• Tidak ada hasil yang ditemukan

FEEDING BEHAVIOUR ON SUSCEPTIBITY OF AGRICULTURE COMMODITY IN ACEH

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 59-73)

Kaniwa Berliani1.2, Hadi S.Alikodra3, Burhanuddin Masy’ud3, Mirza Dikari Kusrini3

1.

Fakultas Pascasarjana, Program Konservasi Biodiversitas Tropika,Fakultas Kehutanan IPB. Email: kaniwa.berliani@yahoo.com

2.

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Departemen Biologi, Universitas Sumatera Utara

3.

Program Konservasi Biodiversitas Tropika, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sangat selektif memilih jenis tanaman dan bagian tanaman tertentu untuk dikonsumsi. Penelitian tentang aktivitas makan pada gajah bertujuan mendefinisikan perilaku makan pada gajah terhadap jenis tanaman komoditi pertanian masyarakat yang berbeda secara bersamaan, menganalisis perilaku aktivitas makan pada gajah terhadap jenis tanaman dan menganalisis perilaku aktivitas makan pada gajah sumatera terhadap kerentanan kerusakan jenis tanaman komoditi yang dibudidayakan masyarakat di daerah konflik manusia-gajah. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2014 di Pusat Konservasi Gajah Saree Provinsi Aceh. Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif dilakukan dengan metode focal animal samplingdengan mengkombinasikandengan continuous sampling pada lima ekor gajah betina dewasa dan lima ekor gajah jantan dewasa terhadap 10 jenis pakan yang merupakan jenis tanaman komoditi masyarakat di daerah konflik manusia-gajah. Data dianalisis menggunakananalisis deskripsi sehingga memberi gambaran secara khusus tentangperilaku aktivitas makan pada gajah terhadap jenis tanaman yang dirusak dan yang tidak dirusak oleh gajah. Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku aktivitas makan pada gajah didefinisikan dengan perilaku mengamati, mengambil, memeriksa, mengolah, menggigit, mengunyah, menelan dan membuang pakan. Aktivitas makan pada gajah merupakan aktivitas yang paling besar, diikuti aktivitas lokomos, aktivitas defekasi dan aktivitas urinasi. Pada perilaku pemilihan jenis pakan yang dikonsumsi, gajah paling sering menunjukkan perilaku memilih tanaman padi (Oryza sativa) dan tanaman pisang (Musasp) sedangkan jenis pakan yang paling sedikit dipilih adalah tanaman coklat (Theobroma cocoa). Disamping, empat jenis pakan yang sedikitpun tidak dikonsumsi gajah betina maupun jantan, namun memperlihatkan perilaku mengamati, perilaku memeriksa dan perilaku membuang. Tanaman tersebut adalah cabai (Capsicum frutescens), kemiri (Aleurites moluccana), kopi (Coffea arabica), dan nilam (Pogostemon cablin). Perilaku aktivitas makan pada gajah terhadap jenis tanaman tertentu dan kerentanan tanaman komoditas terhadap kerusakan oleh gajah akan memperkuat alasan

PENDAHULUAN

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa bersifat browser (pemakan semak), folivora (pemakan daun), frugivora (pemakan buah), pemakan biji dan pemakan bagian lain dari tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan mineral.Satwa megaherbivora ini mengkonsumsi lebih dari 400 spesies tumbuhan yang berbeda dan sangat bervariasi memakan bagian-bagian tanaman, misalnya daun, buah, umbut, pelepah, batang muda, bunga, kulit dan juga liana, tergantung pada daerah, cuaca dan ekosistem (Poole 1996; Sukumar 2003; Abdullah et al. 2005; Fowler dan Susan 2006; Sarmah 2009; Abdullah et al. 2010). Akan tetapi gajah juga sangat selektif dalam memilih pakannya (Blake 2002; Fowler dan Susan 2006) dan dipengaruhi oleh tipe vegetasinya (Tehamba 1996).

Perilaku satwa merupakan segala tindak tanduk, respon atau ekspresi yang terlihat akibat adanya stimulus dalam (sekresi hormon, faktor motivasi, dorongan alat insentif sebagai akibat aktivitas) dan stimulus luar (suara, pandangan, tenaga mekanis dan kimiawi) yang mempengaruhinya. Jadi perilaku merupakan suatu aktivitas yang melibatkan penerimaan stimulus melalui panca indera, perubahan stimulus ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi susunan syaraf dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik, baik internal maupun eksternal (Tanudimadja dan Kusumamihardja 1985; Mukhtar 1986). Setiap hewan mempunyai banyak macam perilaku yang memungkinkan hewan merespon terhadap segala stimulus yang datang dan berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar. Namun perilaku yang utama dan penting dalam kehidupan seekor hewan adalah perilaku makan atau ingestive behaviour (Hafez 1969; Alikodra 1990).

Perilaku makan satwasecara mendasar dapat diketahui padabagian anatomi dan adaptasi fisiologis satwa tersebut. Gajah memiliki struktur gigi dan saluran pencernaan yang menentukan jenis tanaman yang dimakannya. Selain itu, kebutuhan terhadap pakan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, semakin besar maka diperlukan makanan yang lebih banyak (Sukumar (2003). Mamalia besar ini membutuhkan hijauan dalam jumlah banyak yaitu sekitar 200 – 300 kg biomassa per hari untuk gajah dewasa atau 5 – 10% dari berat badannya (Shoshani dan Eisenberg, 1982),sedangkan gajah dewasa dengan berat 3000 – 4000 kg membutuhkan jumlah pakan yang banyak, yaitu 200 – 300 kg hijauan segar per hari pada kondisi alami. Besarnya konsumsi makanan gajah disebabkan karena sistem pencernaannya kurang sempurna bila dibandingkan dengan hewan herbivora lain karena tidak memamah biak, memiliki lambung tunggal dan rata-rata waktu mencerna yang rendah. Alasan inilah yang menyebabkan gajah menampakkan perilaku makan yang terus menerus (Lekagul dan Mcneely 1977; WWF 2005).

Berdasarkan informasi umum dari masyarakat, laporan dari beberapa hasil penelitian maupun pengamatan penggiat konservasi gajah bahwa perilaku gajah menunjukkan adanya fenomena preferensi terhadap tanaman komoditi masyarakat. Hal ini disebabkan adanya faktor selektifitas gajah dalam memilih jenis pakan yang dikonsumsinya.Tingkat preferensi gajah yang tinggi mengindikasikan adanya kesukaan gajah terhadap jenis tanaman komoditi tertentu. Akan tetapi, menurut Sukumar 2003 bahwa kesukaan gajah terhadap tanaman dapat diketahui saat aktivitas makan, yaitu gajah dihadapkan pada beberapa jenis tanaman yang berbeda yang disediakan secara bersamaan. Jadi, berdasarkan aktivitas makan tersebut diduga kuat adanya perilaku makan yang berbeda saat mengkonsumsi tanaman yang disukai dan yang tidak disukai. Meskipun demikian sejauh ini belum ada data dan informasi yang konfrehensif berdasarkan aktivitas makan pada gajah yang menunjukkan bagaimana mendefinisikan perilaku makan dan cara mengolah pakan pada gajah, berapa besar proporsi perilaku gajah pada aktivitas makan, dan bagaimana menganalisis perilaku aktivitas makan pada gajah terhadap kerentanan jenis tanaman. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan : (1) mendefinisikan perilaku makan pada gajah terhadap jenis tanaman komoditi pertanian masyarakat yang berbeda secara bersamaan, (2) menganalisis

perilaku aktivitas makan pada gajah terhadap jenis tanaman (3) menganalisis perilaku aktivitas makan pada gajah sumatera terhadap kerentanan kerusakan jenis tanaman komoditi yang dibudidayakan masyarakat di daerah konflik manusia-gajah.

BAHAN DAN METODE

Hewan penelitian yang diamati yaitu 10 ekor gajah (Elephas maximus sumatranus), masing-masing lima ekor betina dewasa (Butet, Johana, Mega, Ida, Isabella) dan lima ekor jantan dewasa (Abu, Bunta, Lilik, Midok, Ollo). Bahan pakan yang diberikan berupa 10 jenis tanaman komoditi pertanian/perkebunan masyarakat yang diperkirakan dirusak dan tidak dirusak gajah berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pinang (Areca catechu), pisang (Musa sp), kelapa sawit (Elais gueenensis), padi (Oryza sativa), karet (Havea brassiliensis), coklat (Theobroma cocoa), kopi (Coffea Arabica), cabe (Capsicum frutescens), kemiri (Aleurites moluccana), dan nilam (Pogostemon cablin). Peralatan yang digunakan adalah termohigrometer (untuk mengukur suhu dan kelembaban udara), jam (untuk membatasi interval pengamatan), alat tulis, tally sheet (untuk mencatat data pengamatan), dan kamera video (untuk mengamati perilaku gajah).

Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2014 di Pusat Konservasi Gajah Aceh, Saree Provinsi Aceh (05o44‘41,65‖LU – 95o72‘47,17‖BT), berada pada ketinggian 436 mdpl dengan tipe iklim B dengan suhu rata-rata setiap pagi hari adalah 19oC sampai 24oC, sedangkan sore hari mencapai 28oC sampai 30.1oC. Disamping itu kelembaban udara rata- rata setiap pagi berkisar 78% sampai 84% dan sore hari mencapai 54% sampai 69%. Kisaran suhu dan kelembaban udara tersebut berfluktuasi namun tidak mempengaruhi aktivitas gajah. Keadaan tersebut masih bisa ditolerir, sehingga secara keseluruhan gajah masih dapat beradaptasi terhadap faktor lingkungan tersebut.

Pengumpulan data penelitian observasional deskriptif dilakukan dengan metode focal animal samplingdengan mengkombinasikandengan continuous sampling(Martin dan Bateson, 1993). Pengamatan aktivitas makan dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB sampai 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB sampai 17.00 WIB selama tujuh kali pengamatan sebagai ulangan selama 60 menit (1 jam).Seekor gajah dilepaskan pada jarak 5 meter menghadap tumpukan pakan. Pengujian ini tidak memberikan perlakuan pemuasaan terhadap rasa kenyang pada gajah.Selain itu diupayakan suasana yang tenangsaat perlakuan, karena suasana yang tidak biasa kemungkinan dapat mempengaruhi pola makan gajah, seperti penonton yang terlalu banyak dan mendekati gajah dengan suara bising, dan lain lain.

Pengolahan data dilakukan dengan analisis deskripsi sehingga memberi gambaran secara khusus tentangperilaku aktivitas makan pada gajah terhadap jenis tanaman yang dirusak dan yang tidak dirusak oleh gajah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Aktivitas Makan pada Gajah Sumatera

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas makan pada 10 ekor gajah selama 140 kali pengamatan diperoleh sebanyak 12.484 titik sampel dengan durasi 504.000 detik. Selama pengambilan data, kondisi gajah dalam keadaan baik dan sehat, karena pemberian pakan yang normal tetap diberikan setelah durasi pengamatan untuk mencegah shock pencernaan akibat perubahan diet. Disamping itu tidak ada pembatasan dan perubahan kegiatan dari kegiatan

menyukai jenis pakan tertentu. Sesuai dengan Sukumar (2003) menyatakan bahwa kesukaan atau ketidaksukaan pada tanaman atau bagian tanaman tertentu diketahui saat aktivitas makan yang dihadapkan dengan ketersediaan beberapa jenis tanaman yang berbeda secara bersamaan. Pakan yang dipilih diambil menggunakan belalai, kemudian diolah sebelum di masuk ke dalam mulut untuk dikunyah dan ditelan. Jenis tanaman yang palatable akan segera dimakan sedangkan jenis tanaman yang tidak palatable akan dibuang atau hanya menciumi pakan, tidak menyentuhnya bahkan menghindari pakan tersebut. Jadi gajah akan memakan habis jenis pakan yang disukai dan tidak akan memakan pakan yang tidak disukai dan akan menghindari pakan pada jenis tanaman tertentu (Blake 2002; Sukumar 2003).

Perilaku yang ditunjukkan gajah selama pengamatan aktivitas makan dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Mengamati pakan, yaitu perilaku gajah sebelum mengambil pakan maupun setelah mengambil pakan, kemudian memegang dengan menggunakan belalai.

2. Mengambil pakan, yaitu perilaku gajah saat memilih pakan, kemudian memegang dengan menggunakan belalai, menarik atau membawa pakan tidak jauh dari tempat pakan.

3. Memeriksa pakan, yaitu perilaku gajah mencium-cium, memilah-milah, membolak-balik dan mencari-cari pakan dengan menggunakan belalai.

4. Mengolah pakan, yaitu perilaku gajah untuk membersihkan kotoran pada pakan, mengupas pakan yang berkulit keras, membuang bagian tanaman yang tidak palatable atau mematahkan dan membelah pakan menjadi lebih kecil dengan menggunakan belalai, salah satu kaki depan dan gading.

5. Menggigit pakan yaitu perilaku gajah saat memasukkan pakan ke dalam mulut dengan tujuan untuk memotong pakan menjadi bagian yang lebih kecil, menyesuaikan dengan ukuran mulut gajah atau membawa pakan dengan menggunakan gigi.

6. Mengunyah pakan, yaitu perilaku gajah saat mengkonsumsi, menghaluskan pakan dengan menggunakan gigi.

7. Menelan pakan, yaitu perilaku gajah saat memasukkan pakan ke dalam perut.

8. Membuang pakan,yaitu perilaku gajah terhadap pakan yang tidak disukai, pakan dipegang terlebih dahulu kemudian dibuang menggunakan belalai.

Khusus perilaku gajah mengolah pakan terdapat perbedaan antara gajah betina dan jantan dalam menangani pakan sebelum dimasukkan ke dalam mulut. Perilaku ini dilakukan dengan menggunakan belalai dibantu dengan salah satu kaki depan atau gading tergantung kepada jenis kelamin gajah dan pakan yang akan dikonsumsi. Pada tanaman pinang, bagian tanaman yang dikonsumsi adalah bagian dalam batang pinang. Gajah betina mengolah pakan diawali dengan menginjak batang pinang kemudian membelah dan mengambil bagian dalam batang untuk dikonsumsi, tetapi gajah jantan sering menggunakan gading untuk membelah, menusuk, memecah batang pinang kemudian menggigit, mengunyah dan menelan pakan tersebut.

Pada tanaman pisang, hampir seluruh bagian tanaman di konsumsi gajah. Akan tetapi berdasarkan pengamatan, ada perbedaan pengolahan pakan yang dilakukan untuk setiap bagian tanaman yang akan dikonsumsi. Pada saat mengkonsumsi buah pisang, gajah mengambil pakan dengan belalai kemudian langsung mengunyah dan menelan pakan tersebut tanpa melakukan pengolahan pakan. Akan tetapi bila gajah akan mengkonsumsi daun pisang maka dengan menggunakan belalai, gajah akan mengambil bagian pelepah yang ada daunnya kemudian mengoyak daun dari pangkal sampai ujung daun secara bersamaan selanjutnya dimasukkan ke dalam mulut. Saat mengkonsumsi pelepah pisang, gajah betina sering menggunakan salah satu kaki depannya untuk memijak, membelah dan mengupas pelepah, sedangkan gajah jantan menggunakan gading untuk menusuk dan membelah pelepah untuk memperoleh bagian dalam pelepah kemudian dikunyah dan ditelan.

Gajah mengolah bagian pelepah dari tanaman kelapa sawit dengan belalai dan salah satu kaki bagian depan sebelum pakan tersebut dikonsumsi. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan dalam pengolahan pakan yang dilakukan oleh gajah betina maupun gajah jantan. Gajah juga mengkonsumsi daun muda pada bagian ujung-ujung pelepah sedangkan daun yang tua dibuang karena tidak dikonsumsi. Selain itu buah kelapa sawit juga merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi gajah dengan bantuan belalai untuk mengambil, mengumpulkan dan memasukkan ke dalam mulut.

Seluruh bagian tanaman padi dikonsumsi oleh gajah, mulai dari bagian akar sampai buah. Untuk mengkonsumsi tanaman padi, gajah juga memperlihatkan perilaku mengolah pakan terlebih dahulu, yaitu mengambil dan mengumpulkan tanaman padi, memegang pada bagian batang keatas menggunakan belalai kemudian memukul bagian akar dan batang ke kaki kiri atau kaki kanan depan berulang kali. Kadang kala memukulkan ke bagian depan badan selanjutnya dimasukkan ke dalam mulut untuk dikunyah dan ditelan. Perilaku ini dilakukan gajah untuk membersihkan bagian tanaman padi dari lumpur, tanah bahkan serangga. Berdasarkan pengamatan diketahui perilaku gajah menggigit antara bagian akar dan batang padi kemudian membuang bagian akar yang masih banyak terdapat lumpur atau tanah.

Gajah mengkonsumsi bagian ranting dan kulit batang tanaman karet. Perilaku mengolah pakan diawali dengan mengambil dan mengumpulkan ranting-ranting yang muda kemudian menggigit dan menahan ranting-ranting didalam mulut untuk membuang daun- daun karet yang tua menggunakan belalai. Gajah juga mengkonsumsi kulit batang namun menurut Blake (2002) bahwa hanya kulit batang tertentu saja yang dipilih gajah sebagai bahan pakan. Diketahui, gajah memilih kulit batang karet untuk dkonsumsi. Ketika gajah akan mengkonsumsi kulit batang karet maka gajah menarik batang karet setelah itu mengolah pakan dengan memijak batang tersebut dengan salah satu kaki depan, selanjutnya mematahkan dan mengupas kulit batang menggunakan belalai kemudian dikunyah dan ditelan.

Pada tanaman coklat, gajah hanya mengkonsumsi buah yang sudah masak saja. Perilaku gajah makan diawali dengan mengamati tanaman coklat, memeriksa dengan mencium-cium dan membolak-balikkan tanaman coklat untuk mencari buahnya menggunakan belalai. Setelah gajah menemukan buah coklat, belalai mengambil dan memasukkan kedalam mulut untuk dikunyah kemudian ditelan. Dalam hal ini, gajah tidak menunjukkan perilaku mengolah pakan saat akan mengkonsumsi buah coklat karena pakan yang akan dikonsumsi tidak memerlukan penanganan berlebih.

Gajah tidak mengkonsumsi bagian manapun dari tanaman cabai, kemiri, kopi dan nilam. Hal ini diketahui dari perilaku aktivitas makan yang hanya menunjukkan perilaku mengamati pakan, memeriksa, kemudian membuang pakan. Pada saat mendekati tanaman tersebut, gajah memeriksa bagian-bagian tanaman dengan mencium-cium dan menyentuh bagian tanaman menggunakan belalai, bahkan menginjak-injak tanaman tersebut dengan kaki belakang. Jadi dari perilaku aktivitas makan dapat diketahui bahwa gajah tidak menyukai tanaman cabai, kemiri, kopi dan nilam, bahkan menunjukkan perilaku menghindar untuk mengkonsumsinya.

Ketika gajah melakukan aktivitas makan, belalainya selalu berperan melakukan aktivitas makan atau membantu proses aktivitas tersebut. Hal ini diketahui saat

perilaku menciumi lingkungan sekitarnya seperti itu untuk mendeteksi objek apa saja yang ditemukan dan akan memungut benda-benda berukuran kecil yang dianggap berpotensi sebagai pakan sampai habis kemudian dimasukkan ke dalam mulut.

Perilaku Aktivitas Makan pada Gajah Sumatera Terhadap Jenis Pakan

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas makan pada gajah di Pusat Konservasi Gajah Aceh dapat dikelompokkan menjadi dua aktivitas yaitu yang berhubungan langsung dengan pola makan diantaranya aktivitas makan, aktivitas defekasi dan aktivitas urinasi, sedangkan aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan pola makan adalah aktivitas lokomosi. Pada Gambar1, secara keseluruhan aktivitas makan pada gajah merupakan aktivitas yang paling besar yaitu sebesar 90.84%, diikuti aktivitas lokomosi 7.36%, aktivitas defekasi 7.36% dan aktivitas urinasi 0.72%. Tinggi rendahnya pola makan gajah selama pengamatan akan dipengaruhi oleh aktivitas makan, defeksi dan urin.

Gambar 1. Persentase aktivitas makan pada gajah

Hasil pengamatan perilaku makan pada gajah menunjukkan bahwa gajah betina dan jantan memiliki pola perilaku yang hampir sama pada pagi dan sore hari. Perilaku makan pada gajah betina pada pagi hari mencapai frekuensi 29.09% dan sore hari mencapai 28.60%. Seperti halnya pada gajah jantan, frekuensi perilaku makan pada pagi hari 16.25% dan sore hari mencapai 16.96%. Disamping itu, aktivitas defekasi dan urinasi pada gajah dilakukan beberapa kali pada pagi dan sore hari. Aktivitas defekasi dan urinasi lebih tinggi dilakukan pada gajah betina daripada gajah jantan. Hal ini mungkin disebabkan kecernaan gajah betina lebih rendah daripada kecernaan gajah jantan, selain itu disebabkan akumulasi bahan pakan yang tidak dapat dicerna secara sempurna oleh organ pencernaan. Lagi pula jika aktivitas makan tinggi dengan kadar air dalam pakan maka akan mempengaruhi tingginya aktivitas urinasi. Jadi tinggi rendahnya aktivitas defekasi dan urinasi tergantung pada kecernaan, metabolisme tubuh dan konsumsi pakan. Aktivitas lokomosi gajah ditunjukkan saat gajah mendekati pakan untuk mengamati, mengambil atau memeriksa pakan. Untuk lebih jelas mengenai frekuensi perilaku makan pada gajah dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Frekuensi perilaku makan pada gajah pada pagi dan sore

Frekuensi perilaku pada gajah (%)

Pagi Sore

Betina Jantan Betina Jantan

Defekasi 0.35 0.21 0.23 0.29

Lokomosi 2.27 1.27 2.64 1.18

Makan 29.02 16.25 28.60 16.96

Urinasi 0.29 0.11 0.17 0.15

Aktivitas makan pada gajah menunjukkan beberapa perilaku saat mengkonsumsi pakan yaitu perilaku mengamati pakan, mengambil pakan, memeriksa pakan, mengolah pakan, mengunyah pakan, menelan pakan, dan membuang pakan. Perilaku ini terlihat pada gajah jantan dan betina, tetapi ada perbedaan frekuensi perilaku pada masing-masing perilaku. Pada perilaku mengolah pakan terlihat unik dan berbeda dalam menangani pakan yang akan dikonsumsi. Gajah betina sering menggunakan kaki depan untuk menginjak pakan dengan bantuan belalai sehingga pakan patah, terbelah atau pecah, sedangkan gajah jantan sering menggunakan gading dan bantuan belalai untuk menusuk dan membelah pakan sebelum dikonsumsi. Aktivitas makan gajah betina lebih tinggi frekuensinya daripada gajah jantan (Gambar 2). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola makan, gajah jantan lebih cepat memakan habis beberapa jenis pakan, sedangkan gajah betina tidak langsung memakan habis beberapa jenis pakan pada saat itu juga, tetapi sedikit demi sedikit sambil sesekali diselingi dengan aktivitas lokomosi dan aktivitas lainnya.

Gambar 2. Perilaku yang ditunjukkan saat aktivitas makan

Bila dilihat dari perilaku pemilihan jenis pakan yang dikonsumsi secara keseluruhan, gajah betina paling sering menunjukkan perilaku memilih tanaman padi (Oryza sativa) sebesar 16.92% dan tanaman pisang (Musasp) 13.02% sedangkan jenis pakan yang paling sedikit dipilih adalah tanaman coklat (Theobroma cocoa) 1.59% (Gambar 3). Seperti halnya pada gajah jantan juga menunjukkan perilaku yang sama terhadap pemilihan jenis pakan yang

Tanaman tersebut adalah cabai (Capsicum frutescens), kemiri (Aleurites moluccana), kopi (Coffea arabica), dan nilam (Pogostemon cablin).

Perilaku pemilihan jenis pakan ini menjelaskan bahwa gajah sangat selektif dalam memilih jenis pakannya. Hal ini sesuai dengan Fowler dan Susan (2006); Blake (2002) bahwa gajah bisa sangat selektif dalam memilih makanannya dan akan memakan beberapa taxa dari tumbuhan yang sangat berbeda. Jadi, setelah proses perilaku memilih, gajah menampakkan kesukaannya terhadap jenis pakan berdasarkan banyaknya frekuensi memilih dan jumlah pakan yang dikonsumsi saat di hadapkan pada beberapa jenis pakan secara bersamaan. Sebaliknya, bila gajah tidak mengkonsumsi bahkan menghindari untuk mengkonsumsi pakan tertentu berarti gajah tidak menyukai pakan tersebut.

Gambar 3. Persentase perilaku memilih terhadap jenis tanaman pakan

Sifat selektif terhadap pakan akan menunjukkan kesukaan gajah terhadap jenis pakan yang palatable. Jadi, walaupun semua jenis pakan mengandung kadar protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin, namun gajah menghindar mengkonsumsi jenis pakan yang mengandung senyawa kimia yang berbahaya pada pencernaannya. Adanya sifat selektif terhadap pakan merupakan salah satu mekanisme untuk dapat memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan menyusun ransumnya sendiri. Hal ini sesuai dengan Parakkasi (1999) bahwa sifat selektif dalam memilih pakan yang tersedia, mempunyai sensasi terhadap bahan makanan sebelum dan selama makan, sehingga ada bahan makanan tertentu yang lebih disukai daripada bahan makanan lainnya. Seperti halnya menurut Sentra informasi IPTEK (2005) menambahkan bahwa Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptikya seperti kenampakan, warna, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang hewan untuk mengkonsumsi beberapa jenis pakan.

Dari hasil pengamatan aktivitas makan, durasi yang paling lama yang digunakan gajah betina untuk memilih jenis pakan adalah saat memilih tanaman padi selama 96773 detik dan tanaman pisang selama 52530 detik. Seperti halnya pada gajah jantan, durasi paling lama memilih tanaman padi selama 92160 detik dan tanaman pisang selama 54065 detik. Dengan demikian durasi yang digunakan gajah tersebut dapat menjadi ukuran kemampuan gajah dalam memilih jenis pakan yang disukainya. Karena itu tanaman padi dan tanaman pisang secara berurutan merupakan tanaman yang disukai gajah. Hal ini disebabkan tanaman tersebut mengandung kadar gizi dan air yang cukup tinggi, sehingga gajah lebih lama

menghabiskan waktu untuk menghabiskan pakan tersebut.Sesuai dengan pendapat Stokke dan duTroit (2000) bahwa, gajah akan memilih kualitas dan kuantitas jenis-jenis pakan yang berhubungan dengan kadar serat kasar dan kandungan nutrisi tertentu yang palatable dan

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 59-73)