• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendidikan adalah komponen human resource yaitu guru dan tenaga kependidikan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Sebab komponen materiil seperti alat pelajaran, alat peraga, laboratorium dan sebagainya tidak akan bermanfaat tanpa adanya manusia yang mampu menggunakannya secara tepat dalam proses belajar mengajar.

Dalam beberapa tahun terakhir ini upaya peningkatan sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya) sudah dilakukan secara besar-besaran dan menyeluruh bahkan mendapat perhatian yang cukup besar

BAB

4

SUPERVISI

PENDIDIKAN

DUMMY

oleh pemerintah. Upaya tersebut mulai dari yang berbentuk pelatihan sampai pada upaya melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru (D1, D2, D3 ke S1, bahkan guru yang sudah S1 diberikan kesempatan ke S2). Demikian pula untuk para kepala sekolah dan pengawas.

Dominannya perhatian pemerintah terhadap upaya peningkatan mutu tenaga kependidikan ini didasarkan atas anggapan bahwa di tangan guru mutu pendidikan tidak ada gurunya atau kekurangan guru. Guru dipandang sebagai faktor kunci, karena ia berinteraksi secara langsung dengan siswa-siswa dalam proses pembelajaran pada saat ini. Konsekuensi dari anggapan ini, maka kualitas guru dipandang sebagai penyebab kualitas hasil belajar atau kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Strategisnya peranan guru sekarang ini dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan asumsi

programmatic pendidikan guru yaitu:

1. Guru merupakan agen pembaruan.

2. Guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar (memudahkan terjadinya proses belajar).

3. Guru bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik, rendah atau tingginya hasil belajar siswa tidak terlepas dari tanggung jawab guru. 4. Guru merupakan contoh teladan bagi peserta didik.

5. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di kelas baik secara individual maupun yang dilakukan secara berkelompok. 6. Guru harus menjunjung tinggi kode etik profesinya.

Sebagai seorang yang bertugas mengajar dan sekaligus mendidik, akan melakukan berbagai macam kegiatan secara bersamaan demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan dalam setiap pembelajaran di kelas. Untuk itu guru harus memainkan peranan atau fungsi sebagai:

1. Pembimbing

2. Pembaharu model (inovator) 3. Konselor

4. Pelatih

5. Dan lain-lain fungsi yang tidak ringan

Kemampuan mengajar memerlukan seperangkan pengetahuan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal

DUMMY

dan hasil yang maksimal. Kemampuan mengajar tersebut tidak dapat hanya dibentuk melalui lembaga penghasil guru (LPTK), tetapi perlu dilanjutkan pembinaannya oleh lembaga di mana tenaga tersebut bertugas.

Demikian besar dan beratnya tugas, tanggung jawab, fungsi dan peranan guru tersebut sehingga dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari ia sering dihadapkan kepada berbagai permasalahan, mulai dari masalah pribadi sampai pada masalah yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Di antara guru-guru tersebut ada yang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya, namun tidak sedikit yang tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri. Kondisi inilah sebenarnya yang membutuhkan ada orang lain yang siap membantu mereka setiap saat, atau dengan kata lain mereka membutuhkan pembinaan dari seorang kepala sekolah, pengawas atau pejabat berwenang lainnya.

Sungguhpun guru sebelum bertugas sebagai guru dipersiapkan secara optimal di perguruan tinggi (LPTK: FKIP, STKIP, IKIP, AKTA IV Mengajar) tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua guru di sekolah betul-betul profesional dalam melaksanakan tugasnya, dalam kaitan ini Jacobson menyatakan bahwa di sekolah/lembaga pendidikan ternyata tidak semua guru tergolong well trained (terlatih baik) dan well qualified (berkualitas/kualifikasi baik). Kenyataan tersebut dapat diamati dari:

1. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah 2. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang terlalu sarat beban 3. Seringnya siswa mengeluhkan gurunya mengajar dengan gaya yang sangat

tidak menarik, sehingga mereka merasa malas untuk belajar

4. Masih rendahnya mutu hasil belajar yang dibuktikan dengan hasil ujian akhir yang masih belum memuaskan semua orang, apalagi kalau kita membandingkan dengan prestasi anak-anak di berbagai negara.

Apa yang dikemukan oleh Jacobson tersebut juga diakui oleh Elsbree dan McNally bahwa perkembangan sains dan teknologi yang demikian cepat akan menjadi sebab perlu pemutakhiran kemampuan guru agar mereka tidak ketinggalan zaman.

Hal senada juga diakui oleh berbagai penelitian seperti: beberapa studi yang dilakukan dari Mohamad Nur (1994) sejak lama telah menyimpulkan beberapa kelemahan guru sekolah menengah yaitu: kurang terlatih melakukan praktik pengajaran yang mengarah pada keterampilan proses, sangat dominan (teacher centered), penggunaan metode mengajar yang berkisar pada ceramah, tugas atau ekspositori, serta kebanyakan guru tidak mengajar

DUMMY

dengan memerhatikan kemampuan berpikir siswa atau tidak mengajar secara bermakna. Kondisi tersebut ternyata masih saja terjadi pada saat ini. Hal ini berakibat pada hasil belajar yang belum dapat dicapai secara optimal. Kondisi lain kita dapat melihat bagaimana berbagai kecemasan ketika menjelang ujian nasional (UN), terjadi berbagai usaha untuk mengejar target lulus ujian bahkan kadang dengan cara-cara yang tidak benar sekalipun.

Permasalahan di atas tampaknya terkait pula dengan kenyataan pembelajaran di berbagai pelatihan dan pembinaan lainnya seperti yang disinyalir bahwa: kecenderungan dalam penyelenggaraan pengajaran yang lebih banyak mengandalkan pemberian informasi satu arah, kurang bervariasi dan kurang berinovasi. Hal ini membentuk kebiasaan mereka sebagai penerima informasi dan kebiasaan mereka pada saat mengajar sebagai guru. Oleh karena itu, harus:

1. Memanifestasikan kompetensinya sebagai orang yang sedang belajar 2. Menunjukkan minat yang besar menjadi guru

3. Berdasarkan kenyataan itulah maka guru-guru masih diperlukan pembinaan profesionalnya sebab every man owes of his time to the advancement

of his profession (De Roche, 1985), selanjutnya dikemukakan bahwa

pengembangan staf termasuk guru diperlukan karena beberapa alasan berikut ini:

a. Kekuatan sosial ekonomi b. Kekuatan pendidikan

c. Kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di samping itu, pengembangan staf juga berkaitan dengan terdapatnya kesenjangan kemampuan dan kecakapan di satu pihak, dan adanya tuntutan efektivitas dan efisiensi di lain pihak. Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat ditarik benang merah perlunya pembinaan guru pada saat dia sudah bertugas sebagai guru secara nyata di lapangan pendidikan (sekolah-sekolah) yaitu sebagai berikut: guru (lebih-lebih bagi mereka yang baru bertugas) masih memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengendalikan dan menganalisis tingkah laku siswanya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga guru sulit memisahkan, merefleksikan dan menyadari tingkah lakunya pada saat dia sedang melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Karena itu adanya bantuan dari kepala sekolah/supervisor atau pengawas sekolah sangat membantu mereka untuk dapat mengobservasi, merefleksi dan menganalisis tingkah laku mengajarnya tersebut.

DUMMY

B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi

1. Pengertian dan Fungsi Supervisi

Sebelum membahas tentang fungsi supervisi dalam kegiatan pendidikan, terlebih dahulu perlu ditambahkan kutipan yang berkenaan dengan batasan supervisi yang dikemukakan oleh ahli–ahli yang sudah lama berkecimpung dalam dunia supervisi kemudian dilanjutkan dengan batasan yang lebih baru. Dalam Carter Good’s Dictionary of Education seperti dikutip oleh Oteng Sutisna (1983), supervisi didefinisikan sebagai: Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan profesional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran.

Istilah supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu: super yang artinya di atas dan vision mempunyai arti melihat, maka secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai ‘’melihat dari atas’’. Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah -- sebagai pejabat yang berkedudukan di atas -- atau lebih tinggi dari guru – untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-cari kesalahan. Jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini. Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidenfikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan.

Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran,tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu sudah tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut sudah sesuai dengan tujuannya. Oleh karena siswalah yang menjadi pusat perhatian dari segala upaya pendidikan, berarti supervisi sudah mengarah pada subjeknya.

Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi sesuai dengan konsep pengertiannya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Supervisi akademik, dan(2) Supervisi administrasi.

a. Supervisi akademik adalah supervisi menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan

DUMMY

pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar.

b. Supervisi administrasi yang menitikberatkan pengamatan pada aspek– aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

Kepala sekolah setiap hari selalu berada di sekolah dan sangat memahami kehidupan sekolah setiap hari, sehingga sudah selayaknya kepala sekolah selalu mengarahkan perhatiannya pada supervisi akademik, sedangkan pengawas yang relatif lebih jarang datang ke sekolah karena jumlah sekolah yang menjadi pembinaannya cukup banyak biasanya lebih cenderung mengarahkan perhatiannya pada supervisi administrasi. Hal ini sebenarnya yang menjadi permasalahan, sebab baik kepala sekolah maupun pengawas sekolah harusnya kedua-duanya memberikan perhatian pada pembinaan aspek akademik meskipun tidak meninggalkan pembinaan aspek administratif, tetapi porsi yang lebih besar diberikan pada pembinaan aspek akademik.

Batasan supervisi sering kabur dan agak membingungkan pembaca karena mengandung beberapa konsep. Kimball Wiles sebagaimana dikutip Suriansyah (2010), menyatakan bahwa Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar–mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik’. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukannya. Perbaikan proses pembelajaran inilah yang akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Kerangka berpikir ini mengindikasikan bahwa guru memegang peran yang sangat strategis dan urgen dalam pembelajaran siswa. Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa masih banyak variabel lain yang juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini akan dapat ditelusuri dengan baik apabila kegiatan supervisi dapat dilakukan secara terus-menerus, intensif, baik dan cermat. Supervisi yang intensif kepada guru, secara tidak langsung siswa akan kena dampaknya yaitu ikut terangkat prestasi belajarnya. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa supervisi bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Selain itu juga supervisi juga membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Hal ini penting karena guru memang harus mampu sejauh mungkin memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidenfikasi kesulitan individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran secara lebih tepat, melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki oleh siswa.

DUMMY

Selain apa yang telah disebutkan di atas pada hakikatnya supervisi juga membantu guru agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kecakapan pribadi. Supervisi juga bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerja sama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu sama lain.

Perkembangan mutakhir tentang supervisi dikemukakan oleh Sergiovanni (1980) yang menyatakan bahwa supervisi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang sudah ditunjuk tetapi oleh seluruh personel yang ada di sekolah (by the

centre school staffs). Tujuan utama kegiatan supervisi adalah meningkatkan

kualitas pembelajaran, harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa.Tentu saja peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsur yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain siswa itu sendiri, guru dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.

Berpijak pada batasan pengertian tersebut maka sedikitnya ada tiga fungsi supervisi, yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.