Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor, karena hubungan tatap muka antara klien dengan konselor merupakan pertemuan batin. Kesadaran diri seorang klien akan ditindaklanjutinya dengan kesadaran tanpa paksaan untuk mengungkapkan segala isi hatinya kepada konselor. Hal itu berarti diperlukan adanya keterbukaan klien dalam mengungkapkan apa pun yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Dengan adanya keterbukaan klien pada konselor dapat lebih membuka dirinya, unuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghambat perkembangannya. Dengan cara ini konselor akan dapat memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masing-masing klien.
4. Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas. Dalam hal ini diharapkan konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati menetapi kesabaran.”(QS. Al-Ashar/103:1-3)
5. Asas Kemandirian
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu konseling diberikan untuk dapat mengembangkan dan lebih memberdayakan potensi yang ada pada klien untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, salah satu tujuan diberikannya bimbingan dam konseling adalah agar konselor dapat menghidupkan kemandirian di dalam diri klien.
Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir bimbingan dan konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan oleh respons-respons yang diberikan konselor pada kliennya. Oleh karena itu, konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respons yang cermat. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
DUMMY
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatannya ) yang dikerjakannya….”(QS. Al-Baqarah/2:286)
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yang dimaksudkan dalam layanan bimbingan konseling ini pada dasarnya adalah asas yang menghendaki layanan bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam proses penyelenggaraan bimbingan. Dalam hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. Pada saat kegiatan layanan dilakukan, konselor berupaya mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan masalah, aktif dalam mencari solusi masalah bersama-sama konselor dan akhirnya aktif mencari atau memilih cara terbaik dalam memecahkan masalah setelah mendapatkan pencerahan dari konselor.
7. Asas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah yang baik. Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu yang sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi klien. Konselor dan klien serta pihak-pihak lain diminta untuk bekerja sama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku baik pada klien. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
…”sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah dirinya sendiri.”(QS. Ar Ra’du/13:11)
8. Asas Keterpaduan
Asas ini yang menghendaki agar berbagai proses pelayanan bimbingan dan konseling terjalin kerja sama yang baik antara konselor dengan pihak lain yang dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Kerja sama ini tidak hanya antara klien dan konselor tetapi juga kerja sama dengan semua pihak yang membantu kegiatan layanan bimbingan konseling.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan
DUMMY
lingkungannya. Konselor harus dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dari mulai bagaimana berkembangnya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibatnya bila norma-norma itu terus dianut dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat menentukan dan memilih norma-norma yang akan dianutnya.
10. Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para konselor harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Tidak semua orang dapat menjadi konselor untuk memberikan layanan bimbingan konseling, karena konseling adalah layanan ahli maka semua petugas dalam hal ini konselor harus dilakukan oleh orang yang mendapat pendidikan khusus untuk itu. Pada saat ini bahkan konselor sudah merupakan profesi, dan karenanya konselor dihasilkan oleh pendidikan konselor sama seperti dokter harus melalui pendidikan profesi dokter setelah mendapatkan sarjana kedokteran (S.Ked). Demikian pula dengan konselor wajib mendapatkan pendidikan profesi konselor. Pentingnya keahlian ini sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
“Maka disebabkan oleh rahmat Allah, kami berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai mereka yang bertakwa kepada-Nya.”(QS.
Al-Imran 3: 159)
11. Asas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-masalah yang cukup sulit. Dengan keterbatasan konselor dalam membantu dan menyelesaikan masalah klien sedangkan dalam bimbingan dan konseling pelayanannya harus tuntas jangan sampai terkatung-katung sehingga klien menjadi semakin susah dalam menyelesaikan masalahnya.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal ataupun landasan pendidikan secara umum.
DUMMY
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoretik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat enam aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis, dan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis.
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
DUMMY
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut prikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apa pun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Religius
Dimensi spiritual pada manusia menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk religius. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan, mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta peranannya sebagai khalifah di bumi.
Landasan religius bagi layanan BK setidaknya ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allah Swt.
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal suasana dan perangkat budaya serta masyarakat yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.