus per tahun pada akhir perceraian di Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi selama 5 tahun terakhir, sedangkan penyebab masalah ini disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kecurangan, perselisihan, masalah ekonomi.7

Banyak hal yang dapat menyebabkan keluarga tidak senang, masalah ini muncul bukan hanya setelah pernikahan, tapi mungkin masalah yang muncul sangat awal sebelum menikah membuat kesalahan ini dalam memilih calon suami atau istri, ekonomi cukup keluarga, perbedaan karakter, ketidakpuasan seks, kejenuhan dalam rutinitas, wanita lain yang ideal (WIL) atau pria impian lain (PIL) dan lainnya. Jika salah satu dari pasangan suami istri kurang siap dalam menangani masalah yang mereka hadapi, serta kurang pahamnya mereka tentang hak dan kewajiban sebagai pasangan suami istri, maka permasalahan-permasalahan di atas akan menjadi sebuah masalah besar

5 Naqiyah Mukhtar, “Oriantasi Umum dan Kiat-Kiat Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah ”, Makalah Disampaikan Pada Workshop Bimbingan Keluarga Sakinah, Stain Purwokerto Audit Lama, Jurusan Syari‟ah Stain Purwokerto, 14 Mei 2014.

6 Andi Samsul Alam, Usia Ideal Memasuki Dunia Perkawinan, Jakarta: Kencana Mas Publishing House, 2005,hal 13.

7 Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014, hal.79.

dalam keluarga yang akan menghancurkan keharmonisan keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya profesi penolong yaitu profesi konseling/pendidikan pranikah, dengan adanya pendidikan pranikah diharapkan individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.

Terkait dengan sebelum pernikahan ataupun dalam pernikahan, individu dapat memahami posisi yang akan dicapai setelah pernikahan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang ada dan dapat mencegah masalah-masalah yang akan muncul. Hal inilah yang melatar belakangi diadakannya SUSCATIN (Kursus Calon Pengantin) atau yang sekarang lebih dikenal dengan Kursus Pranikah yang diadakan oleh KUA, yang mana KUA (Kantor Urusan Agama) di sini merupakan bagian dari institusi pemerintah daerah yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakatkhususnya di bidang urusan agama islam. KUA memiliki badan resmi yang dibentuk hasil kerja sama dengan masyarakat yakni antara lain badan penasehat, pembinaan dan pelestari perkawinan (BP4), penyuluhan pengalaman ajaran agama Islam (P2A) dan badan kesejahteraan masjid (BKM).

Pendidikan pranikah berlangsung untuk pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan (Catin), usia pranikah, usia masa nikah8 atau yang sudah cerai (duda dan janda) yang ingin menikah lagi karena banyak hal yang harus dipersiapkan oleh pengantin dalam pernikahan, termasuk persiapan bagi remaja usia nikah sebagai basic knowledge mereka, termasuk persiapan fsikologis, sehingga pengantin dan pasangan yang sudah menikah lebih memahami dunia pernikahan dan menyediakan mereka dengan pengetahuan yang diperlukan untuk membentuk keluarga yang sakînah, hal ini sesuai dengan tujuan Kantor Urusan Agama (KUA)megadakan Kursus Pengantin (SUSCATIN) pada setiap pasangan pengantin yang ingin melakukan pernikahan bahwa pasangan lebih siap menghadapi peluang yang terjadi didalam berkeluarga, lebih siap menghadapi peluang yang terjadi didalam berkeluarga, di mana mereka dapat mengurangi jumlah perceraian yang ada pada hari ini.Salah satu pegawai KUA Kecamatan tanah sareal kota Bogor9 mengatakan bahwa para calonpengantin terkadang masih banyak yang tidak mengerti seluk beluk pernikahan itu sendiri dari awal sampai hak dan kewajiban dari pasangan menikah dalam rumah tangga dan bahkan doa untuk memurnikan hubungan biologis dan doa setiap kali mereka mandi besar dan lain-lain, banyak diantara mereka tidak tahu, oleh karenanya KUA tanah Sareal merasa perlu untuk memberikan SUSCATIN. SUSCATIN harus

8 Sesuai dengan hasil wawancara dengan Dr. Muharram Marzuki Direktur pembinaan Kantor Urusan Agama (KUA) dan Keluarga Sakinah, DIRJEN BIMAS Islam tanggal 7 April 2021 pukul 19 30 WIB. di Jakarta.

9 H. Zaenuddin, Penghulu KUA Tanah Sareal Kota Bogor, wawancara pada tanggal 13 Maret 2020 pukul 13 00 di KUA tanah sareal Kota Bogor

membantu pasangan membangun keluarga untuk menjadi bahagia, karena masalah perceraian umum di kalangan orang dari berbagai alasan dan bahkan ada seorang nenek dan kakek yang masih ingin bercerai, tapi itu terjadi sering pasangan perceraian yang usianya pernikahan tidak jauh sekitar 2 atau 3 tahun.

Pendidikan Pranikah adalah penyediaan bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kesadaran usia yang semakin muda menikah dari kehidupan rumah dan keluarga. Untuk mencapai keluarga yang harmonis, mawaddah, waramah serta mengurangi jumlah konflik, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.10

Pendidikan Pranikah dalam adalah penting untuk mendapatkan materi pendidikan sebelum menikah. Islam mengajarkan pengikutnya untuk tidak gegabah dalam tindakannya. Tapi ada sesuatu yang Islam menganjurkan ilmu tentang nikah tidak dicapai. Pendidikan Pranikah penting untuk pasangan potensial (pasangan), terutama bagi generasi muda. Dengan persiapan pernikahan jalang-hati, pendidikan sebelum menikah dipimpin oleh negara-negara tetangga dengan Malaysia.

Pemerintah Indonesia telahmengatur tentang Pendidikan Pranikah melalui Direktur Jenderal Bimas Islam DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kursus pranikah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman dan kehidupan rumah/keluarga dalam menciptakan keluarga sakînah mawaddah wa rahmah, serta mengurangi tingkat perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.Pendidikan Pranikah adalah penyediaan bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kesadaran usia yang semakin muda menikah dari kehidupan rumah dan keluarga. Definisi lain, orientasi sebelum menikah bantuan atau bantuan untuk kelompok individu atau individu untuk mengatasi atau menghindari kesulitan hidupnya sehingga individu berkembang dalam kehidupan.11

Perceraian makin banayak terjadi, sehingga kasus untuk pasangan potensial untuk menikah harus tahu hak dan kewajiban mereka yang telah ditetapkan oleh agama dan negara ketika sudah menjadi suami istri, dan seorang ibu dan seorang ayah. ilmu-ilmu lainnya sangat penting untuk melengkapi baik dari segi teologi, psikologi, ekonomi, kesehatan,12 dan lebih bermanfaat untuk kehidupan keluarga, itu adalah penyebab dari banyak masalah keluarga, kurang dari keharmonisan dalam keluarga, varietas

10 Wawancara dengan Bapak Junaedi sebagai Petugas KUA Bogor Barat pada 18 Juli 2019 pukul 13 00 di KUA Bogor Barat.

11 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Islam dan di luar Sekolah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, hal. 9.

12 Sesuai dengan hasil wawancara dengan Dr. Muharram Marzuki Mantan Direktur pembinaan Kantor Urusan Agama (KUA) dan Keluarga Sakinah, DIRJEN BIMAS Islam tanggal 7 April 2021 pukul 19 30 WIB. di Jakarta.

kekerasan dalam rumah tangga, bahkan perceraian. Singkatnya, semakin banyak keluarga yang tidak bekerja sebagai tempat terbaik untuk anak-anak untuk mendapatkan pendidikan karakter.13

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama telah merencanakan kursus persiapan pernikahan bagi pasangan yang menikah. Hal ini dilakukan karena melihat data dan fakta yang terjadi di masyarakat bahwa tingkat perceraian semakin meningkat. Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyelidiki tingginya jumlah perselisihan dan perceraian dalam kurun waktu beberapa tahun. Data 2013 sekitar 2,2 juta pernikahan setiap tahun, 45% terjadi konflik dan 12-15% dalam perceraian. yang diputus pengadilan agama tingkat perceraian Pengadilan Tinggi (PTA) di seluruh Indonesia pada tahun 2014 mencapai 382.231 kasus terhadap sekitar 100 000 kasus dibanding 2010 sampai dengan 251 208 kasus,14

Menurut data dari Direktorat Jenderal Kementerian Bimbingan Islam Departemen Agama pada tahun 2015 terdapat 394.246 kasus, kemudian pada tahun 2016 bertambah menjadi 401.717 kasus, lalu pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu 415.510 kasus dan tahun 2018 terus alami peningkatan menjadi 444.358 kasus. pada tahun2019 mencapai 480.618 kasus. Angka Sementara itu, pada 2020, per Agustus jumlahnya sudah mencapai 306.688 kasus. meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Penyebab terbesar perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus dengan 183.085 kasus.Faktor ekonomi menempati urutan kedua sebanyak 110.909 kasus. Sementara masalah lainnya adalah suami/istri pergi (17,55%), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (2,15%), dan mabuk (0,85%),15

Menurut Newman & Newman, ada empat faktor yang berkontribusi terhadap perceraian, yaitu:

1. Usia saat menikah sebelum usia 20 tahun.

2. tingkat pendapatan

3. Perbedaan dalam pengembangan sosio-emosional 4. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan perceraian.16

Sejalan dengan Newman & Newman, menurut Fauzi alasan-alasan untuk bercerai adalah:

1. Ketidak harmonisan 2. Krisis moral dan akhlak.

13 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter Wawasan Startegi dan Langkah Praktis, Surabaya: Erlangga, 2011, hal.23.

14 Angka Cerai Naik, Pemerintah Akan Adakan Kursus Pra Nikah, dalam www.kemenag.go.id, diakses Tanggal 28 Desember 2015.

15 Angka Cerai Naik, Pemerintah Akan Adakan Kursus Pra Nikah, dalam www.kemenag.go.id, diakses Tanggal 30 Maret 2021.

16 Newman, B. M. & Newman, P. R. (1984). Development through Life: A Psychological Approach. 3rd edition. Chicago: The Dorsey Press. hal. 79

3. Perzinahan

4. Pernikahan tanpa cinta17

Berbeda dengan Newman dan Fauzi, Bell mengatakan bahwa orang-orang yang bercerai umumnya kurang puas dengan kehidupan mereka dibandingkan dengan mereka yang menikah, tunggal, atau bahkan janda/duda yang meninggal. Ketidakpuasan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satunya, mereka yang bercerai sering menilai rincian pernikahan mereka sebagai kegagalan pribadi.18

Menurut penulis, prostitusi secara online juga termasuk salah satu penyebab dari kerusakan pada rumah tangga atau perceraian. Prostitusi prostitusi secara online Indonesia dianggap sebagai kejahatan terhadap moralitas/etika dan prostitusi adalah kegiatan yang ilegal dan melawan hukum. Kejahatan telah ada sejak zaman dahulu dalam masyarakat dan dapat dianggap sebagai penyakit masyarakat. Menurut Kartini Kartono19Kejahatan atau jahat adalah bentuk perilaku yang bertentangan dengan moralitas manusia, merugikan masyarakat, dan hukum ilegal dan kriminal. Kejahatan merupakan gejala masyarakat yang sangat mengganggu ketenangan, kedamaian, ketenangan dan masyarakat harus menghilang dari bumi ini, tapi demekian serta siang dan malam, pagi dan sore, perempuan dan laki-laki, kejahatan akan terus ada sebagai kebaikan lengkap, kebajikan dan sebagainnya. Prostitusi juga disebut prostitusi dijelaskan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata yang berarti miskin lacur, sengsara, tidak bahagia, tidak berhasil, atau perilaku buruk. Pelacur adalah perempuan yang pelacur, wanita tuna susila.20

Kata prostitusi berasal dari perkataan Latin: prostituere yang berarti:

menyerahkan diri dengan terang terangan kepada perzinahan. Secara etimologi pernah pula dihubungkan dengan perkataan prostare, artinya:

menjual, menjajakan. Perkataan itu sejak zaman dahulu telah dipakai dalam perpustakaan Yunani Romawi untuk wanita-wanita yang menjual tubuhnya.

Prostitusi adalah suatu gejala yang terdapat diseluruh dunia dengan cara yang sangat berlain-lainan. Dikebanyakan negri-negri pelacuran itu dilakukan secara gelap di rumah-rumah pelacuran dan di rumah-rumah “pertemuan”.

W.A. Bonger dalam tulisannya “Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie” yang dikutip oleh B.Simanjuntak21 sebagai berikut: Prostitusi ialah kemasyarakatan di mana wanita menjual diri melakukan

17 Fauzi, D.APerceraian Siapa Takut…, Jakarta: Restu Agung, 2006, hal.11.

18 Bell, R. R. Marriage and Family Interaction.5th edition. Illinois: The Dorsey Press.

(1979), hal 35.

19 Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali, 1988, hal.137.

20 W.J.S Poerdarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka 1984, hal.548.

21 B. Simandjuntak, Patologi Sosial, Bandung: TARSITO, 1985, hal. 112.

perbuatan seksual sebagai mata pencarian. Pada definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri sebagai “profesi” atau mata pencaharian sehari-hari, dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual.22 Jadi yang dimaksud prostitusi online itu sendiri adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri, melakukan perbuatan seksual sebagai mata pencaharian dan media sosial sebagai alat untuk membantu bernegosiasi harga dan tempat dilakukannya prostitusi tersebut. Apalagi dimusim pandemi covid-19 kali ini, anak lebih banyak belajar di rumah, kalau suami istri tidak punya bekal ilmu maka akan kesulitan dalam membimbing anak-anaknya belajar dirumah.

Permasalahan dan perselisihan rumah tangga jika tidak ditanggulangi dengan baik akan menjadi masalah sosial. Dengan kondisi ini, Mantan Menteri Agama Lukmanul Hakim mengatakan pendidikan pranikah perlu dijadikan gerakan nasional dalam masyarakat.23

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membahas term-term ayat Al-Qur‟an yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pendidikan pranikah baik dari mulai ta’âruf, khitbah dan seterusnya serta konsep pendidikan pranikah secara holistik yang berbasis Al-Qur‟an dan prospeknya dalam menekan tingkat perceraian dan membimbing keluarga sakînah berlandaskan Al-Qur‟an, dengan judul Pendidikan Pranikah Perspektif Al-Qur’an

Dalam dokumen PENDIDIKAN PRANIKAH PERSPEKTIF AL-QUR AN (Halaman 22-29)