• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kabupaten Kaimana sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah No.8/2011 bertujuan mencapai kesejahteraan sosial ekonomi. Guna mencapai tujuan tersebut, pemerintah Kabupaten akan melakukan segala daya upaya dengan mengedepankan kearifan lokal. Pemerintah juga berjanji memberikan jaminan kepada generasi penerus bahwa mereka berhak atas kelestarian sumberdaya alam. Janji memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Kaimana secara merata dan berkeadilan membuat Pemerintah Kaimana bersama dengan wakil masyarakatnya menetapkan enam misi yang akan dicapai sebagai hasil pembangunan. Keenam misi tersebut, antara lain:

 Yang pertama adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal bagi perbaikan kesejahteraan sosial ekonomi. Cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan masyarakat dan memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat agar mempunyai keterampilan dan kompetensi dalam dunia kerja.

 Berikutnya adalah melakukan pembangunan infrastruktur yang merata dan memadai. Pembangunan infrastruktur ini dilakukan dalam upaya menunjang pelayanan pemerintahan,

pertumbuhan ekonomi dan penataan kawasan pemukiman. Dalam membangun infrastruktur itu, pemerintah kabupaten Kaimana memfokuskan pada pembangunan sarana transportasi darat, laut dan udara secara terpadu. Hasil pembangunan sarana transportasi diharapkan dapat membuka isolasi daerah akibat kondisi geografi.

 Meningkatkan kehidupan sosial dilakukan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif terhadap pembangunan. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah menciptakan kehidupan sosial, budaya dan agama yang cukup berbinneka berdasarkan nilai-nilai keharmionisan dan ketoleransian.

 Meningkatkan perekonomian rakyat, dilakukan dengan berbasis pada sumberdaya alam lokal. Pembangunan ekonomi kerakyatan ini bertujuan memacu produktivitas masyarakat di berbagai sektor kehidupan.

 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Hal ini merupakan syarat mutlak bagi aparatur pemerintah sebagai pengelola jalannya pemerintahan. Pengelolaan yang baik, jujur dan berwibawa akan memunculkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kepecayaan masyarakat akan sangat mendukung tercapainya tujuan pembangunan.

 Karena sumberdaya alam merupakan potensi utama Kaimana, maka sudah seharusnya bila pemerintah bertekat mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam secara arif, terpadu dan berkelanjutan. Dalam hal ini penetaan ruang dan wilayah yang memperhatikan kelestarian lingkungan menjadi bentuk pengelolaan sumberdaya alam.

Dalam rangka melaksanakan pembangunan sebagaimana tertuang dalam RPJM, Pemerintah Kabupaten Kaimana mengalokasikan anggaran pembangunan yang berasal dari berbagai sumber seperti pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dan dari sumber lain. Pada profil daerah Kabupaten Kaimana (2013) dikemukakan bahwa pendapatan daerah berkisar Rp. 617,44 milyard. Pada kurun waktu 3 tahun terakhir, kontribusi pendapatan asli daerah masih rendah yakni sekitar 2,6% dari pendapatan daerah. Sumberdana yang besar kontribusinya terhadap pendapatan daerah berasal dari Dana Perimbangan (79,3%) yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan berbagai Dana Bagi Hasil. Pendapatan daerah lainnya diperoleh dari Pendapatan Daerah Lain-lain (17,7%).

Gambar 4.1.

Komposisi Anggaran Pembangunan Kabupaten Kaimana Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kaimana, 2013

Alokasi anggaran pembangunan digunakan untuk penyelenggaraan program pembangunan secara langsung dan pengadaan berbagai fasilitas pendukung penyelenggaraan pelayanan publik dan pemerintahan. Komposisinya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Dari total anggaran pembangunan, 66% diantaranya merupakan belanja barang, jasa dan belanja modal yang

36%

30% 21%

10% 2% 1% belanja modal

belanja barang dan jasa belanja pegawai belanja subsidi, bansos belanja hibah bantuan keuangan kepada kampung

mendukung pelaksanaan program pembangunan. Namun demikian, pemerintah Kaimana juga berupaya mendorong kemandirian masyarakat dengan mengalokasikan dana bantuan sosial dan penyelenggaraan pemerintahan kampung.

Untuk mencapai Kaimana yang sejahtera, adil, aman dan bermartabat, pemerintah Kabupaten sadar sepenuhnya bahwa hal tersebut akan sulit dicapai bila pendidikan masyarakatnya masih rendah. Tidak salah bila kemudian upaya meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan menjadi visi pertamanya.

Gambar 4.2.

Angka Melek Huruf Masyarakat di Kaimana 2008 – 2011 Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kaimana, 2013

Mengenai pendidikan, persoalan utamanya masih berhubungan dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang belum menjangkau daerah pedalaman. Fasilitas pendidikan untuk tingkat dasar memang sudah ada di setiap kampung. Untuk tingkat menengah pertama, sudah tersedia disetiap Distrik. Hanya saja karena kondisi geografinya, masih ada kendala akses menuju pusat Distrik dimana sekolah tersebut berlokasi. Lebih parah lagi adalah akses menuju fasilitas pendidikan tingkat menengah atas. Sekolah tingkat menengah atas sementara ini hanya ada dan berlokasi di ibu kota Kabupaten Kaimana. Akibatnya, masyarakat diluar ibu kota kabupaten sulit menjangkau pendidikan setingkat menengah

95.48 95.49 95.5 96.21 95 95.2 95.4 95.6 95.8 96 96.2 96.4 2008 2009 2010 2011

atas. Selain itu, orang tua yang berkeinginan menyekolahkan anaknya di kota Kaimana, perlu menyediakan biaya tambahan seperti untuk biaya hidup sang anak di kota. Wajar bila kualitas pendidikan masyarakat yang diindikasikan oleh angka melek huruf belum mencapai seratus persen.

Mengetahui kualitas pendidikan dapat juga dilihat dari angka partisipasi sekolah yang dibaca melalui angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). APK adalah perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak yang bersekolah pada tingkat pendidikan tersebut. APM adalah jumlah anak usia sekolah dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai. Semakin tinggi APM, semakin banyak anak usia sekolah di suatu daerah pada jenjang pendidikan yang sesuai.

Gambar 4.3.

APK dan APM Pendidikan Dasar dan Menengah di Kaimana 2008 – 2011 Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kaimana, 2013

Pada Gambar 4.3 terlihat APK pada tingkat pendidikan SMA masih rendah, bahkan APK pendidikan SMA di tahun 2011 lebih rendah dibandingkan APK tahun 2008 dan 2009. Untuk APM,

0 20 40 60 80 100 120 140

APK SD SMP SMA APM SD SMP SMA

perhatian khusus perlu diberikan kepada mereka di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Lagi-lagi, masalah akses terhadap fasilitas pendidikan merupakan alasan dari rendahnya APM anak usia sekolah SMP dan SMA.

Di Distrik Arguni Bawah fasilitas pendidikan untuk tingkat dasar memang sudah ada disetiap kampung. Namun fasilitas pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, hanya terdapat satu Sekolah Menengah Pertama, bahkan tidak ada Sekolah Menengah Atas. Untuk meperoleh pendidikan tingkat SMP, seorang anak harus tinggal di kampung Tanusan. Dia akan hidup terpisah dengan orangtuanya dan membutuhkan biaya hidup sendiri. Kalau orangtuanya mampu secara ekonomi atau ada keluarga yang tinggal di pusat Distrik, maka sangat memungkinkan bagi anak untuk menempuh pendidikan SMP. Kalau tidak, maka sulit bagi anak untuk mendapatkan pendidikan SMP.

Membandingkan data jumlah penduduk pada kelompok umur 10 – 14 dan 15 - 19 tahun dengan jumlah siswa SMP, bisa dijadikan indikator tentang animo anak usia sekolah terhadap pendidikan. Penduduk pada kelompok umur 10 – 14 tahun tercatat berjumlah 273 jiwa dan mereka dengan kelompok umur 15 – 19 tahun berjumlah 166 jiwa. Dengan asumsi usia siswa SMP dimulai sejak 13 sampai usia 15 tahun, maka pada kelompok umur 10 – 14 tahun, dengan dihitung secara rata-rata, harusnya ada 109 yang bersekolah SMP. Pada kelompok umur 15 – 19 tahun, harusnya ada sekitar 33 anak bersekolah SMP. Dari 2 kelompok usia tersebut mestinya 142 diantaranya berstatus siswa SMP, padahal jumlah siswa SMP yang tercatat adalah 98 siswa. Itulah kondisi tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Distrik Arguni Bawah.

Tanah Papua pada umumnya, termasuk juga wilayah Kaimana adalah daerah yang penuh dengan potensi sumberdaya alam. Masalahnya, potensi ini kurang didukung oleh kualitas sumberdaya manusia yang memadai, yang mampu mengolahnya.

Tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah bisa sebagai gambaran kualitas SDMnya. Sementara itu, diluar tanah Papua banyak orang yang bisa mengisi kekurangan tersebut. Kondisi inilah yang membuat pemerintah pusat menjadikan tanah papua sebagai salah satu tujuan program transmigrasi.

Banyak tantangan yang dihadapi pemerintah saat pencanangan program transmigrasi, termasuk sindiran dari negara asing bahwa tranmigrasi merupakan upaya untuk menyebarluaskan budaya jawa ke berbagai pelosok. Harus diakui bahwa ada aspek negatif karena mengalokasikan tanah yang merupakan hak ulayat klan kepada transmigran. Namun juga ada aspek positifnya. Transmigrasi memberi kesempatan kepada penduduk asli untuk belajar bercocok tanam dan belajar keterampilan yang menjadi modal pembangunan masyarakat. Di Papua, daerah yang menjadi tujuan transmigrasi tahap awal terdapat di daerah sekitar Manokwari, Jayapura dan Merauke.(Koentjaraningrat, 1994)

Selain memang sebagai program Pemerintah, banyak pula orang yang bermigrasi ke Papua termasuk Kaimana secara spontan. Potensi Kaimana yang kaya akan sumberdaya alam membuat orang lokal memberikan sebutan sebagai “Bidadari Cantik”. Suatu sebutan untuk menggambarkan betapa menariknya potensi tanah Kaimana sehingga banyak orang mendatanginya. Potensi alam juga telah menjadikan Kaimana sebagai daerah yang berkembang pesat. Semula Kaimana adalah satu Distrik dari Kabupaten Fakfak, kini Kaimana telah menjadi sebagai satu wilayah Kabupaten.

Bagusnya potensi dan pesatnya perkembangan Kaimana diindikasikan dengan dijadikannya sebagai tempat persinggahan

kapal putih sebutan untuk kapal yang dikelola oleh PELNI dan

dibangunnya Bandar Udara “Utarum” sebagai sarana transportasi udara menuju dan pergi dari Kaimana. Pelayaran “kapal putih” telah menghubungkan Kaimana dengan kota dan pelabuhan besar

di Indonesia. KM Ciremai berlayar dengan rute Tanjung Priuk Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Sukarno Hatta Makassar, Bau-Bau, Ambon, Banda, Dobo, Kaimana dan Fakfak sebanyak dua kali dalam sebulan. KM Tatamailau yang lebih kecil melayaani rute Sorong, Fakfak, Kaimana, Timika, Merauke, Dobo, Taul, Banda, Ambon dan Bitung.

Gambar 4.4.

Kapal Putih di Pelabuhan Kaimana Sumber: Dokumentasi Peneliti

Karena biaya yang relatif terjangkau oleh banyak kalangan, transportasi laut ini banyak menjadi pilihan masyarakat untuk bepergian dibandingkan transportasi udara yang juga tersedia di Kaimana. Mengenai transportasi udara, saat ini penerbangan dari dan ke Kaimana dilayani oleh bandara Utarum yang terletak sekitar 15 km dari kota Kaimana. Bandara ini memang masih tergolong sebagai bandara perintis. Pesawat yang singgah adalah pesawat jenis perintis dengan kapasitas penumpang sampai dengan 70an orang. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, bandara

Utarum telah memperpanjang landasan pacu pesawat agar bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti Boeng. Maskapai yang melayani penerbangan saat ini adalah Wings Air dan Trigana. Dulu sempat beroperasi juga maskapai Merpati dan Ekspress Air, tapi karena kendala operasional, kedua maskapai tersebut sejak tahun 2013 tidak lagi melayani penerbangan di Kaimana.

Banyak orang dari luar tanah papua datang untuk mencari keberuntungan, khususnya orang dari Jawa, dan Makasar (Bappeda Kaimana, 2013). Studi yang dilakukan Koentjaraningrat (1994) tentang migrasi ke Papua mengemukakan bahwa mereka sebagian besar berasal dari wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Indikator yang bisa digunakan untuk melihat banyaknya populasi ketiga Etnik bangsa pendatang tersebut dapat diketahui melalui bahasa komunikasi yang digunakan di Kaimana. Bila berada di pasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya, telinga kita akan senantiasa mendengar pembicaraan yang menggunakan bahasa Jawa, Bugis dan Buton.

Kedatangan mereka menggunakan kapal PELNI dan perahu tradisional yang dikenal dengan perahu bugis. Tetapi saat ini, kedatangan orang-orang ke Kaimana hampir semua menggunakan “kapal putih”. Banyaknya kedatangan orang ke Kaimana bisa dilihat dari jumlah penumpang kapal yang datang dan pergi. Jumlah penumpang yang masuk ke Kaimana lebih besar dari yang penumpang yang pergi. Data Bappeda Kaimana tentang jumlah penumpang kapal yang datang dan berangkat meninggalkan pelabuhan Kaimana adalah sebagai berikut.

Terkait dengan fenomena migrasi, pelu diperhatikan adanya keseimbangan antara jumlah tenaga kerja penduduk asli, migran dan transmigran. Seringkali penduduk asli terdesak dalam pasaran tenaga kerja. Bukan karena ketrampilan tetapi karena orientasi nilai budaya atau mentalitasnya. Dalam teori ilmu sosial, diketahui bahwa golongan penduduk migran cenderung memiliki mentalitas

wiraswata yang gigih untuk bertahan hidup. Ini menyebabkan mereka lebih gigih untuk maju. Berbeda sekali dengan mentalitas penduduk asli. Kekayaan alam papua dalam menyediakan semua kebutuhan hidup membuat mereka tidak perlu berjuang lebih keras lagi untuk hidup. Kesulitan mengakses berbagai fasilitas karena kendala geografi dan besarnya bantuan sosial membuat penduduk asli semakin apatis.

Gambar 4.5.

Jumlah Penumpang Tiba dan Berangkat dari Pelabuhan Kaimana Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kaimana, 2013

Keengganan penduduk asli untuk bekerja mencari nafkah secara giat nampak jelas pada penduduk asli kampung Jawera di teluk Arguni bawah yang notabene adalah komunitas masyarakat Irarutu. Mereka tidak lagi berkenan mengolah kebun agar menghasilkan ketela, keladi, jagung atau tanaman kebun lainnya. Alasannya adalah babi hutan akan merusak kebunnya. Daripada bersusah-payah berkebun namun tidak ada hasilnya, lebih baik diam di rumah saja. Demikian juga dengan aktivitas menangkap ikan di wilayah teluk, mereka lebih suka menunggu derma pemberian ikan tanggapan nelayan yang berasal dari Jawa dan Buton. 0 5000 10000 15000 20000 25000 2008 2009 2010 2011 2012 tiba berangkat

Memang sudah sewajarnya bila setiap orang berhak bersaing secara bebas memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk memenuhi kehidupannya. Namun untuk wilayah papua termasuk Kaimana, kurang bijaksana juga bila membiarkan penduduk asli Papua terdesak oleh para migran yang secara mentalitas lebih mempunyai daya juang. Kondisi tersebut akan dapat menyebabkan perasaan tidak puas sehingga dapat dimanipulasi untuk menimbulkan kekacauan29. Suatu keadaan yang tidak bisa dipungkiri bahwa sentimen kedaerahan masih dapat dilihat dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan upaya membangun mentalitas manusia Indonesia, salah satu program yang digalakkan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini juga dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kaimana. Secara khusus, hal yang melatar belakangi PNPM di Kaimana adalah untuk memberikan wewenang dan kepercayaan kepada masyarakat secara langsung untuk menentukan kebutuhannya sendiri, merencanakan dan mengambil keputusan secara terbuka dan melaksanakan kegiatan sendiri. Semua merupakan keberpihakan dan kepercayaan pemerintah kepada masyarakat untuk bertindak sebagai subjek pembangunan

Dengan sumber dana hibah yang berasal dari dana Otonomi Khusus (OTSUS), setiap kampung di kabupaten Kaimana mendapat anggaran sebesar Rp.100 juta yang dialokasikan melalui kebijakan pemerintah provinsi. PNPM Mandiri di setiap kampung di Kaimana merupakan upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya

29

Sampai era tahun 2000-an, konflik perebutan sumberdaya masih sering ditemukan, termasuk di Kaimana. Amnesti Internasional 2002 (Werfete, 2011) mengemukakan bahwa konflik masa kini di tanah Papua lebih banyak terjadi karena mempertikaikan sumberdaya alam, ekonomi, kekuasaan politik dan friksi antar etnis dan agama.

memandirikan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan dengan cara meningkatkan potensi dan kapasitas masyarakat untuk mewujudkan program pembangunan yang berpusat pada manusia. Bentuk kegiatannya bermacam-macam sesuai kondisi dan keadaan masyarakat kampung, misalnya untuk pemenuhan kebutuhan makanan bergizi, kesehatan, pendidikan dan kegiatan untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

Melalui proses perencanaan bersama masyarakat, diidentifikasi penduduk kurang mampu yang kemudian ditetapkan sebagai sasaran kegiatan PNPM. Pelaku utama program adalah masyarakat. Di tingkat kampung, pelaku pembangunan terdiri dari kepala kampung sebagai pembina, pengendali dan penasehat serta tim tiga tungku yang terdiri dari unsur pemerintah kampung yang ditunjuk, tokoh adat dan tokoh agama yang bertugas memotivasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pelaksana.

Selain PNPM Mandiri, pemerintah Kabupaten Kaimana mempunyai program pemberdayaan yang disebut dengan Program Pemberdayaan Kampung dan Kelurahan (P2K). Program ini harusnya mempunyai posisi strategis dalam menunjang keberhasilan pembangunan Kaimana, mengingat Pemerintah telah membuat suatu ketetapan bahwa pelaksanaan pembangunan kabupaten Kaimana adalah pembangunan berbasis kampung. Sudah selayaknya bila pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap 84 kampung yang ada di Kaimana mengingat kampung merupakan komunitas dari 8 Etnik bangsa yang menjadi identitas Kaimana.

Dalam struktur dan penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten Kaimana, dikenal struktur pemerintahan kampung. Keberadaan pemerintahan kampung ini diakui dan dihormati sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat.

Kampung sebagai struktur pemerintahan dibuat dengan mengacu pada pemberlakuan otonomi khusus bagi propinsi papua dan papua Barat sebagaimana diatur dalam UU no. 21 th. 2001. Dalam UU tersebut tercantum pemberian wewenang yang lebih luas kepada daerah dalam melakukan perubahan mendasar dari sistem pemerintahan agar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat lokal papua.

P2K sebagai program pemberdayaan kampung dilakukan sejak 2012. Program ini dikelola dibawah koordinasi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dengan alokasi anggaran sebesar Rp.160 juta. Pelaksanaan P2K dilakukan dengan berdasarkan kepada sistem pelaksanaan secara swadaya. Artinya, masyarakat harus mempunyai kemauan dan kemampuan yang bisa disumbangkan secara sukarela sebagai bagian dari rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan program. Swadaya juga mengandung pengertian sebagai wujud partisipasi masyarakat untuk ikut memiliki program kegiatan. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa bahan dan alat, lahan, tenaga kerja dan mungkin juga berupa uang. Tetapi yang jelas, semua harus nyata adanya dan tertulis pada keputusan musyawarah kampung.

Prinsip berikutnya adalah swakelola. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara dikelola sendiri oleh masyarakat setempat dan tidak dilimpahkan kepada pihak lain. Swakelola ini dilakukan sejak kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pelestarian kegiatan. Hasil kegiatan yang telah dikerjakan oleh masyarakat semestinya bisa menjadi hasil yang tetap berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan. Melestarikan hasil kegiatan merupakan hal yang harusnya mudah dilakukan, tetapi nyatanya tidak demikian.

Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam P2K. Dapat berupa pembangunan infrastruktur kampung, sosial

kemasyarakatan termasuk kesehatan, peningkatan ekonomi produktif, pengembangan kegiatan bidang pertanian dan perikanan. Selain itu kegiatan dapat bersifat khusus seperti untuk pemberdayaan perempuan.

Kampung Jawera sebagai satu dari 84 kampung juga mendapat P2K sebagai upaya pemerintah kabupaten dalam memberdayakan kampung. Walau banyak jenis kegiatan yang bisa dilakukan masyarakat dalam memberdayakan kampung, tetapi yang bisa dilihat secara nyata adalah pembangunan infrastruktur berupa parit saluran pembuangan air. Untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, P2K mengalokasikan anggarannya dalam bentuk menyediakan tenaga pengajar Sekolah Dasar membantu 3 guru yang berstatus PNS. Sedangkan untuk kegiatan lain seperti pemberdayaan kesehatan, ekonomi produktif dan pemberdayaan perenpuan, tidak jelas bentuknya.

Berkenaan dengan prinsip pelaksanaannya, idealnya P2K memang dilakukan secara swadaya dan swakelola. Untuk prinsip swakelola, nilai-nilai ini tampak masih mendasari kerja P2K di Jawera. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan semua dilakukan warga sesuai tugas masing-masing. Namun untuk pelestarian kegiatan, tidak jelas siapa yang harus melaksanakan. Untuk prinsip swadaya yang harusnya berwujud kontribusi masyarakat, tidak terlihat dalam program pembuatan saluran pembuangan air ini. Proyek P2K ini malah merupakan sumber penghidupan masyarakat setempat karena mereka tidak punya aktivitas lain yang mempunyai nilai ekonomi.

Issue yang sedang menjadi pembicaraan hangat penduduk Jawera adalah hal terkait kandungan bahan tambang yang terdapat di tanah Jawera. Setiap orang tampak begitu yakin bahwa di bawah tanah yang dia pijak terkandung batubara dan minyak bumi. Ini terjadi karena sudah ada beberapa pihak yang datang melakukan survey. Beberapa warga sudah mempunyai bukti berupa

bongkahan batubara. Warga juga sudah tahu bahwa di wilayah tanah adatnya terdapat sumur dan aliran sungai yang mengandung minyak. Beberapa orang tua menceritakan bahwa pendahulu mereka dahulu sudah meramalkan kalau tempat dimana mereka tinggal ini akan menjadi tempat yang terang benderang. Keadaan terang benderang ini yang kemudian diartikan sebagai keramaian tempat industri minyak.

Bisa jadi keberadaan bahan tambang ini benar adanya. Kajian yang dilakukan oleh Jasa Bumi Indonesia (2009) atas permintaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kaimana menunjukkan bahwa di wilayah Arguni dan beberapa wilayah lain di Kaimana ditemukan mengandung bahan tambang. Beberapa bahan tambang berhasil di inventaris di wilayah Arguni Bawah. Pertama, batu gamping yang memenuhi syarat untuk diolah sebagai bahan semen dan bahan peleburan serta pemurnian baja. Lokasinya ditemukan di sepanjang pantai teluk Arguni. Kedua, batu lempung yang dapat digunakan sebagai bahan pellebur pada pembuatan keramik, bahan baku industri bata dan genteng. Ketiga, batu pasir yang didominasi oleh komponen kwarsa dengan semen lempung. Material ini dapat digunakan sebagai campuran semen beton, paving blok dan pembuatan batako. Keempat adalah batubara. Analisa laboratorium yang dilakukan menunjukkan bahwa batubara di daerah Arguni Bawah ini merupakan “brown coal”. Batubara ini memungkinkan sebagai bahan baku energi. Keberadaan batubara di Distrik Arguni Bawah ini tersingkap di sungai Udap kampung Warmenu, 15 km di sebelah Barat laut kampung Jawera. Mengenai jumlah kandungannya, diperkirakan kurang dari 100.000 ton.

Dalam 5 tahun terakhir, datang beberapa investor untuk menjajaki kemungkinan melakukan penambangan. Nama cevron dan Hari Tanu disebut-sebut sebagai investor yang juga tertarik dengan potensi yang ada di wilayah teluk Arguni ini. Beberapa

orang dari kampung Jawera, pernah datang ke Jakarta dalam rangka mempromosikan potensi bahan tambang dan mencari investor.

Memperhatikan semua program pemerintah untuk membangun masyarakat asli Papua sebagaimana juga dikenakan pada penduduk kampung Jawera di teluk Arguni Bawah, Kaimana, harusnya ada perkembangan atau perubahan sebagai hasilnya. Bentuknya bisa berupa pertumbuhan pengetahuan atau