• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Keturunan dan Sistem kekerabatan

KEBUDAYAAN MASYARAKAT IRARUTU

3.4. Prinsip Keturunan dan Sistem kekerabatan

Dalam menjalani kehidupan, setiap individu di hampir semua lingkungan kebudayaan, mengenal adanya stages along the

life-cycle6. Peralihan kehidupan dari satu tahap ke tahapan selanjutnya seringkali dianggap sebagai kondisi yang memerlukan perhatian khusus karena dianggap berbahaya dan penuh risiko. Tidak heran bila beberapa kelompok masyarakat mengadakan kegiatan dan ritual tertentu untuk menetralisir keadaan krisis yang dinilai akan mengancam kehidupan individu tersebut.

6 Adalah tingkatan kehidupan sepanjang hidup manusia mulai dari bayi, anak, remaja, menikah, hamil, melahirkan, tua dan mati.

Salah satu masa peralihan yang penting pada life-cycle seseorang adalah perkawinan. Suatu peralihan dari tingkat kehidupan sebagai remaja ke tingkat kehidupan berumah tangga. Sebagai salah satu tahapan kehidupan, ada banyak fungsi yang melekat didalamnya. Selain mengatur manusia tentang kehidupan seksualnya, perkawinan memunculkan tanggung jawab untuk memberikan penghidupan yang layak kepada anggota keluarganya. Kalau memungkinkan, tanggung jawab tersebut tidak sebatas memehuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, tetapi juga hak dan kewajiban secara sosial.

Kesepakatan pasangan laki-perempuan untuk mengikatkan diri dalam satu ikatan perkawinan, menjadikan mereka sebagai satu kesatuan sosial yang disebut keluarga. Dalam pandangan demografi, konsep keluarga tidak banyak digunakan. Konsep keluarga diartikan secara lebih spesifik sebagai rumah tangga yang senantiasa diidentikkan dengan dapur. Artinya, selama pasangan itu belum mempunyai kemampuan mengelola kehidupan ekonomi rumah tangga sendiri dan masih berada dalam tanggungan “dapur” orang tuanya, maka pasangan tersebut belum layak disebut sebagai satu rumah tangga. Tetapi kalau pasangan tersebut sudah mengelola dapurnya sendiri, ini bisa disebut sebagai satu rumah tangga.

Di lingkungan orang Irarutu yang tinggal di kampung Jawera, kata rumah tangga hanya digunakan dalam bahasa administrasi pemerintahan, khususnya terkait demografi. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hanya mengenal kata keluarga yang sekaligus menunjukkan ikatan dan hubungan kekerabatan diantara warga kampung. Pengamatan yang dilakukan di lingkungan kampung menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis kelompok kekerabatan, yakni kelompok yang berbentuk keluarga inti, keluarga luas dan marga.

Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan terkecil. Disebut sebagai keluarga inti karena anggota keluarganya hanya terdiri dari bapak-ibu sebagai orang tua dan anak-anaknya. Berdasarkan keberadaannya, tidak banyak keluarga yang benar-benar merupakan keluarga inti. Dari 48 keluarga yang menetap di kampung Jawera, kami hanya menemukan 4 keluarga yang bisa dikategorikan sebagai keluarga inti. Selain keempat keluarga tersebut, kelompok kekerabatan lain adalah keluarga luas7. Dalam keluarga tersebut tinggal beberapa kerabat dari tiga sampai empat generasi. Ada orang tua, menantu, cucu atau saudara lain.

Seorang kepala keluarga harusnya tercatat dalam buku administrasi pemerintahan kampung, tetapi ternyata pemerintah kampung tidak punya sistem pencatatan yang baik. Mungkin karena kedekatan hubungan yang terjalin antar penduduk kampung sehingga aparat kampung merasa tidak perlu melakukan pencatatan. Berbicara dengan pa Desa, sebutan untuk Kepala Kampung dan pa Seker, sebutan untuk sekretaris desa, mereka bisa menyebutkan dengan tepat setiap keluarga yang ada lengkap beserta anggota keluarganya. Untuk kegiatan pencatatan keluarga, yang biasa melakukan adalah pihak gereja. Setiap kepala keluarga tercatat pada buku gereja dengan nama Kristen beserta fam seperti nama Matias Ruwe dan Paulus Wejeri. Nama depan adalah nama Kristen, sedangkan nama belakang adalah nama fam dari yang bersangkutan.

Selain kelompok kekerabatan yang sekilas bisa dilihat dari penggunaan rumah tempat tinggal oleh keluarga, di kampung-kampung pemukiman orang Irarutu di wilayah teluk Arguni, umum ditemukan golongan-golongan orang yang mempunyai nama keluarga yang sama. Kelompok kekerabatan berdasarkan

7 Merupakan keluarga yang tinggal dalam satu kesatuan sosial rumah tangga yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti.

keturunan tersebut dikenal dengan istilah clan8. Di beberapa daerah kebudayaan di Indonesia, seperti di Batak dikenal istilah

marga, di maluku dikenal istilah fam yang secara konseptual

maknanya tidak jauh berbeda. Fam atau Marga ini merupakan suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari gabungan keluarga luas yang berasal dari kesamaan nenek moyang, dimana antara satu dengan lainnya terikat oleh garis keturunan laki-laki atau perempuan.

Pada kehidupan sehari-hari, tidak banyak fungsi yang dimainkan oleh kelompok kekerabatan fam. Fungsi fam dalam masyarakat Irarutu lebih berkenaan dengan upaya pemeliharaan harta pusaka kelompok kerabat tersebut. Selain berbentuk benda-benda pusaka untuk keperluan ritual tertentu, harta pusaka juga meliputi harta produktif berupa tanah dengan segala apa yang terkandung didalamnya dan yang terdapat diatasnya, yang merupakan hak milik komunal. Ketika tanah milik komunal tersebut dibutuhkan oleh suatu lembaga atau badan usaha, maka akan dilakukan sinara9. Fungsi lain dari fam adalah mengatur perkawinan yang senantiasa menjaga agar terjadi secara eksogami. Pada saat itulah fungsi dan peran fam tampak nyata.

8 Kelompok kekerabatan berdasarkan asas keturunan unilineal. Dalam masyarakat, kelompok kekerabatan ini ditentukan dengan menarik garis keturunan secara unilineal, bisa melalui garis pihak ibu (matrilineal) atau garis keturunan ayah (patrilineal)

9 Suatu upacara pelepasan hak pengelolaan aset tanah dari komunitas adat kepada lembaga atau badan usaha tertentu. Ritual ini dipimpin oleh ketua adat untuk menentukan bentuk dan besar pemberian oleh mereka yang akan mengelola aset komunitas adat tersebut. Pada saat dilakukan upacara “sinara”, penduduk kampung dan kampung sekitarnya dilarang melakukan aktivitas ekonomi selama 3 hari. Kalau ada yang melanggar, ada keyakinan bahwa orang tersebut akan mengalami sesuatu yang berisiko terhadap jiwa dan kesehatannya.

Ada banyak kelompok kekerabatan yang disebut fam pada masyarakat Irarutu. Menurut Koentjaraningrat (1984) istilah fam digunakan oleh masyarakat di Papua karena dibawa oleh guru-guru yang berasal dari Maluku yang dulu ditempatkan di Papua. Di Maluku, fam merupakan suatu clan patrilineal. Penggunaan secara bersama nama fam dan nama kristen merupakan kebiasaan yang dikenalkan dan dibudayakan oleh pihak gereja. Hal ini dilakukan untuk memudahkan gereja dalam melakukan registrasi dalam buku gereja.

Beberapa nama fam yang dapat dijumpai pada kelompok masyarakat Irarutu, diantaranya adalah Sirfefa, Mangku, Tanggarofa, Sabuku, Wenia, Werfete, Furu, Puarada, Syakema, Fenitiruma, Furima, Kambesu, Fandi, Ruwe, Rute, Tefroam, Ranggafu, Reasa, dan lain-lain. Nama Fam ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat bahwa nama-nama tersebut mencerminkan tugas dan tanggungjawab yang harus diemban penyandang Fam dalam menjalankan kehidupan di dunia.

Sebagai akibat perkawinan, setiap pasangan diharapkan menghasilkan keturunan yang akan menjadi penerus kehidupan. Menghasilkan keturunan merupakan hal yang penting karena nantinya akan terkait dengan kedudukan dan peran dalam masyarakat. Dilingkungan masyarakat tradisonal, masih banyak dijumpai bahwa kedudukan seseorang secara ascribed. Kedudukan seseorang ini hanya dapat digantikan oleh keturunan orang tersebut, bukan orang lain.

Prinsip keturunan orang Irarutu adalah patrilineal10. Hal ini mengakibatkan setiap individu dalam masyarakat akan menggunakan nama marga ayahnya. Misalnya, anak-anak dari pasangan suami istri yang bernama Jhonatan Mangku dan Sabrina Waraswara, akan mempunyai nama seperti Timotius Mangku atau

Wilhelmina Mangku. Anak-anak ini akan menyandang nama fam ayahnya Mangku di nama belakangnya, bukan nama fam ibunya Waraswara.

Adat Mran Adat Sot

Nabad Aje Aden Mim Aden Kosi

Tafad Tauf EGO Wab fin Nfut

Amo

Nitat

Gambar 3.3.

Bagan Kekerabatan Orang Irarutu Sumber: Visualisasi Peneliti

Berbicara tetang istilah dalam kekerabatan, kita akan menemukan istilah yang disebut dengan term of adress11 dan term

of reference12. Ini berguna untuk mengetahui bagaimana seseorang memanggil dan bagaimana seseorang menyebut kerabatnya.

11 Dalam studi antropologi istilah memanggil atau menyapa yang digunakan oleh EGO untuk memanggil seseorang kerabat ketika berhadapan dan berhubungan secara langsung

12 Istilah “term of reference” adalah istilah menyebut yang digunakan EGO ketika ia berhadapan dengan seorang kerabat sebagai orang ketiga.

Tabel 3.1. Istilah untuk Sebutan dan Penggilan dalam Hubungan Kekerabatan Orang Irarutu

No. Sebutan Panggilan Keterangan Hubungan

Keluarga 1 Adat Mran Adat Mran Kakek

2 Adat Sot Adat Sot Nenek

3 Aje Aje Ayah

4 Aden Aden Ibu

5 Aje Nabad Aje Nabad Saudara Ayah Laki yang lebih tua

6 Aje Kosi/Tetir Aje Kosi/Tetir Saudara Ayah Laki yang lebih muda

7 Fuf Nabad Fuf Mabad Saudara Ayah Peremp yang lebih tua

8 Fuf Kosi Fuf Kosi Saudara Ayah Peremp yang lebih muda

9 Mim Nabad Mim Nabad Saudara Ibu Laki yang lebih tua

10 Mim Kosi Mim Kosi Saudara Ibu Laki yang lebih muda

11 Aden Nabad Aden Nabad Saudara Ibu Peremp yang lebih tua

12 Aden Kosi Aden Kosi Saudara Ibu Peremp yang lebih muda

13 Wabfin Awag Istri

14 Tafad Saudara Laki-laki

16 Nfut Saudara Perempuan

18 Tauf Awag Ipar Laki-laki/Perempuan

20 fufenirmim Sepupu Laki-laki/ Perempuan

22 Amo Mran Amo Mran Anak laki-laki

23 Amo Sot Amo Sot Anak Perempuan

24 Amo Mran Amo Mran Anak Saudara Laki-laki 25 Amo Sot Amo Sot Anak Saudara Peremp 26 Adat Mran Nitat Cucu Laki-laki

27 Adat Sot Nitat Cucu Permpuan

Perkawinan. Perkawinan adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dikukuhkan secara sah oleh adat atau agama. Dalam hubungan perkawinan tersebut terdapat beberapa fungsi yang menyertainya. Sebagaimana dikemukakan oleh Kkoentjaraningrat (1985) perkawinan merupakan pengatur perilaku manusia yang berhubungan dengan perilaku seksualnya. Dilakukannya perkawinan, menyebabkan seseorang tidak boleh bersetubuh dengan orang kecuali pasangan kawinnya. Perkawinan mengandung pengertian memberikan jaminan perlindungan, hak dan kewajiban kepada anak-anak hasil perkawinannya. Selain itu, perkawinan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan harta dan hubungan baik antar kelompok kerabat.

Fungsi dilakukannya perkawinan sebagaimana dikemukakan tersebut memang menjadi dasar dalam pelaksanaan perkawinan di komunitas orang Irarutu. Fungsi yang mulai mengalami pergeseran adalah fungsi memelihara hubungan baik antar kelompok. Saat ini setiap orang bebas memilih calon pasangannya tanpa harus mengikuti kehendak keluarga luasnya apalagi dalam rangka membina hubungan baik dengan kelompok kekerabatan yang lain.

Pada masyarakat Etnik bangsa Irarutu, perkawinan merupakan kejadian sakral. Perkawinan tidak bisa dilangsungkan dengan cara sesuka hati. Ada aturan-aturan tertentu yang harus ditaati oleh masyarakat pendukungnya. Sangat dihindarkan oleh masyarakat Irarutu untuk melakukan hubungan perkawinan dengan sesama Fam. Prinsip perkawinan secara exogami13 merupakan bentuk hubungan perkawinan yang biasa dianut. Perkawinan yang bersifat endogami14 tidak dianjurkan karena

13

Adalah hubungan perkawinan yang dilakukan seseorang dengan orang dari luar keluarga luas/ fam

14 Endogami adalah hubungan atau anjuran perkawinan yang dilakukan seseorang dengan orang dari berasal dari keluarga luas/ fam sendiri

mereka menganggap sebagai incest15. Kalau sampai dilanggar maka diyakini akan menimbulkan akibat tidak baik tertentu bagi pasangan dan bahkan bagi keluarga luasnya. Akibat tersebut bisa berupa gangguan kesehatan sampai dengan kematian.

Jika seorang laki-laki dan perempuan telah saling mengenal dan siap untuk berumatangga, maka orang tua dari pihak lelaki akan mendatangi rumah pihak perempuan. Kedatangan ini merupakan pinangan, bentuk kesungguhan laki-laki bahwa akan menjadikan perempuan sebagai istrinya. Kegiatan meminang dikenal dengan bahasa Etnik Irarutu sebagai Wafen. Setelah kegiatan Wafenini dilakukan, maka perempuan tersebut akan menyandang status sebagai calon istri seseorang. Hal ini juga berfungsi menhindarkan perempuan calon istri dari godaan laki-laki lain.

Pada saat minang, pihak lelaki berwenang menentukan waktu nikah. Karena Etnik ini menganut paham patrilineal, maka pada saat kegiatan peminangan, pihak perempuan ditempatkan sebagai tuan rumah dan pihak lelaki sebagai tamu. Penempatan posisi ini, didalamnya melekat tugas dan tanggungjawab dari masing-masing pihak. Tugas pihak perempuan adalah menyediakan tempat, menyedikan makan dan minum selama acara berlangsung. Sementara tugas dari pihak lelaki adalah memobilisasi tamu yang akan menghadiri acara tersebut, menyediakan sejumlah harta yang nantinya akan diserahkan kepada pihak perempuan pada saat upacara perkawinan berlangsung.

Hadiah Perkawinan. Setelah semua kebutuhan disiapkan maka tiba saatnya untuk upacara perkawinan dilaksanakan. Pihak lelaki diantar dengan tarian adat dari rumahnya menuju rumah

15

Incest adalah perkawinan yang terlarangmenurut adat istiadat atau hukum yang berlaku di masyarakat. Contoh dari perkawinan ini antara lain perkawinan ayah dengan anak kandung, ibu dengan anak kandung, antar saudara sekandung atau perkawinan antara kerabat dengan kerabat tertentu lainnya.

pihak perempuan. Ketika tiba di rumah pihak perempuan maka pihak lelaki wajib menyerahakan sejumlah harta. Bentuk harta tersebut antara lain emas, piring besar, gelang bugis, kain, parang, pakaian, uang. Setelah menyerahkan harta tersebut kepada pihak perempuan, kemudian sang lelaki berhak masuk kedalam rumah si perempuan lalu membawa keluar si perempuan.

Selanjutnya perwakilan dari orang tua pihak lelaki akan membakar sebatang rokok (rokok negeri), lalu memberikan kepada salah satu perwakilan orang tua dari pihak perempuan. Cara pemberianya dilakukan melalui bahu kanan si perempuan. Jika diterima dan diisap maka upacara perkawinan tersebut dinyatakan sah secara adat. Bagi orang Irarutu yang beragama Islam, maka aturan secara Islamlah yang digunakan oleh orang dan keluarga tersebut dalam melaksanakan prosesi perkawinannya.

Selain perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan yang sama-sama belum pernah kawin, sebagaimana tergambar pada paparan diatas, di masyarakat Irarutu terdapat juga bentuk perkawinan karena kondisi tertentu. Tanggarofa (2008) masih menemukan jenis perkawinan yang dalam istilah Antropologi dikenal dengan istilah Levirat16 dan Sororat17. Seorang istri yang ditinggal mati suaminya, bisa dikawinkan lagi dengan saudara laki-laki dari suami yang meninggal tersebut. Perkawinan ini dilakukan dalam upaya memberikan jaminan masa depan kepada anak-anak yang ditinggal mati sang bapak. Kalau sampai sang janda dikawin orang lain, maka dikhawatirkan anak-anaknya tidak diperlakukan dengan baik. Demikian juga perkawinan seorang duda dengan saudara perempuan istrinya yang meninggal.

16

Levirat adalah perkawinan seorang janda dengan saudara sekandung suaminya yang sudah meninggal dunia.

17 Sororat adalah perkawinan seorang duda dengan saudara sekandung atau anak saudara sekandung istrinya yang sudah meninggal dunia.

Perkawinan levirat dan sororat yang dilakukan oleh masyarakat Irarutuini mempunyai tujuan yang tidak berbeda dengan masyarakat di wilayah kebudayaan lainnya. Tujuan yang pertama adalah untuk melindungi sang anak. Selain itu, kedua jenis perkawinan tersebut juga mengandung maksud melindungi harta keluarga agar tidak jatuh ketangan orang luar.

Poligini. Perkawinan yang dilakukan oleh orang Irarutu pada umumnya adalah perkawinan monogami18. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bagi seorang laki-laki untuk berpoligami19. Kondisi ini tidak berlaku pada wanita. Ini menunjukkan bahwa masyrakat Irarutu tidak mengenal konsep

poliandri20.

Ada syarat tertentu bagi seorang laki-laki untuk mempunyai istri lebih dari satu. Sebagai penerus nama Fam, mempunyai anak adalah kondisi ideal, apalagi mempunyai anak laki-laki. Ketidakadaan anak dalam keluarga, bisa menjadi kondisi yang membolehkan laki-laki Irarutu untuk mempunyai istri lagi. Kondisi lainnya adalah bila seorang laki-laki mempunyai kecukupan secara finansial dan mendapatkan ijin dari istrinya.

Perceraian. Kejadian perceraian merupakan kejadian yang bisa saja terjadi. Kejadian perceraian ini pernah terjadi sekali di kampung Jawera. Dilingkungan yang memegang kuat tradisi lokal, perceraian merupakan kejadian langka. Menjadi langka karena terjadinya perceraian mengandung konsekwensi hilangnya hak atas kepemilikan harta.

18

Monogami adalah perkawinan dimana seseorang hanya mempunyai satu orang suami atau istri.

19

Poligami adalah perkawinan dimana seseorang laki-laki boleh mempunyai lebih dari satu orang istri.

20 Poliandri adalah perkawinan dimana seseorang perempuan boleh mempunyai lebih dari satu orang suami.

Biasanya penyebab perceraian itu adalah kesalahan laki-laki. Kalau memang demikian adanya dan dikuatkan oleh keputusan adat, maka konsekwensi konsekwensinya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bapak Yonas, 66 tahun yang merupakan tokoh adat.

“....Kalo yang bikin salah itu laki-laki, maka laki-laki pu rumah dan samua isi menjadi hak dari perempuan”

Harta Waris. Umumnya orang Irarutu yang menetap di kampung Jawera tidak banyak memiliki harta kekayaan yang berupa uang, perhiasan mahal, perabotan rumah yang mewah, atau barang berharga lainnya. Harta yang mereka miliki adalah harta yang dihasilkan dari kebun seperti Pala.

Pala inilah yang menjadi harta warisan utama yang diturunkan orang tua kepada generasi berikutnya sampai sekarang. Selain pala, harta warisan lain adalah benda peninggalan seperti rumah, tanaman pohon durian, rambutan, dan kebun jangka pendek, yang ditinggalkan oleh ayah mereka.

Dalam pembagian harta warisan, tidak ada aturan baku tentang banyaknya harta yang diterima oleh setiap orang. Prinsip dalam pembagian harta waris adalah rasa keadilan, dimana tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Misalkan seseorang hanya mempunyai anak 2 saja, laki-laki dan perempuan. Kalau seseorang tersebut mempunyai jumlah pohon pala sebanyak 100 pohon, maka itu akan dibagi 2 dengan sama banyak. Mengenai harta berupa rumah dan tanah disekitarnya akan tetap menjadi milik keluarga besar. Setiap anggota keluarga dapat memanfaatkan keberadaannya.