• Tidak ada hasil yang ditemukan

WILAYAH DAN PENDUDUK TELUK ARGUNI

2.2. Distrik Arguni Bawah

Arguni adalah daerah berupa teluk dengan wilayah terluar di kota Kaimana dan wilayah terdalam hampir berbatasan dengan kabupaten Teluk Wondama yang menjadi batas Utara Kabupaten

Kaimana. Setelah pemekaran Kabupaten, teluk Arguni yang sebelumnya merupakan satu wilayah Distrik, kemudian dimekarkan menjadi dua Distrik, Arguni Atas dengan ibukota Bofuer dan Arguni Bawah dengan ibukota Tanusan.

Gambar 2.3. Wilayah Teluk Arguni

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kaimana 2014

Kata arguni berasal dari bahasa Irarutu, wer dan rgwin. Kata

wer artinya air dan rgwin artinya kepala, jadi wer-rgwin berarti

kepala air. Disebut sebagai kepala air karena Arguni merupakan ujung terdalam dari teluk yang terletak di kota Kaimana. Penyebutan kata arguni menurut beberapa cerita, digunakan pada saat pemerintahan Belanda yang kesulitan dalam menyebutkan

wer-rgwin.

Menuju teluk Arguni dari kota Kaimana hanya dapat ditempuh dengan jalan air. “long boat” sebagai alat transportasi dapat langsung meluncur dari pantai Kaimana dan dapat melalui Tanggaromi, daerah pelabuhan di ujung Barat laut kota Kaimana. Karena risiko hantaman ombak di pantai Kaimana, orang-orang

lebih memilih lewat Tanggaromi untuk menuju desa-desa di wilayah Teluk Arguni. Demikian juga orang-orang dari desa, hampir semua dari mereka akan berhenti di Tanggaromi dan melanjutkan dengan perjalanan darat menuju Kota Kaimana.

Gambar 2.4. Pelabuhan Tanggaromi Sumber: Dokumentasi Peneliti

Tanggaromi adalah pelabuhan utama dan tempat menambatkan perahu long boat yang digunakan oleh orang-orang dari desa-desa di sepanjang teluk Arguni. Setiap hari akan ada puluhan long boat yang turun2 berlabuh di wilayah Tanggaromi. Mereka yang turun biasanya membawa hasil kebun dan hutan serta hasil buruan untuk dijual. Setiap hari pula, ada puluhan long

boat yang naik3 ke daerah pedalaman meninggalkan Tanggaromi

2

Istilah yang digunakan orang Kaimana pada umumnya untuk menyatakan bila seseorang pergi dari daerah pedalaman menuju daerah pantai

3 Istilah yang digunakan untuk menyatakan bila seseorang pergi dari daerah pantai menuju daerah pedalaman.

dengan membawa bahan-bahan kebutuhan untuk hidup di desa. Biasanya yang mereka bawa adalah bahan-bahan pokok seperti beras, minyak goreng, BBM, mie instan dan air kemasan. Sebagai pintu masuk menuju kota Kaimana dan keluar menuju daerah pedalaman, fasilitas penunjang yang ada di Tanggaromi cukup memadai. Ada toko-toko yang menyediakan berbagai kebutuhan, pasar tempat berjualan sayur dan buah sebagai hasil kebun dan ada terminal yang menyediakan angkutan menuju kota Kaimana. Walau tersedia fasilitas tersebut tetapi orang kampung banyak langsung berbelanja di kota Kaimana.

Meluncur dengan long boat naik dari Tanggaromi, mengarungi teluk, kita akan melewati desa-desa yang berlokasi di tepian teluk. Pertama yang akan dilalui adalah desa Koi, Wasama dan Inari. Ketiga desa tersebut masih berada di wilayah Distrik Kambrau dan kebanyakan dihuni oleh orang-orang Kambrau. Setelah melewati ketiga desa tersebut, kita akan memasuki wilayah Distrik Arguni Bawah. Desa-desa yang dilalui antara lain Nagura, Serara, Samun, Ukiara dan Tanusan yang merupakan pusat Distrik Arguni Bawah. Keatas lagi, ada desa Wandewa, Jawera, Waromi dan selanjutnya wilayah Distrik Teluk Arguni Atas dengan sentralnya di Bofuer.

Long-boat yang digunakan oleh masyarakat di desa-desa

atas kebanyakan terbuat dari kayu masif dan ada juga yang terbuat dari fiber. Ukuran lebarnya tidak lebih dari 1 m dan panjang 5 – 10 m. Setiap long boat akan dilengkapi dengan mesin tempel yang berkekuatan 15 PK atau 40 PK. Menggunakan mesin 40 PK dengan kecepatan penuh, waktu tempuh dari Tanggaromi menuju Tanusan berkisar antara 2 – 2,5 jam, tergantung cuaca dan banyaknya muatan long boat.

Gambar 2.4.

Long boat, Angkutan Masyarakat di Wilayah Teluk Arguni Sumber: Dokumentasi Peneliti

Arguni Bawah adalah Distrik baru, satu di antara tujuh Distrik di Kabupaten Kaimana. Distrik ini terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Distrik Teluk Arguni. Pembentukan Arguni Bawah sebagai Distrik dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana No. 12, Tahun 2007. Wilayahnya mencakup kawasan di bagian tengah teluk Arguni. Secara geografis, posisi distrik Arguni Bawah sangat strategis. Distrik ini berada dan menjadi pintu masuk kapal dan “long boat” yang akan menuju ke Teluk Arguni Atas.

Posisi Distrik ini menjadi strategis karena dekat dengan kota kabupaten Kaimana. Batas daerah Distrik Arguni Bawah dengan distrik lain meliputi batas Utara dengan Teluk Arguni, disebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kaimana, sebelah Selatan dengan Kaimana dan Kambraw. Adapun di sebelah Barat, Distrik Arguni Bawah berbatasan dengan wilayah Kabupaten lain, yakni Distrik Kokas Kabupaten Fakfak dan Distrik Irorutu Kabupaten Bintuni.

Distrik Arguni Bawah mayoritas dihuni oleh penduduk asli yang dikenal sebagai orang Irarutu. Penduduk asli yang menghuni Arguni Bawah selain orang Irarutu, adalah orang Kambraw dan Mairasi. Selain penduduk asli Kaimana, terdapat juga orang yang berasal dari Jawa, Bugis dan Buton. Mereka adalah pendatang yang mencari penghidupan di wilayah Arguni. Para penghuni distrik, baik orang Kambraw, Mairasi dan Irarutu kebanyakan tinggal menetap di perkampungan yang terletak di daerah tepi teluk.

Secara administratif, terdapat sebanyak 15 kampung yang menjadi wilayah dibawah koordinasi pemerintah Distrik Arguni Bawah. Jumlah penduduk yang berada di Distrik Arguni Bawah berdasarkan proyeksi sensus penduduk 2010 adalah 2.458 jiwa (BPS, 2012). Dari jumlah penduduk tersebut, proporsi terbesar adalah penduduk dengan kelompok umur 5 – 10 tahun dan mayoritas penduduk Arguni Bawah adalah kelompok berumur muda. Ke 15 kampung yang ada mempunyai mempunyai luas bervariasi. Luas wilayah yang terkecil 11,8 km² dan terluas 138 km², setara dengan luas satu kabupaten di Jawa. Gambaran luas wilayah setiap kampung dan topografinya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Salah satu kampung, yakni Tanusan adalah kampung yang ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Distrik. Sebagai pusat Distrik, keberadaan kantor-kantor pemerintah tingkat Distrik, seperti kantor Distrik, Kepolisian, satu-satunya Sekolah Menengah Pertama yang ada di Distrik dan Puskesmas semua berlokasi di Tamusan. Bahkan di situ, setiap kampung mempunyai rumah singgah untuk penduduk kampung yang punya kepentingan di Distrik. Setiap penduduk kampung tidak hanya boleh singgah tetapi juga boleh menginap sampai urusan di pusat Distrik selesai.

Tabel 2.4. Luas Wilayah dan Bentuk Permukaan Tanah Berdasarkan Kampung di Distrik Arguni Bawah

Kampung

Luas Wilayah

(km²)

Permukaan Tanah Daratan Perbukitan Pegunungan

Jawera 78 100 0 0 Ruara 11,8 50 50 0 Warmenu 100 0 0 100 Agerwara 83 0 0 100 Kufuryai 68 0 0 100 Manggera 63 0 0 100 Tanusan 104 100 0 0 Urisa 138 100 0 0 Waromi 92 0 100 0 Ukiara 93 100 0 0 Sumun 74 100 0 0 Seraran 98 20 80 0 Nagura 76 100 0 0 Inari 72 90 10 0 Wanoma 124 10 90 0

Sumber : BPS, Distrik Arguni Bawah Dalam Angka 2012

Mengenai jarak yang membentang antara kampung Tanusan, pusat Distrik, dan ke 14 kampung lain serta alat transportasi yang digunakan untuk mencapainya adalah seperti yang tampak pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jarak Tempuh dan Alat Transportasi Ke Pusat Distrik Kampung Jarak (km) Alat Transportasi

Jawera 6 Longboat

Ruara 2 Jalan kaki

Warmenu 9,5 Jalan kaki

Agerwara 9,5 Jalan kaki

Kufuryai 9 Jalan kaki

Manggera 8 Jalan kaki

Tanusan 0 Kota Distrik

Urisa 14 Longboat Waromi 4 Longboat Ukiara 6 Longboat Sumun 12 Longboat Seraran 12 Longboat Nagura 17 Longboat Inari 23 Longboat Wanoma 25 Longboat

Sumber : BPS, Distrik Arguni Bawah Dalam Angka 2012

Dalam upaya melakukan pembangunan wilayah, ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas sangat penting adanya. Ketersediaan manusia berkualitas akan dapat dipenuhi bila semua pihak berpartisipasi mewujudkannya. Keberadaan lembaga pendiidikan formal dan kemauan masyarakat menjalani pendidikan, akan membantu mempercepat pencapaian manusia berkualitas sebagai sumberdaya pembangunan. Masalahnya, di Distrik Arguni Bawah hanya terdapat satu Sekolah Menengah Pertama, bahkan tidak ada Sekolah Menengah Atas.

Selain pendidikan, aspek kesehatan masyarakat juga berperan penting untuk membantu tersedianya manusia

berkualitas. Terciptanya kondisi masyarakat yang sehat akan mengurangi kekurangan gizi, angka kesakitan dan kematian. Sesuai tugas pokok dan fungsinya, Puskesmas tidak hanya untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat memperoleh pelayanan kesehataan berkualitas. Puskesmas dengan kegiatan promotif dan preventifnya harus mampu membuat masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Puskesmas juga bertugas menciptakan keluarga agar mampu merencanakan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Dalam upaya menciptakan masyarakat yang sehat, di Distrik Arguni Bawah sudah ada Puskesmas induk dan Puskesmas pembantu di beberapa kampung.

Satu dari lima belas desa yang ada di wilayah Distrik Teluk Arguni Bawah adalah Kampung Jawera lokasi studi ini dilakukan. Jawera terletak di ujung Utara wilayah Distrik Arguni Bawah, sekaligus sebagai batas Selatan dari Distrik teluk Arguni. Menuju Jawera dari Tanusan sebagai sentral Distrik, dibutuhkan waktu sekitar 20 menit menggunakan long boat dengan mesin 15 PK. Kebutuhan BBM untuk waktu tempuh 20 menit adalah 5 liter. Namun karena tidak ada long boat yang difungsikan sebagai transportasi umum, maka penduduk yang akan pergi harus menyiapkan BBM untuk pergi dan kembali. Jadi kalau dari kampung Tanusan mau pergi ke kampung Jawera, maka BBM yang harus disediakan adalah 10 liter. Kalau dikonfersikan dalam rupiah, transport pergi dan pulang Tanusan – Jawera adalah 150 ribu rupiah karena harga minyak di kampung adalah 15 ribu rupiah per liter. Cukup mahal untuk menempuh perjalanan hanya selama 20 menit.

Jawera adalah kampung yang terdiri dari 48 keluarga dengan keseluruhan penduduk sebanyak 240 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki yang ada, 10 lebih banyak dibandingkan perempuan. Penduduk yang bermukim di kampung ini mayoritas memang orang dengan Etnik bangsa Irarutu. Yang lainnya adalah

pendatang dari Buton, Jawa, Bugis, Seram dan ada juga Cina. Keberagaman Etnik bangsa yang ada, juga menggambarkan keberagaman agama yang dianut oleh masyarakat kampung Jawera. Agama mayoritas adalah Protestan, disusul Islam, Katolik dan Budha. Berdasarkan jenis pekerjaan, penduduk Jawera tercatat sebagai petani. Tepatnya adalah peladang. Walau lokasi kampung ini terletak di tepi pantai, tidak banyak penduduk asli yang bekerja sebagai nelayan. Bekerja sebagai nelayan adalah mata pencaharian yang dilakukan oleh semua pendatang. Orang Buton, Jawa, Bugis, Seram dan Cina adalah nelayan yang tinggal di kampung Jawera ini. Paling tidak itulah data yang tercatat pada papan di balai kampung, karena kampung tidak punya dokumen data monografi yang bisa dijadikan acuan.

BAB 3