• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional

3. Tipe Guru

Apabila kita memerhatikan secara seksama dalam keseharian guru-guru kita di sekolah, terlihat macam-macam bentuk atau tipe guru. Ada guru yang datang ke sekolah selalu terlambat dan pulang lebih awal dari guru yang lain, ada pula guru yang disiplin dalam mengajar tetapi pada saat mengajar tampak tidak menguasai bahan sehingga guru cenderung meminta siswa mencatat atau kalaupun menjelaskan materi sering tidak fokus pada apa yang dibicarakan atau menyimpang dari materi yang dipelajari. Di samping itu, ada pula guru yang menguasai materi bahan ajar, menjelaskan dengan baik sekali tetapi sering tidak disiplin dengan berbagai alasan bahkan dia sering mengkritisi tentang sekolah, tetapi beliau sendiri tidak mampu melakukakan apa yang dikritisi tersebut atau sering disebut sebagai komentator. Di samping tipe seperti itu kita juga sering melihat guru yang sangat disiplin dengan tugas, hubungan dengan siswa baik dan mendidik, penguasaan materi ajar sangat baik dan diikuti dengan cara menyampaikan materi secara baik pula, guru semacam inilah guru idaman siswa dan juga diidamkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia.

Di samping itu kita juga sering mendengar apa yang dinyatakan oleh masyarakat tentang guru yaitu guru yang efektif atau juga bahkan ada guru yang sering disebut guru tidak efektif.

Muijs dan Reynold (2005) menyimpulkan bahwa guru efektif ditandai dengan perilaku dan kemampuan sebagai berikut:

1. Have a positive attitude (Memiliki sikap positif). Guru semacam ini adalah guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan/profesinya sebagai guru, positif terhadap siswanya, sekolahnya bahkan terhadap lingkungan sekolahnya.

2. Develop a pleasant social/psychological climate in the classroom (Mengembangkan iklim sosial/psikologis yang menyenangkan di kelas). Guru dalam kategori ini adalah guru yang mampu mengembangkan iklim yang nyaman, aman dan bersahabat di dalam lingkungan kelas maupun lingkungan sekolahnya. Sehingga pembelajaran yang diciptakannya adalah pembelajaran yang bebas dari tekanan dan ketakutan siswa.

DUMMY

3. Have high expectation of what pupils can achieve (Memiliki harapan yang tinggi dari apa yang siswa dapat mencapai). Guru semacam ini adalah guru yang memiliki optimisme terhadap siswanya akan mampu mendapatkan hasil yang tinggi daripada apa yang mereka capai sekarang. Optimisme itu dibuktikannya dengan berupaya selalu meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk dapat berprestasi lebih tinggi lagi.

4. Communicate lesson clarity (Berkomunikasi secara jelas dalam pelajaran). Guru dalam indikator ini menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, memiliki kemampuan berbahasa yang baik sehingga apa yang disampaikannya di hadapan siswa saat pembelajaran dilakukan dapat dipahami secara jelas oleh seluruh siswa. Guru memiliki kemampuan menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan kemampuan berbahasa siswanya.

5. Practice effective time management (mempraktikkan manajemen waktu yang efektif). Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mengatur waktu secara baik, mana waktu prioritas dan mana kegiatan yang memiliki tingkat prioritas kurang. Mengelola waktu ini berkaitan dengan mengelola waktu mengajar, waktu membimbing, melatih dan mengevaluasi siswa serta memberikan upaya perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukannya.

6. Employ strong lesson structuring. Maksudnya dalam konteks ini adalah bagaimana guru memiliki kemampuan untuk bekerja secara keras dalam menstruktur pembelajaran secara sekuensis, sebab dengan demikian anak akan mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dimulai dari tingkat struktur yang rendah sampai dengan tingkat kesulitan yang tinggi secara berjenjang.

7. Use a variety of teaching methods (menggunakan metode pembelajaran yang variatif). Guru efektif adalah guru yang memiliki kemampuan tinggi untuk selalu kreatif menggunakan berbagai model, strategi dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dan kemampuan guru itu sendiri. Di samping itu, rancangan pembelajaran yang dibuatnya dapat fleksibel dan mungkin berubah dalam pendekatan, model dan atau metode sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran berlangsung.

8. Use and incorporate pupil ideas. Guru dengan indikator ini adalah mereka yang mau dan mampu menggunakan dan menggabungkan gagasan murid untuk kebutuhan pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran yang

DUMMY

dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sangat sering ditemukan guru memaksakan kehendaknya sementara gagasan murid “selalu dianggap salah” sehingga tidak menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

9. Use appropriate and varied questioning. Guru efektif dengan indikator ini adalah guru yang menggunakan pertanyaan secara tepat dan bervariasi. Sering kita menemukan siswa tidak mampu menjawab pertanyaan guru bukan akibat ketidakmampuan mereka atau ketidakpahaman siswa terhadap substansi, tetapi akibat dari ketidakpahaman terhadap pertanyaan yang diajukan guru. Variasi pertanyaan juga dilakukan guru berdasarkan tingkat tujuan pembelajaran, mulai dari pertanyaan yang hanya menggali hafalan, pemahaman sampai pada pertanyaan yang sifatnya analisis dan evaluasi.

Wragg et.al (2000), menemukan sejumlah indikator yang menunjukkan perilaku dan kompetensi sebagai guru yang tidak efektif yaitu:

1. Inability to control the class. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan indikator ketidakmampuan dalam mengendalikan kelas, sehingga dalam pembelajaran kelas tampak tidak terorganisir, masing-masing siswa memiliki kegiatan sendiri-sendiri yang tidak terfokus pada pembelajaran. Sementara proses pembelajaran berlangsung guru tidak mampu mengendalikan kegiatan siswa untuk fokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung.

2. Poor planning and preparation. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan perilaku buruk dalam perencanaan mengajar dan atau persiapan mengajar. Meskipun ada perencanaan hanya sekadarnya tanpa mengikuti perencanaan yang utuh dan lengkap. Bahkan banyak di antara mereka kalau ditanya kenapa tidak membuat perencanaan dan persiapan selalu menjawab bahwa perencanaan dan persiapan tersebut sudah ada dalam otak.

3. Poor subject knowledge. Guru yang termasuk dalam kriteria ini adalah mereka yang menunjukkan buruknya penguasaan bahan ajar/pengetahuan yang akan diajarkan. Guru tidak mampu menjelaskan secara luas dan mendalam apa yang seharusnya dikuasai oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pada saat mengajar guru tidak menguasai bahan ajar yang ditunjukkan mereka selalu memegang buku dan membaca apa yang ada dalam buku tanpa dapat menjelaskan apalagi memperluas dan memperdalam materi yang sedang diajarkan apalagi menghubungkan

DUMMY

antara satu materi dengan materi lain atau satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya.

4. Poor teaching. Guru yang termasuk dalam kategori poor teaching adalah mereka yang terlihat buruk dalam menggunakan model, pendekatan dan atau strategi pembelajaran secara baik, inovatif dan kreatif. Biasanya guru ini dalam pembelajaran menggunakan metode-metode pembelajaran yang konvensional/tradisional tanpa dapat memvariasi atau menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung.

5. Low expectations of pupils. Guru yang memiliki harapan yang rendah terhadap siswa adalah guru yang merasa tidak punya keyakinan terhadap siswanya untuk berprestasi tinggi. Akibatnya semua kegiatan pembelajaran yang dilakukannya cenderung berkadar kualitas yang rendah. Apa pun yang dia lakukan termasuk dalam membuat pertanyaan atau permasalahan hanya berkisar pada kognitif tingkat pertama seperti kemampuan menghafal, atau paling tinggi pemahaman saja tanpa berani membuat pertanyaan sampai pada tahap analisis, sintesis apalagi tingkat evaluasi.

6. Poor relationships with pupils. Guru yang tergolong dalam kategori buruk dalam berkomunikasi/berhubungan dengan para siswa, adalah mereka yang tidak dapat membangun komunikasi dengan siswanya secara baik. Dia tidak dapat memperlakukan siswanya sebagai teman, anak, peserta didik dan sebagainya. Akibatnya siswa juga tidak dapat membangun keterbukaan kepada gurunya saat dia menghadapi masalah, padahal guru dalam fungsinya sebagai pembimbing memerlukan keterbukaan siswa dalam masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar agar bantuan bimbingan yang diberikan tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memecahkan masalah.

Dalam kenyataannya sering juga ditemukan istilah guru yang berkinerja di bawah standar. Sehubungan dengan kinerja di bawah ini Jones Jenkin, dan Lord (2006), menyatakan bahwa guru yang memiliki performansi atau kinerja rendah ini masih terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: ineffective teachers, struggling teachers, under-performing teachers, sinking

teachers, stuck teachers. Penjelasan masing-masing kategori guru menurut

Jones dkk tersebut dapat dirinci masing-masing indikator sebagai berikut: 1) Ineffective teachers (Guru tidak Efektif). Guru yang tidak efektif ini memiliki

DUMMY

a. Have poor pedagogic practices and/or poor relationship with pupils

Guru yang masuk dalam indikator ini adalah mereka yang memiliki praktik pedagogik yang buruk dan /atau hubungan yang buruk dengan murid. Kemampuan mendidik peserta didik guru ini buruk, dengan demikian dia tidak dapat mengemas pembelajaran yang mendidik. Padahal sekarang guru dituntut untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran. Kemampuan mengemas mata pelajaran dalam pembelajaran sebagai satu kesatuan utuh dalam pendidikan keilmuan dan karakter memerlukan kemampuan pedagogik yang baik.

b. Are unaware of the contribution they personally must make to improving their

practice and approach with pupils and tend to blame external factors (the pupils, the parents, the school’s manager, etc) for their difficulties. Guru yang

termasuk dalam indikator ini adalah mereka yang tidak menyadari kontribusi mereka secara pribadi untuk meningkatkan praktik dan pendekatan dengan murid dan cenderung menyalahkan faktor eksternal seperti: siswa, orang tua, manajer sekolah, dan lain-lain apabila dia menghadapi kesulitan dan tidak mampu menghadapi kesulitan tersebut. Atau dengan kata lain mereka adalah guru yang selalu mencari “kambing hitam” pada saat kegagalan yang dihadapinya, sehingga dia selalu merasa benar dalam tindakan pembelajaran yang dilakukannya meskipun hasil pembelajaran yang dia lakukan rendah.

2) Struggling teachers (guru yang pejuang). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:

a. Have many of the poor practices of the ineffective teacher but are trying find

ways of improving their practice. Guru yang termasuk dalam indikator ini

menunjukkan mereka melakukan banyak praktik-praktik yang buruk dari guru yang tidak efektif seperti dikemukakan pada kriteria di atas (guru tidak efektif), tetapi guru ini berusaha untuk menemukan cara-cara meningkatkan praktik mereka. Artinya ada upaya untuk memperbaiki diri dengan perjuangan sendiri.

b. May be spasmodic or misguided in their attempts but there is a spark of

self-reflection in their approach. Guru yang termasuk dalam indikator ini

menunjukkan kemungkinan hebat tetapi mungkin juga dia atau salah arah dalam usaha mereka, tetapi ada refleksi sendiri yang dia lakukan terhadap pendekatan atau strategi pembelajaran yang dilakukannya.

DUMMY

c. Are likely to be NQTs or teachers new to a particular post or particular school

who are struggling to develop the range of skill and approaches they need for their new role. Guru yang termasuk indikator ini adalah seperti guru

baru untuk bagian tertentu atau sekolah tertentu yang berjuang untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan pendekatan yang mereka butuhkan untuk peran/tugas atau tanggung jawab yang baru mereka. Guru ini menunjukkan usaha yang keras untuk membangun kemampuannya agar sesuai dengan tugas atau peran baru yang diembannya.

3) Under-performing teachers (guru dengan performansi di bawah standar). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:

a. Have the ability but do not push themselves to the limits of their capacity. Guru yang termasuk dalam indikator ini adalah guru yang sebenarnya memiliki kemampuan dalam berbagai hal baik penguasaan bahan ajar maupun kemampuan dalam menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran, tetapi mereka tidak mau atau tidak memiliki kemauan (awareness) dan komitmen diri dan atau tidak mau memaksakan dirinya untuk mencapai batas kapasitas yang seharusnya mereka miliki. Dengan kata lain guru ini sebenarnya memiliki kemampuan yang baik tetapi tidak berkinerja sesuai dengan kemampuannya, karena itu mereka disebut guru yang berkinerja di bawah standar kinerja dirinya apabila dibandingkan dengan kompetensi yang dia miliki.

b. Are likely to be adequate in most classroom situations but contribute nothing

to the wider life of the school. Guru yang termasuk dalam indikator ini

adalah mereka yang sebenarnya memiliki kemampuan cukup memadai dalam melaksanakan pembelajaran di situasi dan kondisi banyak kelas, tetapi guru ini tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk kehidupan sekolah yang lebih luas sekolah. Dengan kata lain guru ini hanya komitmen terhadap pekerjaannya sebagai guru dan hanya mengajar saja yang menjadi perhatian utamanya sebagai guru, sementara tugas-tugas lain yang terkait dengan kemajuan sekolah secara keseluruhan dia merasa bukan kewajibannya sebagai guru, akibatnya dia acuh terhadap kemajuan sekolah dalam arti luas.

c. Are in danger or be coming ‘stuck’ teachers as they do nothing to update their

skills and approaches. Guru yang tergolong dalam indikator sebagai guru

terjebak ini adalah mereka yang sebenarnya berada dalam kondisi “bahaya” akan tertinggal dari guru lain bahkan mungkin tertinggal

DUMMY

kemampuannya dari siswa. Di samping itu, guru dalam indikator ini adalah mereka yang sebenarnya “terjebak” dalam kondisi status

qou, dan memahami akan keterjebakannya dan atau ketertinggalan

mereka, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa untuk memperbarui dan meningkatkan keterampilan dan pendekatan mereka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 4) Sinking teachers (guru terpuruk). Guru yang termasuk dalam kriteria ini

memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:

a. Are those who were (probably) once satisfactory teachers who have lost

their way. Guru dalam indikator ini adalah mereka yang kehilangan

cara-cara kerja mereka yang efektif. Atau dengan kata lain kinerja mereka dalam bekerja mundur dari kinerja yang sebelumnya pernah mereka lakukan. Untuk guru semacam ini perlu ada orang lain yang dapat membangunkan motivasi dan kepuasan kerjanya agar tumbuh kembali kepada cara-cara efektif yang pernah mereka lakukan. b. May be suffering from ‘burn out’ have external life problems which are

deflecting their energies and commitment away from teaching, or have medical or psychological difficulties. Guru yang termasuk dalam kelompok

ini sebenarnya adalah guru yang dulunya memiliki kinerja baik tetapi mungkin memiliki masalah kehidupan eksternal sehingga dia membelokkan atau mengalihkan energi dan komitmen mereka ke arah lain (sesuai masalah yang mereka hadapi yang biasanya masalah bersifat pribadi, keluarga atau lainnya). Masalah tersebut sebenarnya jauh dari hal-hal yang terkait dengan mengajar. Masalah eksternal dapat pula bersumber dari masalah medis atau psikologis yang dialami oleh guru yang menyebabkan dia mengalihkan energi dan power dalam dirinya untuk mengatasi masalah tersebut yang berakibat kegiatan pembelajaran yang dia lakukan menjadi berkinerja yang terpuruk.

c. Are often long-service teachers who have worked in one institution for

many years. Guru terpuruk dalam kinerja yang dimaksudkan dalam

indikator ini adalah mereka yang telah lama telah bekerja di satu sekolah tertentu atau selama bertahun-tahun bahkan sepanjang tugas menjadi guru tidak pernah beralih ke sekolah lain yang menyebabkan ada kebosanan atau kejenuhan dalam bekerja pada tempat yang sama dalam waktu lama. Kondisi tersebutlah sebenarnya yang menyebabkan guru menjadi kurang termotivasi, kurang tantangan dan menyebabkan dia menjadi terpuruk dalam kinerjanya sebagai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

DUMMY

d. Usually have discipline problems, but are increasingly resistant to new

approaches. Guru terpuruk dapat pula disebabkan karena guru memiliki

masalah disiplin, tetapi semakin resisten terhadap pendekatan baru. Akibatnya dia tidak dapat berkinerja baik karena bermasalah dalam disiplin, namun di sisi lain guru-guru ini sangat resisten terhadap berbagai perubahan kebijaan yang dilahirkan di sekolahnya.

e. May have the potential to be reflective practitioners but increasingly have less

inclination to be. Guru terpuruk sebenarnya juga mungkin guru tersebut

memiliki potensi untuk melakukan reflektif terhadap pelaksanaan tugas mengajarnya, tetapi semakin cenderung melakukan tugas yang semakin menurun, tetapi guru ini tidak memiliki kemauan dan motivasi untuk melakukan refleksi terhadap tugasnya, dia hanya melakukan rutinitas seperti apa yang pernah mereka lakukan. Akibatnya pelaksanaan tugas mengajarnya tidak pernah berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya dapat menurunkan prestasi belajar siswa dan mutu sekolah secara keseluruhan.

5) Stuck teachers (guru terjebak). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:

a. Are teachers who have moved on and adapted to the changing demands of

teaching. Guru terjebak dapat disebabkan oleh faktor yaitu guru yang

telah pindah dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan pengajaran, sementara guru tersebut belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Akibatnya dia dapat menjadi guru yang tidak efektif dan berkinerja buruk.

b. Employ pedagogic practices that are located in a time warp (e.g. dictated note,

copying from the board, rote learning). Dalam konteks ini dimaksudkan

adalah guru yang melakukan praktik pedagogik yang membelok dari praktik pedagogik sebenarnya dalam pembelajaran seperti misalnya mengajar dengan mendikte catatan, menyalin dari papan tulis atau anak diminta belajar menghafal materi bahan ajar.

c. View teachers-pupil relationships as ones based upon automatic respect for the

teacher and show a lack of emphaty with the view point of the pupil. Guru terjebak

yang mengakibatkan dia tidak berkinerja baik disebabkan oleh karena guru melihat hubungan guru-murid didasarkan pada penghormatan otomatis untuk guru dan menunjukkan kurangnya empati dengan sudut pandang murid. Akibatnya hubungan guru dan murid tidak berlangsung secara baik dan membangun motivasi murid untuk berprestasi. Padahal

DUMMY

pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara murid dan guru secara timbal balik. Tanpa keharmonisan hubungan seperti itu maka hasil belajar tidak akan optimal.

d. Often have discipline problems brought about by their teaching style and level of

expectation. Guru terjebak yang tidak berkinerja baik sering memiliki

masalah dalam disiplin yang ditimbulkan oleh gaya mengajar mereka dan tingkat harapan mereka terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswanya. Biasanya mereka mempunyai disiplin yang rendah, akibatnya juga harapan prestasi kepada siswa juga rendah.

Ahli lain dalam perspektif lain menggolong beberapa tipe guru. Glickman (2002) menggolongkan ketegori guru yang didasarkan pada perspektif paradigma kategori guru yang didasarkan pada tinggi rendahnya level of

commitment (tingkat komitmen guru) dan level of abstraction thinking (tingkat

berpikir abstrak guru).

Suriansyah, A (1992), mengelaborasi beberapa kegiatan dan indikator yang menunjukkan aktivitas guru dalam aspek komitmen guru dan kemampuan berpikir abstrak guru sehingga dapat terukur dalam menentukan dan menggolongkan kategori guru. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1) Komitmen. Aspek komitmen ini mencakup indikator-indikator sebagai berikut:

a) Komitmen guru dalam penggunaan waktu mengajar (disiplin), waktu datang dan waktu selesai mengajar.

b) Perhatian guru terhadap siswa yang ditunjukkan dalam bentuk berkomunikasi secara intern dengan siswa dalam membantu belajar, mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar. c) Menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas sekolah guna kemajuan

sekolah dan mutu sekolahnya.

d) Menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap berbagai kegiatan pengembangan siswa dalam kegiatan non akademik. 2) Kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan ini mencakup beberapa

indikator-indikator sebagai berikut:

a) Kemampuan guru dalam membuat perencanaan dan persiapan pembelajaran secara berkualitas.

b) Kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mencakup penggunaan pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang variatif, ketepatan prosedur dalam menggunakan media pendukung pembelajaran dan melakukan tes (harian, bulanan atau

DUMMY

semester serta kemampuan memberikan umpan balik dan tindak lanjut hasil evaluasi kepada siswa untuk perbaikan.

c) Fleksibilitas dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung, memiliki daya adaptasi dan mampu menggunakan berbagai pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang tepat.

d) Kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah, yang ditunjukkan dengan kemampuan mengidentifikasi masalah belajar siswa, masalah dalam mengajar serta menganalisisnya secara mandiri.

e) Kemampuan guru dalam membuat alternatif pemecahan masalah siswa atau masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas. Dari dua hal tersebut diperoleh beberapa kategori guru yaitu:

1) Guru profesional (professional teacher), yaitu guru yang memiliki tingkat komitmen guru tergolong tinggi dan tingkat kemampuan berpikir abstraksi juga tinggi. Guru yang memenuhi dua hal yang tergolong tinggi tersebut bercirikan:

a) Guru ini tergolong guru yang berdisiplin tinggi

b) Energik, antusias dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

c) Continue dan konsisten dalam mengembangkan dirinya, siswanya bahkan memiliki kesediaan membantu teman guru yang lain tanpa pamrih.

d) Memikirkan tugas secara konsisten bahkan saat dia berada di luar sekolah.

e) Mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah dan membuat pilihan yang rasional dalam pemecahan masalah.

f) Mengembangkan rencana pengembangan pembelajaran selanjutnya dengan melakukan refleksi setiap akhir pembelajaran yang dilakukannya.

2) Guru analis dan pengamat (analytical observer teacher), yaitu guru yang