• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUDAYAAN MASYARAKAT IRARUTU

3.5. Sistem Politik Lokal

Dengan mengacu pada model tipologi yang dikembangkan Sahlins dalam bukunya Poor Man, Rich Man, Big Man, Chief, dan

dari karya etnografi tentang kebudayaan Etnik bangsa di Papua, Mansoben (1994) menyusun tipologi sistem kepemimpinan tradisional dalam 4 tipe; pria berwibawa, raja, kepala klan dan campuran.

Berdasarkan ciridari jenis kepemimpinan, pria berwibawa memperoleh kedudukan sebagai pemimpin melalui usaha untuk mencapainya. Sumber kekuasaan dalam tipe ini adalah kemampuan pribadi seseorang yang bisa terwujud dalam bentuk kekayaan, kepandaian, keberanian, kejujuran dan sifat menonjol lainnya. Etnik bangsa di Papua yang mempunyai jenis kepemimpinan seperti ini antara lain masyarakat Muyu, Ngalum, Dani dan Asmat

Tipe kepemimpinan raja, bercirikan pewarisan kedudukan dari orang tua kepada anak laki-laki tertua. Hak ini selalu dipertahankan dan diwariskan dalam rangka kelompok kekerabatan besar, seperti klan. Ciri lain yang penting dalam sistem kepemimpinan raja adalah birokrasi. Birokrasi menurut Blau dan Meyer (1987) merupakan lembaga yang sangat berkuasa, yang mempunyai kemampuan besar untuk membuat kabaikan atau keburukan. Birokrasi dapat menunjang ekspansi yang bersifat imperialistik terhadap masyarakat. Dalam hal ini, birokrasi berperan sebagai mesin politik yang menjalankan roda pemerintahan. Didalamnya terdapat pembagian tugas yang jelas yang harus dijalankan oleh mereka yang menjabat. Ada yang mengurusi masalah ritual, ekonomi, keamanan dan lainnya. Jabataan itu biasanya diwariskan dalam klan. Di Papua, masyaarakat yang menganut sistem kepemimpinan raja adalah masyarakat di kepulauan Raja Ampat, Fakfak dan Kaimana.

Tipe masyarakat yang menganut sistem kepemimpinan Klan, banyak terdapat di wilayah teluk Jayapura, yakni orang Tobati, Enggos, Kayabatu dan Nafri. Sistem kepemimpinannya mirip dengan sistem raja dalam pewarisan kekuasaan. Yang

membedakan dua sistem kepemimpinan ini adalah ruang lingkup kekuasaannya. Sistem raja mempunyai wilayah kekuasaan yang lebih luas serta jumlah klan yang lebih besar. Adapun seorang kepala Klan, hanya memiliki kekuasaan yang terbatas pada satu atau beberapa klan saja. Wilayahnya pun juga demikian.

Tipe kepemimpinan campuran, pada tipe ini terdapat individu-individu yang tampil sebagai pemimpin atas dasar kemampuannya atau atas dasar keturunannya. Masyarakat yang memiliki tipe kepemimpinan campuran banyak terdapat di pantai teluk Cendrawasih dan pantai Utara kepala burung. Orang Waropen dan Biak adalah contoh dari tipe campuran ini. Masyarakat lokal di Kaimana terdiri dari 8 Etnik asli.

Menurut Werfete (2011) mereka senantiasa berpedoman kepada aturan-aturan adat sebagai pedoman hidup. Masyarakat lokal sejak dulu sudah menggunakan nilai adat sebagai norma dalam mengatur aktivitas sosial masyarakatnya. Aktivitas adat dalam masyarakat sangat terstruktur berdasarkan silsilah dalam kepemimpinan tradisional yang mengedepankan clan-clan tertentu dalam struktur adat.

Konsep masyarakat adat di Kaimana adalah “satu tungku tiga batu” yang diadopsi dari masyarakat Patipi Fakfak. Dalam kehidupan bermasyarakat di Kaimana terdapat tiga unsur, dari pihak pemerintahan, tokoh adat dan tokoh agama yang diharapkan menjadi satu kesatuan. Tatanan nilai yang dilandasi oleh sistem kekerabatan sebagaimana terkandung didalam konsep ini diharapkan bisa menciptakan kepatuhan masyarakat dalam bekerjasama dibidang ekonomi, sosial dan agama. Termasuk juga bisa menciptakan kepatuhan masyarakat terhadap urusan adat dan pemerintahan.

Di wilayah Kabupaten Kaimana, kepemimpinan tradisional didasarkan pada marga yang memiliki hubungan langsung dengan pimpinan adat. Pimpinan adat merupakan bagian dari adat yang

masih sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Norma dan aturan adat telah terbangun di masyarakat secara alamiah dan terstruktur. Penggolongan di masyarakat masih berpedoman kepada status atau kedudukan di dalam masyarakat adat.

Marga-marga terhimpun dalam satu rumpun yang disebut clan. Secara historis, struktur adat di masyarakat lokal telah mengenal adanya pembagian peran dan tanggung jawab dalam komunitas adat berdasarkan marga. Seorang laki-laki tertua akan dijadikan pimpinan dalam marga karena menganut sistem patrilineal.

Gambar 3.4.

Struktur Masyarakat Adat Orang Irarutu Sumber: Viasualisasi Peneliti

Setiap marga dalam satu komunitas (clan) membentuk pimpinan clan. Pimpinan clan didasarkan pada marga yang tertua lebih awal mendiami suatu tempat berdasarkan sejarah asal usul marga atau dipandang mempunyai kharisma dalam memimpin masyarakat. Masing-masing clan mempunyai petuanan dan ketua adat. Petuanan adalah orang yang bertugas dan bertanggungjawab melindungi hak-hak masyarakat yang berupa hasil kekayaan alam di wilayah setiap Clan. Sedangkan ketua adat adalaah orang yang menguasai wilayah adat tertentu. Semua ini tetap berada dibawah kepala Etnik. Kepala Etnik adalah orang yang memimpin suatu komunitas Etnik dan yang menaungi semua masyarakat adat.

Ketua Etnik

Petuanan Ketua Adat Ketua Clan Ketua Clan

Clan Clan Clan Clan

Dalam memperoleh perannya, kepala Etnik tidak dipilih tetapi diangkat langsung oleh para petuanan sebagai perwakilan dari kelompok marga.

Struktur masyarakat adat secara mormatif terbentuk dan telah ada pembagian tugas dan kewenangan yang dihargai masyarakat adat. Tugas dan kewenangan ini adalah suatu jabatan adat yang harus dipertanggungjawabkan secara adat. Jabatan ini seringkali terjadi didasari peristiwa tertentu seperti pernah menyelesaikan masalah antar Etnik, antar wilayah adat atau pernah memimpin perang Etnik (hongi). Jabatan juga bisa diperoleh karena bakat tertentu yang dimiliki oleh marga atau clan. Jabatan tidak diberikan kepada perorangan tetapi berdasarkan marga atau clan. Karena itu jabatan ini selalu diperoleh secara turun temurun berdasarkan garis keturunan patrilineal.

Selain struktur tersebut diatas, sejarah telah menunjukkan bahwa diwilayah Kaimana pernah mengenal pemerintahan tradisional dengan sistem pemerintahan raja. Werfete (2011) mengemukakan bahwa ada raja Namatota dengan pusat kekuasaan pemerintahan tradisional raja di pulau Namatota. Raja ini sudah berkuasa sebelum masuknya belanda ke Nusantara. Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, raja mengangkat beberapa pembantu. Mereka diberikan jabatan dan tugas masing-masing. Jabatan tersebt disahkan oleh sultan Tidore yang bertujuan agar perdagangandan penyebaran Islam diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Pelantikan juga bermaksud agar Sultan dengan segala aktivitasnya mendapat dukungan dari mereka yang dilantik. Beberapa jabatan tersebut antara lain

 Komisi Raja, tugasnya menyebarkan dan menyampaikan informasi kepada daerah kekuasaan raja. Menarik pajak dan menyalurkan hasil pajak kepada pejabat sebagai upah kerja.

Marga yang ditugaskan untuk memangku jabatan ini adalah marga Aituarauw.

 Hukum, diberikan kepada orang yang ditugaskan untuk memutuskan dan menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Walau masalah terjadi di daerah lain, dia adalah orang yang berhak memutuskan masalah tersebut. Ada dua orang yang mempunyai jabatan dengan wilayah kerja yang berbeda sesuai kedekatannya. Jabatan ini diberikan kepada marga Fenetiruma.

 Sangaji, adalah jabatan yang berhubungan dengan urusan pemerintahan kampung dan sosial di masyarakat. Hampir setiap kampung mempunyai pejabat ini.

 Kapitan, jabatan yang sama dengan kepala kampung

 Miyur, pejabat ini diberikan kewenangan untuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan keamanan dan ketenteraman.  Sufui, jabatan yang diberikan kepada orang yang mengurusi

adat

 Kai, orang yang bertugas mengurusi ekonomi.

 Warnemen, adalah pembantu atau wakil Sangaji. Mereka ini terdapat pada semua kampung.

Selain terdapat orang-orang dengan jabatan pemimpin tradisional, Etnik Irarutu juga mengenal beberapa jabatan adat yang berkaitan dengan religi yang memiliki tugas dan fungsi melindungi masyarakat adat dari keadaan yang merugikan dan membahayakan. Jabatan tersebut antara lain Jarir, Tfur dan Mgrig.

Jarir adalah jabatan kepada mereka yang mempunyai kemampuan

mengobati orang sakit secara fisik dan gangguan kekuatan supranatural. Dalam menjalankan perannya di masyarakat, jarir dibantu oleh seseorang yang disebut dengan Mgrig. Sedangkan

Tfur bertugas menjaga kestabilan warga masyarakat dalam