• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016"

Copied!
414
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL

BIOLOGI

Medan, 9 April 2016

Tema :

Implementasi Riset Hayati

dan Pengembangannya

di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Editor

:

Dr. Erni Jumilawaty, M.Si. (Biologi USU)

Dr. Fitmawati, M.Si. (Biologi UNRI)

Dr. It Jamilah, M.Sc. (Biologi USU)

(3)

USU Press

Art Design, Publishing & Printing

Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU Jl. Universitas No. 9

Medan 20155, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

usupress.usu.ac.id

© USU Press 2016

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN 979 458 904 7

Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Prosiding Seminar Nasional Biologi: Implementasi Riset Hayati dan Pengembangannya di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) / Editor: Erni Jumilawaty [et.al.] – Medan: USU Press, 2016.

x, 402 p.: ilus.; 29 cm

ISBN: 979-458-904-7

1. Riset Hayati I. Judul

(4)

LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016

Assalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Seminar Nasional Biologi USUtanggal 9 April 2016 di Medan, merupakan seminar rutin tahunan yang diadakan oleh Departemen Biologi FMIPA USU, yang pada tahun ini

mengusung Tema : "Implementasi riset hayati dan pengembangannya di era masyarakat

ekonomi Asean (MEA)".Tema ini kami pilih sehubungan dengan diterapkannya MEA oleh

pemerintah tahun 2015 ini. Oleh karena itu perlu adanya stategi dalam mengimplmentasikan dan mengembangkan hasil riset hayati supaya dapat bersaing dengan produk lainnya di era MEA ini.

Seminar berlangsung selama satu hari dan dibagi atas dua sesi yaitu sesi plenari dan parallel. Sesi plenari disampaikan oleh 4 orang pembicara utama sementara sesi parallel disampaikan oleh beberapa orang pemakalah yang dikelompokkan atasdalam 5 topik dari bidang Biologi yaitu

Kenekaragaman hayati, Lingkungan,

Mikrobiologi dan Biologi Molekuler, Struktur Dan Fungsi Tumbuhan,

Struktur Dan Fungsi Hewan, Biofarmaka Dan Biomedis

Kegiatan Seminar Nasional Biologi dihadiri oleh kurang lebih 250 orang peserta, dan 66 orang diantaranya adalah peserta pemakalah. Peserta Seminar datang dari berbagai daerah di wilayah tanah air terutama Sumatera dan Pulau Jawa yaitu antara lain Aceh, Sumatera Barat, Riau, Palembang, Bandung, Bogor dan Sumatera Utara sendiri yaitu (Medan dan P. Sidempuan).

Tujuan dari seminar ini adalah memfasilitasi sharing pengalaman dan informasi

ilmiah dalam berbagai bidang penelitian hayati di era MEA serta membangun jejaring dan

kerjasama penelitian antar lembaga pendidikan tinggi, peneliti, pemerhati dan stakeholders di

era MEA.

Panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan seminar Nasional Biologi hingga selesainya Prosiding khususnya kepada Rektor USU, Dekan FMIPA USU, pemakalah oral dan peserta, sponsor, dan seluruh panitia. Setulusnya kami mohon maaf jika ada kekurangan di sana sini, dimana semua itu bukanlah suatu kesengajaan tetapi karena kelemahan dan keterbatasan kami.

Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

(5)

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PADA PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL BIOLOGI TAHUN 2016

(SABTU, 09 APRIL 2016)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua.

Hadirin yang saya hormati. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas Berkah dan Karunia-Nya, kita dapat hadir pada Seminar Nasional Biologi tahun 2016.

Rektor Universitas Sumatera Utara mengucapkan selamat kepada Dekan FMIPA-USU, Ketua Departemen Biologi FMIPA-USU dan Panitia Seminar Nasional Biologi, atas terselenggaranya seminar yang merupakan hasil kerjasama yang solid.

Universitas Sumatera Utara memperoleh kehormatan menjadi tuan rumah seminar ini,

kususnya Biologi FMIPA. Seminar dengan tema “Implementasi Riset Hayati dan

Pengembangannya di Era Masyarakat Ekonomi Asean” menjadi satu momen penting bagi para Peneliti, Akademisi, Praktisi, Mahasiswa Strata dan Pasca Sarjana, juga pemerhati ilmu pengetahuan pada umumnya, baik bidang Biologi Biofarmasi, dan Biomedik

khususnya. Kita bertemu disini untuk menyampaikan dan berbagi informasi tentang

hasil-hasil Penelitian Biologi, dan Perkembangan ilmu biologi. Seminar ini pasti banyak

memberikan kontribusi hasil-hasil Riset Biologi. Optimalisasi Terapannya untuk membangun Bangsa ini menjadi Mandiri di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Riset Biologi selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan keilmuan di bidang Biologi sesuai dengan perkembangannya secara nasional maupun internasional.

Kekayaan hayati Indonsia sangat banyak dan beragam sudah dikenal dunia diharapkan tidak hanya menjadi semboyan dan senandung para ilmuwan. Kekayaan hayati tersebut merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang diamanahkan Sang Pencipta untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan kejayaan bangsa. Riset dan implementasinya di bidang Biologi harus lebih didorong untuk maju, ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya dan dilakukan berkesinambungan. terutama dalam menghadapi persaiangan terbuka di era MEA yang sudah dimulai sejak Desember 2015. Hasil dari Riset tersebut selanjutnya dapat diAplikasikan dalam kehidupan untuk membangun kemandirian masyarakat untuk siap menjadi tenaga ahli, sehingga Sumber Daya Manusia Indonesia menjadi komoditi unggulan.

Semoga seminar seperti ini dapat berkesinambungan baik di Biologi FMIPA-USU maupun di Perguruan Tinggi daerah-daerah lain di Indonesia.

Kami mengucapkan “Selamat Datang Sumatra Utara Medan” kepada Tamu

Undangan, Pembicara Kunci, Penyampai Makalah dan Peserta Seminar yang hadir, khususnya yang berasal dari luar Medan semoga mendapatkan Ilmu dan Pengalaman yang berguna selama berada di sini dan Saya ucapkan selamat mengikuti Seminar Nasional Biologi.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa semoga Seminar Nasional Biologi Tahun 2016 memberikan manfaat bagi kita semua.

Selamat pagi, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 09 April 2016

(6)

DAFTAR ISI

LAPORAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2016 ... iii SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ... iv DAFTAR ISI ... v

PEMBICARA UTAMA

BIOLOGI BARU DAN PENGEMBANGANNYA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Adi Pancoro ... 3

MIKROBIOTA MANUSIA DAN PERANNYA YANG BERAGAM BAGI INANGNYA

Diana E. Waturangi ... 7

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUMATERA DAN PEMANFAATANNYA UNTUK TUJUAN EKOWISATA

Dahelmi ... 8

MIKROBA SEBAGAI AGEN REMEDIASI DAN PENGELOLAAN HAYATI RAMAH LINGKUNGAN

Erman Munir ... 19

LINGKUNGAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT DAN DAGING BUAH P

ALA (Myristica fragrans Houtt.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes

aegypti INSTAR III

Abdullah, Lisda Arwadeni dan Safrida ... 23

AKTIVITAS EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata)

TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH

Arief Rachmawan, Andi Wijaya dan Cici Indriani Dalimunthe ... 35

KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN STATUS KONSERVASI PARI DI SUMATERA BAGIAN UTARA)

Fretty Juniarti dan Mufti Sudibyo ... 41

AKTIVITAS MAKAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)

TERHADAP KERENTANAN BUDIDAYA PERTANIAN DI PROVINSI ACEH

Kaniwa Berliani, Hadi S.Alikodra, Burhanuddin Masy‘ud, Mirza Dikari Kusrini ... 48

PERKEMBANGAN ANAKAN KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN CANGAK

ABU (Ardea cinerea) DI AREAL BREEDING SITE DESA TANJUNG REJO

(7)

JENIS –JENIS IKAN DI SUNGAI ASAHAN DESA MARJANJI ACEH DAN DESA LUBU ROPA KABUPATEN ASAHAN

Mayang Sari Yeanny ... 70

POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN HABITAT PREFERENSIAL Rusa timorensis

DI PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Mufti Sudibyo, Yanto Santosa, Burhanuddin Masy‘ud, Toto Toharmat ... 75

KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN STATUS KONSERVASI HIU DI SUMATERA BAGIAN UTARA

Puput Rahayu dan Mufti Sudibyo ... 84

PERILAKU PEMBENTUKAN PASANGAN BURUNG KUNTUL KERBAU

(Bubulcus ibis L.) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA TANJUNG REJO,

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

Ristia Diani, Erni Jumilawaty ... 91

HUBUNGAN ANTARA KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIAWI AIR SUNGAI EMPAYANG KASAP-SUKAJADI-KABUPATEN LAHAT

Saleh Hidayat, Susi Dewiyeti, Desven Hecca ... 96

KEHATI

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT SUKU NIAS

KECAMATAN GUNUNG SITOLI ALO‘OAKOTA GUNUNG SITOLI

Asaaro Telaumbanua, Alief Aththorick, Nursahara Pasaribu ... 107

KAJIAN LIKEN SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA DI KAWASAN TERMINAL PINANG BARIS KOTA MEDAN

Ashar Hasairin ... 113

KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTHOS DI STASIUN RISET YAYASAN GAJAH SUMATERA (YAGASU) ACEH DESA TANJUNG REJO KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG SUMATERA UTARA

Hanifah Mutia ZNA, Ferdinand Susilo, Ida Fauziah ... 121

METAPOPULASI MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier 1809)

DI PULAU JAWA BAGIAN BARAT

Hendra Gunawan, Vivin S. Sihombing dan Robby Wienanto ... 130

KERAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN FAMILI

DICROGLOSSIDAE (AMFIBI : ORDO ANURA) BERDASARKAN

MORFOMETRIK DI KAWASAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

(8)

KEANEKARAGAMAN NEPENTHES DI SUMATERA UTARA

Nurmaini Ginting ... 150

EKOLOGI DAN DISTRIBUSI KEPUNDUNG (Baccaurea racemosa Muell. Arg)

DI SUMATERA UTARA BAGIAN SELATAN

Rumini Sukarwati, Nursahara Pasaribu dan Saleha Hannum ... 160

PERAN KEBUN RAYA SAMOSIR SEBAGAI PUSAT KONSERVASI FLORA PEGUNUNGAN SUMATERA BAGIAN UTARA DAN PENDUKUNG WISATA DANAU TOBA

Sugiarti ... 170

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) PADA BEBERAPA HABITAT DI LEUPUNG ACEH BESAR

Suwarno, Muhammad Toha Putra, Irvianty ... 181

POPULASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax sp.) DI PERAIRAN DANAU TOBA,

DESA MARLUMBA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

Villa Tamora T. purba, Ternala Alexander Barus, Hesti Wahyuningsih ... 189

MIKROBIOLOGI DAN MOLEKULER

MARKA POLIMORFIK UNTUK IDENTIFIKASI KERAGAMAN GENETIK

KELAPA SAWIT (Elaies guineensis Jacq.)DENGAN MENGGUNAKAN RANDOM

AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD)

Arnen Pasaribu dan Lollie Agustina P.Putri ... 201

KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI LAUT DALAM MENGHAMBAT

PERTUMBUHAN BAKTERI E.coli DAN S. aureus PENYEBAB INFEKSI

SECARA IN VITRO

Diva Utami Anggraini, Fuji Astuti Febria dan Nasril Nasir ... 207

SCREENING BAKTERI DARI PERAIRAN LAUT PARIAMAN PENGHASIL ENZIM PROTEASE

Fitri Hepnita, Fuji Astuti Febria dan Anthoni Agustien ... 210

KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL SINBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT PG7 YANG DIENKAPSULASI DENGAN ALGINAT, SUSU SKIM DAN INULIN

Harnisya Nasution, It Jamilah, Nunuk Priyani ... 214

POTENSI ISOLAT KAPANG ANTIBIOTIK DARI ―KABUTO‖ SEBAGAI INOKULUM YANG

MENINGKATKAN KADAR PROTEIN PANGAN LOKAL

Jendri Mamangkey, Nurhayani, Nur Arfa Yanti ... 222

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Colubrina asiatica (L.)

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

(9)

PENAPISAN BAKTERI HALOFILIK DARI PERAIRAN LAUT KOTA PARIAMAN

Rahmadani Marniyelita, Fuji Astuti Febria dan Anthoni Agustien ... 241

KARAKTERISASI MIKROKAPSUL SINBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM1 YANG DIENKAPSULASI DENGAN ALGINAT, TEPUNG KACANG ARAB DAN INULIN

Ria Yelvi Ningsih, It Jamilah, Dwi Suryanto ... 244

TEST QUALITY FRESH VEGETABLES LETTUCE (Lactuca sativa) AND

CABBAGE (Brassica oleracea) IN SOME TRADITIONAL MARKET IN MEDAN

CITY SEEN FROM CONTENT THE BACTERIA Escherichia coli

Sri Natalia Silaen, Herkules Abdullah ... 252

PENGARUH SUPLEMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT UM 1 DAN

INULIN TERHADAP KULTUR BENIH IKAN NILA (Oreochromisniloticus)

Virza Ratika Inneke Putri, It Jamilah, Nunuk Priyani ... 259

APLIKASI ISOLAT Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa TERHADAP

Pyriculariagrisea PENYEBAB PENYAKIT BLAST PADA PADI CIHERANG

Zuraidah, Marjulia Ukhra ... 268

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN DAN BIOMEDIS

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI RESISTENSI INSEKTISIDA SINTETIK PADA

Aedes aegypti VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA

PADANG

Hasmiwati, Djong Hon Tjong and Eka Novita ... 277

EFEK PETIDIN TERHADAP PSIKOMOTORIK DAN FUNGSI KOGNITIF PADA

MENCIT (Mus musculusL.) CEMAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SISTEM

OTOMATIS INTELLICAGE

Putri Febriani Hasibuan, Syafruddin Ilyas, Salomo Hutahaean ... 285

EFEK ALPRAZOLAM TERHADAP PERILAKU KOGNITIF DAN

PSIKOMOTORIK PADA MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT SISTEM OTOMATIS INTELLICAGE

Rinda Febriananda, Syafruddin Ilyas, Salomo Hutahaean ... 292

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SUREN (Toona sureni BL Merr)

TERHADAP SGPT DAN JUMLAH ERITROSIT TIKUS (Rattus norvegicus)

WISTAR JANTAN YANG DIPAPARI KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)

Sera Wida Simatupang, Salomo Hutahaean, Masitta Tanjung ... 302

PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PERILAKU MENCIT (Mus

musculus L.) YANG DIINDUKSI OLEH OBAT KLORPROMAZIN DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT OTOMATIS INTELLICAGE

(10)

UJI PATOGENITAS Beauveria bassiana PADA BEBERAPA MEDIA CAIR

BUATAN TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti

Yulia Sari Ismail, Yekki Yasmin, Nina Anggraini ... 317

STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

KARAKTERISTIK LATEKS BEBERAPA KLON KARET (Hevea brasiliensis)

PADA PERIODE BULAN KERING

Andi Wijaya, Arief Rachmawan dan Sayurandi ... 325

HUBUNGAN KONSENTRASI STIMULAN ETEPON DAN PARAMETER PRODUKSI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET

Atminingsih dan Tumpal H.S. Siregar ... 331

PENGARUH 2,4 D, NAA dan KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKSPLAN BIJI BALAKA (Phyllanthus emblica L.)

Boby Pranoto, Firda Novita, Aditiya Bungsu, Dwi Febrina, Isnaini Nurwahyuni ... 339

DAYA HAMBATASAM SALISILAT TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT PENTING TANAMAN KARET

Cici Indriani Dalimunthe dan Radite Tistama ... 344

EMBRIOGENESIS SOMATIK DARI SALAK PADANGSIDEMPUAN (Salacca

sumatrana) DENGAN PENAMBAHAN LISIN

Khairiyah Khairuddin, Elimasni, Isnaini Nurwahyuni ... 351

UJI POTENSI HASIL PADI SALIBU DENGAN PEMBERIAN BOOSTER ORGANIK DAN BIOCHAR PUPUK KANDANG

Martos Havena ... 358

POTENSI KAYU, BIOMASSA DAN MASSA KARBON POHON KARET (Hevea

brasiliensis Muell Arg) KOLEKSI PLASMA NUTFAH IRRDB 1981

Muhamad Rizqi Darojat dan Syarifah Aini Pasaribu ... 364

KADAR KLOROFIL DAN KERAPATAN STOMATA MAHONI (Swietenia

macrophylla, King) PADA BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN

Rani Apriyani Raharja, Isnaini Nurwahyuni, Riyanto Sinaga ... 372

HUBUNGAN ANTAR KARAKTER KUANTITATIF DAN ANALISIS

KEMIRIPAN GENETIK HASIL PERSILANGAN TETUA KARET BERKERABAT JAUH

Sayurandi dan M. Rizqi Darojat ... 379

ANATOMI DAUN DAN PENYAKIT COLLETOTRICHUM PADA TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) IRR SERI 400

(11)

ANALISIS KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER PADA BEBERAPA

KOLEKSI GANDARIA (Bouea sp.) YANG BERASAL DARI SUMATRA, JAWA,

KALIMANTAN, DAN AMBON

(12)
(13)
(14)

BIOLOGI BARU DAN PENGEMBANGANNYA DI ERA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Adi Pancoro

Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – Institut Teknologi Bandung

Disampaikan pada kegiatan Seminar Nasional Biologi FMIPA USU 2016

Dalam seminar ini disampaikan hal-hal yang berkaitan apa yang dimaksud dengan MEA, masih banyak dari masyarakat kita yang belum atau sudah sadar bahwa tahun akhir 2015 negara ASEAN sudah memasuki era MEA. Hal-hal apa yang perlu kita ketahui dan diantispasi dalam MEA khususnya yang berkaitan dengan daya saing produk dan jasa teknologi & hayati yang dikembangkan dari R&D dan inovasi serta kepemilikan intelektual (HKI) yang berbasis hayati. Kita harus mengetahui produk dan jasa hayati yang akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan 600 juta penduduk ASEAN dan upaya apa untuk kesiapan sumber daya manusia (SDM), khususnya lulusan perguruan tinggi atau tenaga profesi yang siap berdaya saing dengan lulusan diantara ASEAN yang bekerja di industri, lembaga penelitian, tenaga pengajar di PT/ Universitas dll. Pada kesempatan ini secara umum dan khusus disampaikan bagaimana peran ilmu hayati (Life Science) dalam menciptakan perannya mulai dari penelitian dasar, penelitian terapan sampai menjadi produk teknologi yang berdaya saing.

Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dalam cetak biru MEA disebutkan, ada empat elemen kunci dari AEC yang dituangkan : (1) Sebuah pasar tunggal dan basis produksi, (2) Sebuah kawasan ekonomi kompetitif, (3) pembangunan ekonomi yang adil dan (4) Integrasi ke dalam ekonomi global. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai tahun 2015 secara substansial meliputi antara lain, (1)menghilangkan tarif dan memfasilitasi perdagangan; (2)memajukan agenda liberalisasi jasa perdagangan; (3)liberalisasi dan memfasilitasi investasi; (4)merampingkan dan harmonisasi modal pasar kerangka regulasi dan platform; (5)memfasilitasi mobilitas tenaga kerja terampil; (6)mempromosikan pengembangan kerangka regional di kebijakan persaingan, hak perlindungan konsumen dan kekayaan intelektual; (7)mempromosikan konektivitas; (8)mempersempit kesenjangan pembangunan; (9)dan memperkuat hubungan ASEAN dengan pihak eksternal. Mengapa ASEAN sangat penting sebagai pasar tunggal dan pusat produksi ? ada sekitar 600 juta penduduk, ratusan juta konsumen kelas menengah dengan potensi ekonomi sekitar $2.3 trilliun dan $5.3 trilliun dalam perdagangan global. Oleh sebab itu banyak negara negara maju seperti USA dan Eropa tertarik ke ASEAN. Produk barang dan jasa yang dibutuhkan di ASEAN sangat besar merupakan daya tarik yang luar biasa bagi negara produsen barang dan jasa teknologi/ hayati.

(15)

pertumbuhan produktivitas dan jangka panjang daya saing ASEAN, negara-negara Anggota ASEAN perlu mengambil upaya bersama untuk meningkatkan mereka inovasi dan kemampuan teknologi. Tantangan ke arah yang lebih inovatif ASEAN adalah dalam hal investasi dalam penelitian dan pengembangan (R & D) dan pengembangan modal manusia, dan penguatan kebijakan dan lingkungan kelembagaan (misalnya rezim HKI) untuk kualitas jaminan, difusi teknologi dan inovasi. Upaya langkah-langkah strategis perlu dilakukan untuk meningkat daya saing diantara anggota negara ASEAN antara lain :

1. Mempromosikan kemitraan strategis antara akademisi, penelitian lembaga dan sektor

swasta terhadap kemampuan berkembang dan menciptakan saluran yang efektif untuk transfer teknologi dan komersialisasi;

2. Memperkuat daya saing sektor UKM di ASEAN melalui penerapan ilmu pengetahuan

dan teknologi (S & T) alat dan metodologi; dan

3. Meningkatkan sistem dukungan dan lingkungan yang kondusif untuk memelihara

yang sangat mobile, cerdas dan kreatif sumber daya manusia yang tumbuh subur pada penciptaan pengetahuan dan aplikasi.

Dituliskan dalam dokumen MEA bahwa untuk mempromosikan inovasi, perhatian lebih perlu diberikan kepada pengembangan mekanisme nasional dan lintas batas yang mempromosikan berikut langkah-langkah strategis:

I. Berbagi informasi dan jaringan untuk merangsang ide-ide dan kreativitas di

universitas dan bisnis;

II. Fokus lebih besar pada kewirausahaan, dan pengembangan program inkubator bisnis

untuk komersialisasi;

III. Kebijakan untuk teknologi transfer, adaptasi dan inovasi, termasuk peningkatan

tingkat sebagai kebijakan fiskal dan non-fiskal serta mendukung untuk R & D.

IV. Memfokuskan dukungan pada pengembangan riset dan teknologi-park, bersama

perusahaan, pemerintah dan / atau penelitian universitas laboratorium, R & D pusat, dan ilmu pengetahuan dan teknologi;

V. Mengembangkan dan memperkuat hubungan ASEAN ke global dan regional jaringan

R & D;

VI. Mempromosikan perlindungan HKI yang kuat di wilayah tersebut; dan

VII. Mempromosikan program-program yang meningkatkan partisipasi ASEAN dalam

dunia dan nilai rantai dan jaringan produksi, termasuk program dan promosi bersama yang menarik teknologi terkemuka perusahaan untuk mendirikan toko di kawasan, mengembangkan klaster industri dan dukungan industri, dan konektivitas fisik dan kelembagaan ditingkatkan di kawasan ini dan dengan seluruh dunia.

Dari point-point diatas dapat dilaksanakan jika kesiapan sumber daya manusia dari setiap anggoata ASEAN yang berdaya saing. Pemerintah secara nasional difokuskan pada peningkatan jumlah lulusan di STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) lulusan dari perguruan tinggi dan universitas kita. Setiap upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa siswa/lulusan dipersiapkan untuk kerja ilmiah. Lulusan di bidang teknik dan ilmu komputer misal harus memiliki keterampilan dan kompetensi yang diakreditasi oleh lembaga akreditasi eksternal. Setidaknya untuk lulusan life sciences - hayati harus memiliki kompetensi dibidang life science.

Lulusan life science/Hayati setidaknya memiliki spesifik Kompetensi yang diperlukan:

1. Biology Knowledge : pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk mendapatkan posisi profesional atau pelatihan profesional dalam biologi.

(16)

3. Field Skills : Menggunakan teknik praktis dan aman untuk melakukan penelitian di lingkungan.

4. Laboratory Skills : Menggunakan teknik praktis dan aman dalam pengaturan laboratorium.

Tantangan yang dihadapi manusia di bumi dimana jumlah penduduk dunia yang bertambah sangat terkait dengan (1)pangan, (2)lingkungan,(3) energi dan (4)kesehatan. Dalam kaca mata ahli biologi perlu berpikir merubah mindset menjadi BIOLOGI BARU maka terjemahan ke empat kebutuhan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Menghasilkan tanaman pangan untuk beradaptasi dan tumbuh secara

berkelanjutan di lingkungan yang berubah.

Biologi baru bisa memberikan pendekatan secara dramatis lebih efisien untuk mengembangkan varietas tanaman yang dapat tumbuh secara berkelanjutan dalam kondisi lokal. Hasil usaha yang terfokus dan terintegrasi ini akan menjadi tubuh pengetahuan, alat-alat baru, teknologi, dan pendekatan yang akan memungkinkan untuk beradaptasi segala macam tanaman tanaman untuk produksi yang efisien dalam kondisi yang berbeda, kontribusi penting terhadap sehingga memungkinkan untuk memberi makan orang di seluruh dunia dengan berlimpah, makanan sehat, disesuaikan dengan tumbuh efisien di banyak lingkungan lokal yang berbeda dan selalu berubah.

2. Memahami dan mempertahankan fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati dalam menghadapi perubahan yang cepat.

Kemajuan mendasar dalam pengetahuan dan generasi baru alat dan teknologi yang diperlukan untuk memahami bagaimana ekosistem fungsi, mengukur jasa ekosistem, memungkinkan pemulihan ekosistem yang rusak, dan meminimalkan dampak berbahaya dari aktivitas manusia dan perubahan iklim. Apa yang dibutuhkan adalah biologi baru, menggabungkan basis pengetahuan ekologi dengan orang-orang dari biologi organisme, evolusi dan perbandingan biologi, klimatologi, hidrologi, ilmu tanah, dan lingkungan, sipil, dan sistem rekayasa, melalui bahasa pemersatu matematika, pemodelan, dan ilmu komputer. Integrasi ini memiliki potensi untuk menghasilkan terobosan dalam kemampuan kita untuk memantau fungsi ekosistem, mengidentifikasi ekosistem yang berisiko, dan mengembangkan intervensi yang efektif untuk melindungi dan mengembalikan fungsi ekosistem.

3. Memperluas alternatif berkelanjutan untuk bahan bakar fosil.

Pendayagunaan bahan tanaman biomassa untuk membuat biofuel merupakan tantangan sistem, dan ini adalah contoh lain dari daerah di mana biologi baru dapat memberikan kontribusi penting. Pada sederhana, sistem terdiri dari tanaman yang berfungsi sebagai sumber selulosa dan proses industri yang mengubah selulosa menjadi produk yang berguna. Ada banyak poin dalam sistem yang dapat dioptimalkan. Biologi New menawarkan kemungkinan memajukan pengetahuan dasar, peralatan, dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan sistem dengan mengatasi tantangan secara komprehensif.

4. Memahami kesehatan individual.

(17)

berinteraksi jaringan kompleksitas mengejutkan. Biologi baru dapat mempercepat pemahaman mendasar dari sistem yang mendasari kesehatan dan pengembangan alat-alat dan teknologi yang pada gilirannya akan menyebabkan pendekatan yang lebih efisien untuk mengembangkan terapi dan memungkinkan individual, obat prediktif.

Pendekatan atau Tools seperti biologi molekuler, bioteknologi, komputasi, bioinformatika dll memberikan cara pandang yang sedikit berbeda atau baru untuk masuk dalam pola pikir sebagai BIOLOGI BARU. Kita harus bisa mengaktualisasi diri dengan kemajuan zaman untuk menghadapi tuntutan industri yang dapat menjalankan roda ekonomi dinegara kita. Konsep keberlanjutan, produk unggul dan kompetitif sudah harus menjadi pemikiran kita dalam BIOLOGI BARU.

Tantangan yang dihadapi dalam MEA tidak kecil tetapi kita optimis untuk bersaing diantara negara ASEAN. Selain itu kita tidak hanya berhenti dalam memahami MEA tetapi badan dunia (United Nations) telah merumuskan apa yang kita sebut Sustainable Development Goals (SDGs). Ada 17 goals yang dituliskan dalam dokumen SDGs. Banyak goals yang dicantumkan berkaitan dengan life science dan ilmu-ilmu lainnya yang harus disinergikan.

REFERENSI

ICSU, ISSC (2015): Review of the Sustainable Development Goals: The Science Perspective. Paris: International Council for Science (ICSU).

A New Biology for the 21st Century. www.nap.edu

(18)

MIKROBIOTA MANUSIA DAN PERANNYA

YANG BERAGAM BAGI INANGNYA

Diana E. Waturangi

Fakultas Teknobiologi, Unika Atma Jaya Jakarta

Mikrobiota manusia merupakan bakteri yang hidup secara alami pada beberapa area di tubuh manusia, sebagian besar tidak bersifat patogen atau tidak berbahaya malahan kehadirannya sangat menguntungkan kita. Area pada tubuh manusia yang paling banyak menjadi tempat tinggal bakteri ialah saluran pencernaan. Keberadaan dari mikrobiota usus ini bukan hanya sebagai penumpang pasif pada usus kita, namun mikrobiota usus ini bahkan berperan penting dalam pengembangan dan fungsi dari sistem imunitas/ pertahanan diri kita. Hasil riset terakhir menunjukkan bahwa mikrobiota pada usus berperan penting dalam berbagai aspek fisiologi termasuk diantaranya perannya dalam melakukan komunikasi antara

usus dan otak manusia; bahkan perannya dalam mempengaruhi perilaku

seseorang. Komunikasi dua arah antara otak dan usus manusia terjadi karena keberadaan mikrobiota usus. komunikasi dari otak terjadi saat kortisol yang dikeluarkan otak dapat mempengaruhi populasi mikrobiota pada usus kita,

selain itu stres ataupun semua aktivitas yang mempengaruhi fungsi hipotalamus pada otak juga dapat mempengaruhi populasi mikrobiota pada usus kita.

Selain bakteri usus, mikrobiota pada area lain di tubuh kita juga berperan penting. Salah satunya adalah bakteri metilotrof, yaitu bakteri yang mampu memanfaatkan komponen berkarbon tunggal sebagai sumber karbonnya. Kemampuan ini dimungkinkan karena bakteri ini memiliki enzim methanol dehidrogenase yang membuat bakteri ini mampu melakukan metabolism karbon tunggal. Karbon tunggal yang biasa digunakan oleh bakteri ini ialah senyawa volatile atau senyawa yang mengandung sulfide yang umumnya mengeluarkan bau tidak sedap. Beberapa riset menunjukkan bahwa bakteri ini dapat juga ditemukan di beberapa area pada tubuh manusia, seperti mulut, telapak kaki serta ketiak. Dalam penelitian ini kami melakukan studi bakteri metilotrof yang ada pada habitat mulut, kaki, serta ketiak manusia. Sebanyak 55 isolat bakteri metilotrof yang berasal dari ketiak manusia telah berhasil didapatkan, dan dari kaki sebanyak 21 isolat serta 37 isolat dari mulut manusia. Seluruhnya

telah dilakukan uji biokimia serta deteksi secara molekuler keberadaan gen mxaF yang

menyandikan methanol dehidrogenase. Isolat dari kaki dan mulut telah dilanjutkan untuk melihat aktivitas enzim methanol dehidrogenase,beberapa isolat menunujukkan aktivitas tertinggi yaitu isolat K25-3 (74.444 U/ml), K33-6 (79.815 U/ml), and K43-5 (69.259 U/ml) dari kaki manusia dan isolat M41L3 (135.926 U/ml), M27G2 (85.556 U/ml), M51G1 (103.333 U/ml) dari mulut.Pada riset bakteri yang ada di ketiak manusia kami baru sampai pada isolasi bakteri dan menemukan 55 isolat dari 40 responden laki-laki serta 65 isolat dari 40 responden perempuan. Beberapa isolate diidentifikasi lebih lanjut dan diketahui sebagai Micrococus luteus, Rosemonas gilardii, Afipia felis, Klebsiella serta Enterobacter.

(19)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUMATERA DAN

Kupu-kupu hanya menjadi bagian kecil yaitu 17.500 spesies dari 155.000 spesies Lepidoptera yang ada di dunia. Bagian yang terbesar adalah ngengat atau dikenal juga dengan kupu-kupu malam. Walau jumlah spesiesnya jauh lebih sedikit dari pada ngengat, kupu-kupu lebih lebih dikenal umum karena sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) dan warnanya yang cerah dan menarik. Di Sumatera diperkirakan terdapat sekitar 890 spesies kupu, namun dari penelitian dan koleksi yang telah dilakukan selama 20 tahun terakhir, telah tercatat sekitar 516 spesies. Khusus kupu-kupu ekor wallet (Swallowtail butterflies, famili Papilionidae) merupakan salah satu famili yang menarik, dari 121 spesies yang ada di Indonesia, 47 diantaranya tersebar di Sumatera. Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di semua habitat asalkan ada tumbuhan pakan yang cocok bagi spesies kupu-kupu tersebut. Hutan primer, hutan sekunder, hutan produksi dan kebun manjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu. Selain di hutan, kita dapat juga dapat melihat kupu-kupu di sekitar rumah kita. Jika kita menanam berbagai tumbuhan berbunga dan tumbuhan yang menjadi pakan larva, maka halaman rumah dapat dikunjungi berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu memiliki peran penting dalam beberapa aspek seperti membantu penyerbukan, menyediakan nilai estetika, sebagai mangsa di rantai makanan dan jaring makanan. Kupu-kupu dapat bertindak sebagai sumber pendapatan melalui konsep yang muncul disebut ekowisata (ecotourism). Karena memberikan nilai yang lebih tinggi di ekowitasa, kebun kupu-kupu (butterfly garden) dan taman kupu-kupu (butterfly park) dibangun di berbagai negara untuk menarik banyak pecinta alam yang pada akhirnya akan menghasilkan devisa bagi negara.

Kata kunci: kupu-kupu, keanekaragaman, bunga, butterfly gardens, ekotwisata.

PENDAHULUAN

Kupu-kupu hanya menjadi bagian kecil yaitu 17.500 spesies atau < 12 % dari 155.000 spesies Lepidoptera yang ada di dunia. Bagian yang terbesar adalah ngengat atau dikenal juga dengan kupu-kupu malam. Walau jumlah spesiesnya jauh lebih sedikit dari pada ngengat, kupu-kupu lebih lebih dikenal umum karena sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) dan warnanya yang cerah dan menarik (Peggie, 2014).

Diantara beberapa negara dengan biodiversitas tinggi, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan kupu-kupu terutama Papilionidae (121 spesies) dan tingkat endemisitas yang tinggi yaitu 53 spesies (Collins & Smith, 1995). Mereka sangat sensitif dengan kerusakan habitat dan telah digunakan secara umum sebagai takson indikator untuk riset ekologi (Kremen, 1994; Koh & Sodhi, 2004). Beberapa kupu-kupu Asia Tenggara adalah endemik untuk berbagai daerah dan mereka terancam punah bila kehilangan hutan (deforestation) masih berlanjut (Koh, 2007). Sumatera yang memiliki biodiversitas yang tinggi, akhir-akhir ini biodiversitasnya terancam akibat kehilangan hutan yang cepat. Penebangan hutan (logging) merupakan penyebab utama dari kerusakan habitat tersebut.

(20)

umumnya berasal dari famili Nymphalidae. Khusus untuk famili Papilionidae telah tercatat 43 spesies yang merupakan kompilasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Salmah dkk., (1997, 1999; 2006), Dahelmi (2010), Dahelmi & Salmah (2011), Dahelmi & Suwarno (2014) dan Rusman (2015). Di pulau Sumatera sendiri terdistribusi 47 spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae ini (Holloway, Kibby and Peggie, 2001).

Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem hutan. Kupu-kupu merupakan bagian dari rantai makanan (Kassarov, 2001) dan penyerbuk tumbuhan (Sharma & Sharma, 2013). Pada tulisan ini akan diuraikan tentang keanekaragaman kupu-kupu Sumatera, interakasi kupu-kupu dengan tumbuhan penghasil nektar, kreasi kebun kupu-kupu (butterfly garden) dan taman kupu-kupu (butterfly park) untuk tujuan ekowisata. Dari sekian banyak kupu-kupu yang ada di Indonesia, sebagian telah dipelihara dalam areal tertutup yang dapat digunakan untuk tujuan pendidikan dan ekowisata.

Keanekaragaman Kupu-kupu di Sumatera

Kupu-kupu digolongkan kedalam superfamili Hesperoidea dan Papilionoidea. Hesperoidea hanya memiliki satu famili yaitu Hesperiidae. Papilionoidea terdiri dari beberapa famili yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae, Satyride, Danaidae,

Amathusiidae, Libytheidae dan Riodinidae (lihat D‘Abera, 1λλ0, Corbert & Pendlebury,

1990). Kupu-kupu superfamili Papilionoidea memiliki tubuh relatif ramping dengan antena kiri dan kanan berdekatan serta membesar di ujung. Superfamili Hesperioidea memiliki tubuh relatif lebih gemuk dengan antena kiri dan kanan berjauhan serta bersiku di ujung (Peggie dan Amir 2006).

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak memiliki kupu-kupu yang endemik di pulau-pulau tertentu saja. Dari 17.500 spesies kupu-kupu sedunia, sekitar 2.000 spesies terdapat di Indonesia. Di Sumatera diperkirakan terdapat 890 spesies, di Jawa sekitar 640 spesies, di Kalimantan sekitar 800 spesies, di Sulawesi hampir 560 spesies, di Maluku sekitar 400 spesies dan di Papua tercatat lebih dari 500 spesies. Angka-angka tersebut belum mencerminkan keadaan sesungguhnya karena masih banyak area yang belum tersenntuh penelitian di kawasan Timur Indonesia (Peggie, 2014).

Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di semua habitat asalkan ada tumbuhan pakan yang cocok bagi spesies kupu-kupu tersebut. Hutan primer, hutan sekunder, hutan produksi dan kebun manjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu. Selain di hutan, kita dapat juga dapat melihat kupu-kupu di sekitar rumah kita. Jika kita menanam berbagai tumbuhan berbunga dan tumbuhan yang menjadi pakan ulat, maka halaman rumah dapat dikunjungi berbagai spesies kupu-kupu.

Dari hasil penelitian 20 tahun terakhir dan hasil koleksi kupu-kupu dari penulis yang semuanya tersimpan di laboratorium Taksonomi Hewan FMIPA Universitas Andalas, telah tercatat sebanyak 477 spesies kupu-kupu. Luk et al., (2011) dalam penelitiannya di pulau Siberut mendapatkan 20 spesies kupu-kupu pemakan buah, empat spesies diantaranya belum ditemukan pada penelitian sebelumnya di Sumatera. Baru-baru ini Rusman (2015) meneliti kupu-kupu di kawasan Gunung Sago, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, yang mana telah didapatkan sebanyak 184 spesies. Famili Nymphalidae memiliki jumlah spesies yang paling banyak yaitu 93 spesies. Sebanyak 35 spesies kupu-kupu belum didapatkan pada penelitian sebelumnya sehingga di Sumatera telah tercatat sebanyak 516 spesies kupu-kupu. Jumlah spesies masing-masing famili dapat dilihat pada Table 1.

(21)

Rusman (2015) mendapatkan distribusi spesies kupu-kupu pada masing-masing habitat juga bervariasi. Kupu-kupu yang dapat ditemukan di empat tipe habitat yaitu sebanyak 184 spesies. Hutan karet, hutan sekunder dan lahan pertanian memiliki jumlah spesies yang tinggi masing-masing 112 spesies, 95 spesies dan 94 spesies. Famili

Tabel 1. Jumlah spesies kupu masing-masing famili yang didapatkan di Sumatera.

No. Famili Total spesies

Nymphalidae memiliki jumlah spesies yang paling banyak yaitu 93 spesies. Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies dan individu kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada waktu pagi hari (08.00 sampai 11.59) dibanding siang hari (12.00 sampai 16.00). Jumlah spesies yang ditemukan di empat lokasi penelitian pada pagi hari yaitu sebanyak 172 spesies sedangkan pada siang hari sebanyak 142 spesies.

Interaksi Kupu-kupu Dengan Tumbuhan

Kupu-kupu umumnya memanfaatkan nektar sebagai sumber pakan utama. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tumbuhan dalam bentuk larutan gula. Komposisi utama nektar adalah glukosa, fruktosa dan sukrosa. Nektar juga mengandung asam amino (Galetto & Bernardello, 2004) dan lipid. Selain mengisap nektar, beberapa jenis kupu-kupu juga memakan serbuk sari (Gilbert 1972; Hikl & Krenn 2011).

Kupu-kupu aktif mengunjungi bunga terutama untuk memperoleh nektar. Nektar merupakan sumber pakan penting bagi serangga polinator, termasuk kupu-kupu. Pada saat mengisap nektar, serbuk sari akan menempel pada probosis atau tungkai kupu-kupu dan akan akan menempel pada kepala putik bunga berikut yang dikunjunginya (Peggie, 2014).

Satu jenis tumbuhan dapat dikunjungi oleh satu jenis kupu-kupu atau beberapa jenis dalam famili yang sama atau jenis-jenis dari famili yang berbeda. Kupu-kupu yang teramati mengunjungi bunga di empat lokasi penelitian di Gunung Sago, Sumatera Barat yaitu sebanyak 51 spesies, dimana 12 diantaranya merupakan kupu-kupu famili Papilionidae (Rusman, 2015). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi pakan

kupu-kupu, yaitu habitus, bentuk bunga, panjang tabung mahkota dan warna bunga (Tiple et

al., 2009), nektar, serbuk sari dan rewardslainnya (Faheem et al., 2004).

Nimbalkar et al., (2011) melaporkan bahwa bunga yang sering dikunjungi kupu-kupu

adalah bunga yang memiliki corolla seperti tabung (tubular) dibanding berbentuk non tubular. Kupu-kupu juga lebih sering mengunjungi bunga berwarna merah, kuning, biru dan ungu

dibanding bunga berwarna putih dan pink. Tumbuhan semak seperti Lantana camara lebih

sering digunakan kupu-kupu sebagai sumber makanan (sumber nektar), tanaman ini

berbunga sepanjang tahun. Dari penelitian Mukherjee et al., (2015) didapatkan setidaknya 25

spesies kupu-kupu berkunjung ke bunga Lantana camara. Kelimpahan kupu-kupu didalam

(22)

memberikan indikasirelatif nilai sumber daya yang kuat dari tanaman dalam hal pengelolaan kupu-kupu. Hasil yang mirip juga didapatkan dari penelitian Mathew & Anto (2017) dimana

kebanyakan kupu-kupu berkunjung dan mencari nektar pada bunga Lantana camara, Cuphea

sp. dan Ixora sp. Sedangkan Sharma & Sharma (2013) melaporkan sekitar 19 spesies

kupu-kupu telah tercatat berasosiasi dengan bunga Lantana camara dibanding bunga lainnya Ascepias syriaca, Tamarindus indica Diospyros melanoxylon dan Ixora arborea. Pieris (2016) mendapatkan sekitar 15 spesies kupu berkunjung ke bunga Stachytarpheta jamaecensis, umumnya dari famili Nymphalidae (6 spesies). Umumnya kupu-kupu datang berkunjung

antara jam 0.800 – 9.30. Duara & Kalita (2014) menyatakan bahwa kupu-kupu berperan

sebagai pollinator utama pada bunga Ixora coccinea. Kupu-kupu yang berkunjung ke bunga

ini adalah dari faimili Papilionidae (6 species), Pieridae (3 species) and Nymphalidae (2 species). Frekuensi kunjungan kupu-kupu tinggi antara pukul 09:00-13.00 pada bulan April sampai Agustus. Warna bunga berhubungan positif terhadap jumlah kunjungan.

Sebanyak 50 spesies kupu-kupu telah tercatat mengunjungi berbagai bunga di kebun, spesies dari famili Nymphalidae merupakan kupu-kupu yang dominan dibanding dengan famili lainnya. Peningkatan yang stabil dalam jumlah populasi kupu-kupu di antara semua

famili kupu-kupu menunjukkan pentingnya kebun tersebut dalam menarik

danmempertahankan populasi kupu-kupu. Kebun kupu-kupu membantu dalam populasi kupu-kupu liar peduli dan menjaga keanekaragaman hayati dalam ekosistem alami, yang pada gilirannya, dapat meningkatkan eksistensi manusia (Revathy & Mathews, 2014). Hasil penelitian Kumar (2014) mendapatkan 38 spesies kupu-kupu pada habitat urban. Spesies dari famili Nymphalidae lebih dominan didapatkan (11 spesies), diikuti Pieridae (10 spesies), Lycaenidae (6 spesies), Danaidae (4 spesies), Hesperiidae (4 spesies) dan Papilionidae (3 spesies).

Sebanyak 25 spesies kupu-kupu yang tergolong kedalam famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae dan Hesperiidae telah tertarik berkunjung ke bunga Chromolaena odorata (Asteraceae). Spesies yang paling banyak berkunjung adalah dari famili Nymphalidae (14 spesies), hal ini menunjukkan bahwa kupu-kupu famili Nymphalidae

berperan penting dalam polinasi tumbuhan Chromolaena odorata (Lakshmi & Raju, 2011).

Kupu-kupu dan larva mereka tergantung pada tanaman inang spesifik untuk dedaunan, nektar dan serbuk sari sebagai makanan mereka. Jadi keragaman kupu-kupu mencerminkan keanekaragaman tanaman secara keseluruhan, khususnya, bahwa dari tumbuh-tumbuhan dan

semak-semak di daerah tertentu (Nimbalkar et al., 2011).

Kupu-kupu Pemakan Buah (F ruit F eeding Butterflies)

Selain mengisap nektar, kupu-kupu juga terlihat memakan buah busuk. Kupu-kupu dewasa dari famili Nymphalidae yang tertarik memakan buah-buahan membusuk digolongkan sebagai kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah (De Vries, Debra & Russell, 1997). Kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah di dalam hutan ada yang terbang di

permukaan tanah (understory) dan kanopi (De Vries, Debra & Ressell, 1997; Fermon,

Waltert & Muhenberg, 2003; Luk et al., 2011).

Selain itu, beberapa kupu-kupu juga teramati berkumpul mengisap pasir, lumpur dan tanah yang lembab, di sekitar sungai di hutan sekunder dan hutan karet. Sebagian lagi terlihat mengisap kotoran hewan dan keringat manusia. Perilaku kupu-kupu tersebut umumnya

dilakukan oleh kupu-kupu jantan, meskipun kupu-kupu betina, Charaxes bernardus (Beck et

al., 1999) Hypolimnas bolina dan Hypolimnas missipus juga melakukannya (Nimbalkar et

al., 2011). Perilaku kupu-kupu tersebut dikenal dengan istilah “puddling” (Nimbalkar et al.,

2011, Beck et al., 1999, Molleman et al., 2005).

(23)

Nymphalidae pemakan buah. Dari penelitian Sitompul (2008) di hutan Rimbo Panti, Pasaman, Sumatera Barat ditemukan kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah sebanyak 47 spesies. Kupu-kupu Nymphalidae tertinggi didapatkan pada lokasi hutan kanopi tertutup

dibandingkan dengan lokasi yang ada gap. Luk et al., (2011) melakukan penelitian

Nymphalidae di Pulau Siberut Mentawai menemukan 20 spesies kupu-kupu pemakan buah

yang termasuk kedalam 14 genera. Spesies Dichorragia nesimaschus, Mycalesis maianeas,

Mycalesis oresis dan Neorina lowii memiliki tingkat tangkapan yang berbeda signifikan diantara jenis hutan dan stratifikasi vertikal

Dari penelitian Gulo (2015) di pulau Nias didapatkan 16 spesies kupu-kupu pemakan

buah pada strata understory dan 13 spesies pada kanopi. Sedangkan di pulau Enggano,

Pasaribu (2015) menemukan 9 spesies kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah, mereka

terdistribusi di dua strata yaitu di strata permukaan tanah (understory) sebanyak 9 spesies dan

pada strata kanopi sebanyak 6 spesies. Dari 9 spesies kupu-kupu Nymphalidae pemakan

buah yang ditemukan di Pulau Enggano tersebut, Amathuxidia amythaonmemiliki jumlah

individu yang berbeda signifikan pada strata understory dan kanopi. Dari kompilasi hasil

penelitian kupu-kupu Nymphalidae pemakan buah di Sumatera, telah tercatat sebanyak 75 spesies. Umumnya mereka ditemukan pada strata permukaan tanah (understory).

Penelitian di Sabah, Malaysia telah tercatat 17 spesies kupu-kupu pemakan buah

hanya pada pada level bawah (understory), sementara 3 spesies hanya ditemukan pada level

menengah dan 4 spesies pada level atas (canopy). Sebanyak 31 spesies lebih umum pada

level bawah sementara 23 spesies lebih umum pda level medium dan level atas (Tangah et

al., 2004). Penelitian lain menunjukkan kupu-kupu pemakan buah lebih tinggi diversitasnya

pada level bawah dibanding dengan kanopi (Hughes et al., 1998). Hal ini mungkin

disebabkan karena buah busuk umumnya jatuh ke permukaan tanah.

Kebun Kupu-kupu (Butterfly Garden), Taman Kupu-kupu (Butterfly Park) dan Ekowisata

Kupu-kupu memiliki peran penting dalam beberapa aspek seperti membantu penyerbukan, menyediakan nilai estetika, sebagai mangsa di rantai makanan dan jaring makanan. Kupu-kupu berkontribusi dalam menyeimbangkan ekosistem tetap menjaga keanekaragaman hayati. Dan juga kupu-kupu bertindak sebagai sumber pendapatan melalui konsep yang muncul disebut ekowisata (ecotourism). Karena memberikan nilai yang lebih tinggi di ecotourism, kebun kupu-kupu yang dibangun di berbagai negara untuk menarik banyak pecinta alam yang pada akhirnya akan menghasilkan devisa bagi negara. Dengan demikian, mereka memainkan peran berharga dalam menjaga keanekaragaman hayati (Peiris,

2016). Namun, jelas bahwa beberapa spesies tanaman eksotis dan invasif seperti Lantana

camara yang digunakan untuk kebun kupu-kupu karena bunga berwarna-warni menarik dan sebagai sumber nektar.

Di beberapa negara seperti Singapore, Malaysia, UK, USA dan Jepang, sejumlah kebun kupu-kupu khusus tertutup telah diciptakan. Kebun kupu-kupu yang sama juga didapatkan di India, seperti di Bangalore. Namun di sini adalah sebuah taman unik yang direncanakan yang akan menjadi jenis yang terbuka dan desain adalah sedemikian rupa sehingga akan menarik sejumlah besar kupu-kupu dan wisatawan (Alaka & Pejaver, 2010) . Shetler (1990) menyatakan bahwa alasan di balik pengembangan taman kupu-kupu adalah untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebutuhan untuk menyimpan kupu-kupu dan hewan lainnya dan tanaman dengan menyimpan habitat alami mereka (Pyle, 1995).

(24)

kupu-kupu telah menyediakan nektar, ketersediaan tanaman yang lebih baik, habitat yang cocok dansesuaikondisi iklim mikro untuk memfasilitasi pembentukan populasi kupu-kupu. Kebun kupu-kupu juga menarik pengunjung terutama anak-anak dan siswa dan dengan demikian menawarkan kesempatan untuk menghasilkan kesadaran tentang konservasi keanekaragaman hayati. Informasi yang berkaitan dengan keane-karagaman, kelimpahan, pola musiman dan habitat asosiasi kupu-kupu telah dipelajari di tempat yang berbeda dan

dilaporkan oleh berbagai peneliti seperti Kunte (1998), Arun (2008) dan Ramesh et al.,

(2010).

Alaka &Pajever (2016) menyatakan bahwa peran kupu-kupu dalam ekowisata antara lain:

a. Taman akan menjadi koloni padat untuk banyak spesies kupu-kupu

b. Seiring dengan kupu-kupu ini, taman bunga akan berkembang.

c. Tata letak dan rencana taman khusus akan menjadi area yang indah

d. Kupu-kupu berwarna-warni akan membuat sebuah area indah akan menarik banyak

wisatawan (ecotourists)

e. Informasi yang disampaikan oleh suku-suku di jalan akan membuat mereka peduli

terhadap kupu-kupu dalam rantai makanan dan pentingnya menyelamatkan warisan alam negara kita

f. Aliran kontinyu wisatawan akan memberikan pekerjaan masyarakat setempat sebagai

pemandu serta mendorong mereka untuk memulai usaha pariwisata berorientasi untuk menambah penghasilan

g. Para siswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang mengunjungi taman ini

akan mendapatkan pengetahuan tangan pertama tentang kehidupan kupu-kupu

h. Kedatangan wisatawan akan menyediakan pekerjaan bagi penduduk lokal sebagai

pemandu serta mendorong mereka memulai usaha berorientasi wisata dalam menambah penghasilan mereka.

Disain utama untuk penciptaan butterfly garden adalah sebaiknya lokasi penuh dengan cahaya, tanam tumbuhan sebagai penghalang angin (shelter) sehingga mencegah angin yang kencang memasuki kebun, tumbuhan nektar yang kaya, tumbuhan inang larva, adanya area yang basah atau mud untuk puddling dan adanya batu datar (flat rock) untuk berjemur (Knodel, Fauske & McGinnis, 2016; Garland, 2016). Penggunaan insektisida sebaiknya dihindari karena akan berpengaruh terhadap populasi kupu-kupu baik dewasa maupun larva. Khusus untuk tanaman penghasil nektar, sebaiknya pilih tanaman yang dapat

menghasilkan bunga sepanjang tahun. Salah satu tanaman tersebut adalah Lantana camara

yang memiliki warna bunga bermacam-macam. Hasil kunjungan penulis ke Bali Buterfly

Park (Tabanan Bali), Hiroshima City Forest Park dan Ishikawa Insect Museum di Jepang

yang memiliki taman kupu-kupu, tumbuhan Lantana camara merupakan tanaman penghasil

nektar yang paling sering dikunjungi kupu-kupu. Beberapa penelitian sebelumnya memang

menunjukkan Lantana camara paling banyak dan sering dikunjungi kupu-kupu untuk

memperoleh nektar (lihat Nimbalkar et al., 2011; Sharma & Sharma, 2013; Mukherjee et al.,

2015). Tumbuhan penghasil nektar lain yang patut dipilih untuk ditanam pada butterfly

garden dan butterfly park adalah Caesalpinia spp. Eupatorium odoratum. Hibiscus rosa

sinensis, Ixora javanica, Stachytarpheta jamaicensis dan Clerodendron paniculatum. Karakterisstik tumbuhan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.

Salah satu taman kupu-kupu di Indonesia yang sudah lama dibuka untuk umum

adalah Bali Butterfly Park yang berlokasi di Tabanan Bali. Hasil penelitian Syaputra (2011),

di dalam taman telah dipelihara sebanyak 14 spesies kup-kupu, 8 spesies tergolong famili Papilionidae, famili Nymphalidae 3 spesies dan Danaidae sebanyak 2 spesies (Tabel 3). Dari

(25)

leuconoe (Danaidae). Kupu-kupu ini cukup menarik, ukuran besar dan terbangnya lambat.

Spesies yang sama juga didapatkan di Hiroshima City Forest Park dan

Tabel 2. Tumbuhan penghasil nektar yang patut dipertimbangkan untuk ditanam dalam Butterfly Garden dan Butterfly Park

No. Spesies Famili Habit Warna

bunga

Tipe bunga

1 Lantana camara* Verbenaceae Semak kuning,

merah

Tubular

2 Caesalpinia

pulcherrima Caesalpiniaceae Semak merah

Non tubular

3 Eupathorium odoratum Asteraceae Semak purple NonTubular

4 Hibiscus rosa sinensis Malvaceae Semak merah Non Tubular

5 Bougainvillea

spectabilis Nyctaginaceae Semak merah

Tubular

6 Ixora javanica* Rubiaceae Semak merah Tubular

7 Stachytarpheta

jamaicensis Verbenaceae Herba violet

Tubular

8 Clerodendron

paniculatum Lamiaceae Semak merah

Tubular

9 Asistasia spp.** Acanthaceae Herba putih Tubular

Ket. * prioritas utama, ** juga sebagai tanaman inang larva

Tabel 3. Kupu-kupu yang dipelihara dalam area Butterfly Park di Tabanan Bali dan

Ishikawa Insect Museum yang keduanya berlokasi di Jepang.

No Spesies Famili Tanaman inang

Spesies Famili

1 Graphium

agamemnon Papilionidaae Annona muricata

Annonaceae

2 Ornithoptera priamus Papilionidaae Aristolochia tagala Aristolochiaceae

3 Pachliopta aristolochiae

Papilionidaae

Aristolochia tagala Aristolochiaceae

4 Papilio demolion Papilionidaae Melicope latifolia Rutaceae

5 Papilio helenus Papilionidaae Melicope latifolia Rutaceae

6 Papilio memnon Papilionidaae Citrus grandis Rutaceae

7 Papilio peranthus Papilionidaae Zanthoxylum rhetsa Rutaceae

8 Papilio polytes Papilionidaae Murraya koenigii Rutaceae

9 Troides helena Papilionidaae Aristolochia tagala Aristolochiaceae

10 Chetosia hypsea Nymphalidae Passiflora foetida Passifloraceae

11 Doleschalia bisaltide Nymphalidae Pseuderanthemum reticulatum

Passifloraceae

12 Moduza procris Nymphalidae Mussaenda pubescens Rubiaceae

13 Euploea phaenareta Danaidae Cerbera manghas Apocynaceae

14 Euploea core Danaidae Aganosma sp. Apocynaceae

Spesies lain yang didapatkan di kedua lokasi ini adalah Papilio polytes, Ideopsis dan

Euploea yang semuanya berasal dari daerah tropika.

(26)

dipelihara dalam Butterfly Park. Agar wisatawan tertarik berkunjung ke Butterfly Park untuk melihat kupu-kupu, maka sangat dianjurkan memasukan spesies kupu-kupu yang berwarna

indah, terbangnya lambat, memiliki sifat puddling dan hidupnya lama dalam areal tertutup

ini. Beberapa spesies kupu Sumatera yang memiliki peluang untuk dipelihara dalam areal

tertutup antara lain Pachliopta aristolochiae, Papilio memnon, Papilio polytes, Papilio

demoleus, Troides amphrysus (Papilionidae), Cethosia hypsea

(Nymphalidae) dan Idea leuconoe (Danaidae). Kupu-kupu Idea leucone telah menjadi favorit

pengunjung dan mascot di Hiroshima City Forest Park dan Ishikawa Insect Museum, karena

terbangnya lambat, bisa bertahan hidup lama dalam area tertutup.

PENUTUP

Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa informasi penting. Spesies kupu-kupu yang ada di Sumatera ada sekitar 890 spesies, sedangkan yang telah tercatat dari beberapa penelitian 20 tahun terakhir ada sekitar 516 spesies. Kupu-kupu banyak yang tertarik kepada bunga sehingga perannya sebagai pollinator tidak diragukan lagi. Dengan menciptakan kebun

kupu-kupu (Butterfly Garden), akan banyak kupu-kupu yang berkunjung untuk memperoleh

nektar sekaligus meningkatkan populasinya di alam. Beberapa spesies kupu-kupu berpeluang untuk dipelihara dalam Butterfly Park sehingga menarik pengunjung/wisatawan untuk berkunjung sehingga kupu-kupu bertindak sebagai sumber pendapatan melalui konsep yang

muncul disebut ekowisata (ecotourism). Kupu-kupu dari famili Papilionidae memiliki

peluang yang besar untuk dipelihara dalam area Butterfly Park karena kebanyakan dari

mereka memiliki warna menarik.

REFERENSI

Alaka, B & M. Pajever. 2010. Role of Butterfly Garden in Ecotourism. Proc. Seminar ―

Ecotourism-An Indian Perspective‖ 13, Feb. 2010.

Arun, P. R. 2008. Seasonality of swallowtail butterfly community (Lepidoptera: Papilionidae)

of Siruvani forest, Western Ghats, Southern India. Pro.Sem.Wonderful World of

Insects, Dec 2008: pp 66-71.

Beck. J., E. Muhlenberg & K. Fiedler. 1999. Mudpudlling behavior in tropical butterflies: in

search of proteins or mineral?. Oecologia. 119:140-148.

Corbet, A. S & H. M. Pendlebury. 1956. The Butterflies of the Malay Peninsula. Oliver Boyd. Edinburgh and London.

Collins, N. M & H. M. Smith. 1995. Threats and priorities in conserving swallowtails. In

Scriber, J. M.., Y. Tsubaki and R. C. Lederhouse (eds.). Swallowtail Butterflies: Their Ecology and Evolutionary Biology. 345-357. Scientific Publishers, Gainesville.

Dahelmi., S. Salmah dan H. Herwina. 2009. Diversitas Kupu-kupu (Butterflies) Pada Beberapa Taman Nasional di Sumatera. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Universitas Andalas. Padang.

Dahelmi, 2010. Inventory of Swallowtail Butterflies (Lepidoptera: Papilionidae), Their host Plants and Parasitoids at Several National Parks in Sumatra, Indonesia. Final Report. NEF. Japan.

(27)

Dahelmi dan Suwarno. 2014. Diversitas Kupu-kupu Pada Beberapa Pulau Terluar di Sumatera dan Bioekologinya Untuk Beberapa Spesies. Laporan Tahun I. Hibah Penelitian Pascarajana. Universitas Andalas. Padang.

D‘ Arbera, B. 1λλ0. Butterflies of Australian Region. 3 rd edition. Hill House, Melbourne &

London.

De Vries, P. J., M. Debra & L. Russell. 1997. Species Diversity in Vertical, Horizontal, and Temporal Dimensions of a Fruit-feeding Butterfly Community in an Ecuadorian

Rainforest. Journal of the Linnean Society62: 343–364.

Duara, P & J. Kalita. 2004. Butterfly as Pollinating Insects of Flowering Plants. Global Journal of Science Frontier Research 14(1C): 1-5

Faheem, H.M., M. Aslam & M. Razak. 2003. Polliantion Ecology With Special Reference to Insect. A Review. Journal of Research (Science) 15(4): 395-409.

Fermon, H., M. Waltert & M. Muhlenberg. 2003. Movement and Vertical Stratification of

Fruit-feeding Butterflies in Amanaged West African Rainforest. Journal of Insect

Conservation7: 7–19.

Galetto L, Bernardello. 2004. Floral Nectaries, Nectar Production Dynamics and Chemical Composition in Six Ipomoea Species (Convolvulaceae) in Relation to Pollinators. Annals Botany. 94:269–280.

Garland, K. 2016. Fluttering Through Gardening. Creating a Butterfly Habitat. Web site: www.georgiaconservancy.org. Diakses tgl 28 Maret 2016.

Gilbert, L.E. 1972. Pollen fFeeding and Reproductive Biology of Heliconius Butterflies. Proc. Na.t Acad. Sci. 69(6):1403-1407.

Gulo, H. 2015. Diversitas dan Pergerakan Serta Stratifikasi Vertikal Kupu-kupu Nympha-lidae Pemakan Buah di Hutan baruzo dan Hutan Onolari, Pulau Nias. Tesis S2. Program Pascasarjana. FMIPA Universitas Andalas. Padang

Hikl, A.L & H.W. Krenn. 2011. Pollen processing behavior of Heliconius butterflies: A

derived grooming behavior. J Insect Scienc. 11:1-13.

Holloway, J. D., G. Kibby & D. Peggie. 2001. The families of Malesian moths andbutterflies.

Brill. Leiden. Boston. Koln.

Hughes D.G. & P.M. Bennett. 1991. Captive Breeding and the Conservation of Invertebrates. International Zoo Yearbook 30: 45-51

Hughes, J.B., G.C. Daily. & Ehrlich, P.R. (1998). Use of Fruit Bait Traps for Monitoring of

Butterflies (Lepidoptera: Nymphalidae). Revista De Biologia Tropical 46(3): 697–

704.

Kassarov. L. 2001. Is Aposematism a Valid Concept in Predator-prey Relationships Between

Birds and Butterflies? a Different Point of View. Tropical Lepidop. 12(1-2):1-15

Knodel, J.J., G.M. Fauske & E.E. McGinnis. 2016. Butterfly Gardening in North Dakota. North Dakota State University Fartgo, North Dakota. http://www.ag.ndsu.edu

Koh, L. P. 2007. Impacts of Land use Change on South-east Asian forest Butterflies: a

Review. Journal of AppliedEcology 44: 703–713

Koh, L. P & N. S. Sodhi, 2004. Importance of Reserves, Fragments, and Parks for Butterfly

(28)

Kremen, C., 1994. Biological Inventory Using Target Taxa: a Case Study of the Butterflies of

Madagascar. Ecological Applications 4, 407–422.

Kumar, A. 2014. Butterfly Abundance and Species Diversity in Some Urban Habitats. International Journal of Advanced Research Volume 2 (2): 367-374

Kunte, K. 1998. Seasonal Patterns in Butterfly Abundance and Speciesdiversity in Four

Tropical Habitats in Northern Western Ghats. Journal of Bioscience 22:593-603.

Lakshmi, P.V & A.J.S. Raju. 2011. Chromolaena odorata (L.) Kiing & H.E. Robins

(Asteraceae), an Important Nectar Source for Adult Butterflies. Journal of Threatened

Taxa 3(2): 1542-1547.

Luk, C. L., K. H. Upik., Z. Thomas & W. Matthias. 2011. Vertical and Horizontal Habitats of Fruit-feeding Butterflies (Lepidoptera) on Siberut, Mentawai Islands, Indonesia. Journal Ecotropica17: 79–90.

Mathew, G & M. Anto. 2007. In Situ Conservation of Butterflies Through Establishment of

Butterfly Gardens: A Case Study at Peechi, Kerala, India. Current Science 93 (3):

337-347.

Molleman. F., R.H.A Grunsven., M. Liefting ., B.J. Zwaan., & P.M. Brakefield. 2005. Is Male Puddling Behaviour of Tropical Butterflies Targeted at Sodium for Nuptial Gifts

or Activity?. Biol J Linnean Socie. 86:345-361

Mukherjee, S., S. Banerjee., P. Basu., G. G. Saha & G. Aditya. 2015. Lantana camara and

Butterfly Abundance an Urban Landscape: Benefits for Conservation or Species Invasion?. Ekologia 34(4): 209-328.

Pasaribu, R. 2015. Diversitas dan Pergerakan Serta Stratifikasi Vertikal Kupu-kupu Nymphalidae Pemakan Buah (Fruit Feeding Nymphalid Butterflies) di Pulau Enggano. Tesis S2. Program Pascasarjana. FMIPA Universitas Andalas. Padang.

Peggie. D & M. Amir. 2006. Practical guide to the butterflies of Bogor Botanic Garden.

Cibinong (ID): Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Pieris, P.U.S. 2016. Study on Butterfly Visitation Patterns of Stachytarpheta jamacensis as a Beneficial Plant for Butterfly Conservation. International Scholary and Scientific Research & Innovation 10(2): 74-72.

Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing. Jakarta

Pyle, R. M. 1995. A history of Lepidoptera conservation, with special reference to its

Remingtonian Debt. Journal of the Lepidopterists‘Society 49(4): 397-411.

Raju, A.J.S., A. Bahattacharya & S. P. Rao. 2004. Nectar Host Plant of Some Butterfly Spesies at Visakhapatnam. Science and Culture 70 (4-5): 187-190.

(29)

Revathy, V.S & G. Mathew. 2014. Seasonal Fluctuation of Butterfly Population: A Study in Butterfly Garden at Peechi, Kerala, India. International Journal of Agiculture, Environment & Biotechnology 7(1): 29-35.

Rusman, R. 2015. Kupu-kupu (Lepidoptera: Papilionoidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman dan Preferensi Kunjungan Pada Bunga. Tesis S2. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Salmah, S., K. Nakamaura., I. Abbas., Dahelmi & S. Nakano. 1997. Fluctuation of Butterflies in Sipisang Area, Kayu Tanamm West Sumatra. Annual Report of FBRT Project No. 3. Japan International Cooperation Agency (JICA). Andalas University, Indonesia: 63-74.

Salmah, S., I. Abbas dan Dahelmi. 1999. Keanekaragaman Kupu-kupu (Butterflies) dan

Tanaman Pakan dari Beberapa Jenis Famili Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat.Laporan Penelitian BBI. Universitas Andalas. Padang.

Salmah, S., I. Abbas, Dahelmi, 2002. Kupu-kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci

Seblat. KEHATI. Departemen Kehutanan. Taman Nasional Kerinci Seblat.

Salmah, S., dan I. Abbas. 2006.Stratifikasi Vertikal dan Pergerakkan Kupu-kupu

Nymhalidae Pemakan Buah (Fruit-Feeding Nymphalid Butterflies) di Hutan dengan Elevasi yang Berbeda. Laporan TPSDP Batch III. Jurusan Biologi, FMIPA. Universitas Andalas. Padang

Salmah, S., K. Nakamura., I. Abbas., Dahelmi and S. Nakano.1997. Fluctuation of butterflies

in Sipisang area, Kayu Tanam, West Sumatra. Annual Report of FBRT Project 3.

Field Biology and Training Project. Japan International Cooperation Agency (JICA), Andalas University: 261-270.

Sharma, M & N. Sharma. 2013. Nectar Resource Use by Butterflies in Gir Wildlife Sanctuary, Sasan Gujarat. Biological Forum-An International Journal 5(2): 56-63

Shetler, S.G. Butterfly Gardening and Conservation, Butterfly Gardening, Siera ClubBooks. San Francisco: 107-109

Sitompul, A. F. 2008. Keanekaragaman dan Pergerakan Serta Stratifikasi Kupu Kupu

Nymphalidae Pemakan Buah (Fruit-feeding Butterflies) di Hutan Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman. Tesis Biologi. Universitas Andalas Padang.

Spitzer, K., V. Novotny., M. Tonner & J. Leps. 1993. Habitat preferences, distribution and seasonality of the butterflies (Lepidoptera, Papilionidae) in a montane tropical

rainforest, Vietnam. Journal Biogeography 20: 109-121.

Spitzer, K., J. Jaros., J. Havelka & J. Leps. 1997. Effects of Small-Scale Disturbance on the

Butterfly Communities of an Indochine Montane Rain-forest. Biological Conservation

80: 9-15.

Syaputra, M. 2011. Pengelolaan Penangkaran Kupu- Kupu di PT Ikas Amboina dan Bali

Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutan. Institut Pertanian Bogor.

Tiple, A.D., A.M. Khurada., L.H. Roger & R.L.H. Dennis. 2009. Adult butterfly feeding–

nectar flower associations: constraints of taxonomic affiliation, butterfly, and nectar

(30)

MIKROBA SEBAGAI AGEN REMEDIASI DAN PENGELOLAAN

HAYATI RAMAH LINGKUNGAN

Erman Munir

Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU, Medan 20155

Abstrak

Kupu-kupu hanya menjadi bagian kecil yaitu 17.500 spesies dari 155.000 spesies Lepidoptera yang ada di dunia. Bagian yang terbesar adalah ngengat atau dikenal juga dengan kupu-kupu malam. Walau jumlah spesiesnya jauh lebih sedikit dari pada ngengat, kupu-kupu lebih lebih dikenal umum karena sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) dan warnanya yang cerah dan menarik. Di Sumatera diperkirakan terdapat sekitar 890 spesies kupu, namun dari penelitian dan koleksi yang telah dilakukan selama 20 tahun terakhir, telah tercatat sekitar 516 spesies. Khusus kupu-kupu ekor wallet (Swallowtail butterflies, famili Papilionidae) merupakan salah satu famili yang menarik, dari 121 spesies yang ada di Indonesia, 47 diantaranya tersebar di Sumatera. Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di semua habitat asalkan ada tumbuhan pakan yang cocok bagi spesies kupu-kupu tersebut. Hutan primer, hutan sekunder, hutan produksi dan kebun manjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu. Selain di hutan, kita dapat juga dapat melihat kupu-kupu di sekitar rumah kita. Jika kita menanam berbagai tumbuhan berbunga dan tumbuhan yang menjadi pakan larva, maka halaman rumah dapat dikunjungi berbagai spesies kupu-kupu. Kupu-kupu memiliki peran penting dalam beberapa aspek seperti membantu penyerbukan, menyediakan nilai estetika, sebagai mangsa di rantai makanan dan jaring makanan. Kupu-kupu dapat bertindak sebagai sumber pendapatan melalui konsep yang muncul disebut ekowisata (ecotourism). Karena memberikan nilai yang lebih tinggi di ekowitasa, kebun kupu-kupu (butterfly garden) dan taman kupu-kupu (butterfly park) dibangun di berbagai negara untuk menarik banyak pecinta alam yang pada akhirnya akan menghasilkan devisa bagi negara.

(31)
(32)
(33)
(34)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT DAN

DAGING BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt.) TERHADAP

MORTALITAS LARVA Aedes aegypti INSTAR III

Abdullah, Lisda Arwadeni dan Safrida

Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh e-mail: doel_biologi@yahoo.com

Abstract

The research about “effect of etanol extracted of fruit skin and content of Myristica fragans

Houtt. to larva mortality of Aedes aegypti Instar III” was aimed to know the effect etanol extracted of fruit skin and content of Myristica fragans Houtt to larva mortality and to know efective consentration of etanol extracted of fruit skin and content. This reseach was conducted in September 2014. Data analized using ANAVA and Duncan. Reasearch resulted the most effective consentration of etanol extracted of skin Myristica fragans Houtt. to larva mortality of Aedes aegypti Instar III was 1500 ppm with larva mortality was 93,33% in 24 hours observation. This research also conducted that the most effective consentration of etanol extracted of content of Myristica fragans Houtt. to larva mortality of Aedes aegypti Instar III was 1000 ppm and 1500 ppm with larva mortality was 100% in 18 hours observation and 15 hours obaseration. We resumed that etanol extracted of fruit skin Myristica fragans Houtt was more effective to larva mortality of Aedes aegypti Instar III than etanol extracted of fruit content of Myristica fragans Houtt.

Kata kunci : fruit content of Myristica fragans Houtt.), larva Aedes aegypti and Larva mortality

PENDAHULUAN

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyakit ke wilayah lainnya. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut (Widoyono, 2008). Tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian di Indonesia dan Provinsi Aceh sampai bulan Agustus 2011 yang merupakan daerah urutan ketiga tertinggi angka kesakitan demam berdarah di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi

perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan kematian. Sampai sekarang

penyakit DBD belum ditemukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor (Fathi dkk, 2005).

Penggunaan insektisida dalam kesehatan ditujukan antara lain untuk membasmi lalat, nyamuk vektor malaria dan demam berdarah. Akan tetapi penggunaan insektisida yang tidak tepat sering kali memberi dampak buruk terhadap

Gambar

Tabel 3.  Kupu-kupu yang dipelihara dalam area Butterfly Park di Tabanan Bali dan     Ishikawa Insect Museum yang keduanya berlokasi di Jepang
Gambar 2.  Rataan Jumlah Larva  Aedes aegypti yang Mati pada Setiap Jam Pengamatan Selama 24 jam
Gambar 1. Teknik morfometri pada Pari (a) Dorsal, (b) Ventral (Serena, 2005)
Tabel 1. Pengukuran Morfometri Pari yang ditemukan di Pusat Pasar Ikan Sumatera Utara No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini menguraikan kekuasaan yang dimiliki oleh keuchik selaku kepala eksekutif dalam sebuah pemerintahan gampong yang berada di Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Pada surat al-Ghasyiyah ayat 17-20 diatas Allah memerintahkan manusia yang berakal untuk memperhatikan, memikirkan dan memahami semua ciptaan-Nya. Dalam mengerjakan

mengenai tata cara penyusunan dan penyampaian laporan pajak sesuai dengan Undang-Undang terbaru yang pada akhirnya dengan tingkat kepatuhan yang baik dapat meningkatkan

(1) Logo daerah dapat digunakan pada bangunan resmi pemerintahan daerah, gapura, tanda batas antar kabupaten, kop surat, stempel organisasi perangkat daerah,

• Citilink revisi pendapatan menjadi USD 550 juta • BMRI akan pacu bisnis e-money pada tahun 2016 • AGRO tetapkan target konservatif.. • UUS NISP akan tambah office channeling

Bentuk distribusi tegangan tekan untuk baiok yang telah mencapai kekuatan nominal berupa garis lengkung dengan nilai nol yang dtmuiai dari garis netral dan berakhir pada serat

Hal demikian sejalan dengan tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di