• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi Kepundung

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 175-181)

ECOLOGICAL AND DISTRIBUTION OF KEPUNDUNG (Baccaurea Racemosa Muell Arg) IN SOUTHERN NORTH SUMATERA

HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi Kepundung

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 131 koleksi di berbagai kecamatan (Tabel 1). Jumlah koleksi terbanyak berasal dari kecamatan Sayur Matinggi yaitu berjumlah 61 dan jumlah koleksi terendah yaitu berjumlah 1 pada kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua, Batang Angkola, Angkola Barat, Angkola Timur, Sipirok, Panyabungan Utara, Kota Panyabungan, Panyabungan Timur dan Ulu BarumunTabel 1. Jumlah Koleksi Kepundung dari Beberapa Kecamatan.

No Kabupaten/

Kota Kecamatan Jumlah Koleksi

1 Padangsidimpuan Padangsidimpuan Utara 2

2 Padangsidimpuan Selatan 1

3 Padangsidimpuan Angkola Julu 8

4 Padangsidimpuan Hutaimbaru 2

5 Padangsidimpuan Batunadua 1

6 Mandailing Natal Kotanopan 3

7 Siabu 2

8 Panyabungan Utara 1

9 Kota Panyabungan 1

10 Panyabungan Timur 1

11 Tapanuli Selatan Sayur Matinggi 61

12 Batang Angkola 1 13 Arse 20 14 Batang Toru 23 15 Angkola Barat 1 16 Angkola Timur 1 17 Sipirok 1

kering campuran, dengan tipe tanah Humic Acrisol dan Distric Fluvisol dengan kelembaban 18-96%. Beberapa gambar habitat kepundung dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2.Habitat Kepundung di (A) Kotanopan, (B) Angkola Julu, (C) Padangsidimpuan Utara,dan(D)PadangsidimpuanSelatan Pohon kepundung pada umumnya tumbuh liar di hutan sekunder, areal kebun dan pemukiman penduduk. Persebaran kepundung di Sumatera Utara khususnya di wilayah kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, dan Padang Lawas berada pada dataran rendah di wilayah dataran dan perbukitan. Hal ini sesuai dengan Lim, (2012) mengatakan bahwa kepundung adalah tumbuhan yang hidup di hutan tropis dan beranekaragam hutan dipterocarp primer hutan sekunder, hutan sungai, hutan rawa air tawar dan hutan pegunungan pada ketinggian sampai 1500 mdpl.

Gambar 3. Peta Distribusi Kepundung (Baccaurea racemosa Muell Arg) Berdasarkan Curah Hujan di Sumatera Utara.

Berdasarkan peta jenis tanah (Gambar 4), kepundung tumbuh pada jenis tanah yaitu Humic Acrisols, Dystric fluvisols 2/3a, dan Dystric fluvisols 2/3b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64 individu kepundung tumbuh pada tanah Acrisols dan 67 individu tumbuh pada tanah Fluvisol (Aluvial). FAO (2014), menjelaskan bahwa tanah Acrisol (Podsolik) merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda sampai kekuningan

pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam sampai sangat masamstruktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50–350 m dengan curah hujan antara 2500–3500 mm/tahun. Hal ini sesuai dengan jenis tanah di Kabupaten Tapanuli Selatan berjenis acrisols dengan warna kuning, pada ketinggian 5-905 mdpl dan daerah ini memiliki curah hujan rata-rata 1500-2500 mm/thn.

Rachim dan Arifin, (2011), mengatakan bahwa Podzolik merupakan tanah merah kuning yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning. Terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat, struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah dan pH rendah (4,2-4,8). Horizon eluviasi tidak selalu jelas. Bahan induk mempunyai karatan kuning, merah dan abu-abu. Bahan induk adalah batuan endapan bersilika, napal, batu pasir, batu liat. Ditemukan pada ketinggian 50-350 mdpl, iklim tropika basah, curah hujan antara 2500-3500 mm/tahun.

Tanah Fluvisol (Aluvial) merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkan serta penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupuniklim. Rismunandar ( 1993), menjelaskan bahwa tanah aluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muarasungai, rawa- rawa, lembah-lembah, maupun kanan kirialiran

sungai besar. Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan hat. Tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi. Di seluruh Indonesia tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan musim hingga tahunan.

Lim, (2012) mengatakan kepundung adalah spesies tropis tumbuh liar pada Dipterocarpaceae primer dan hutan hujan sekunder, hutan sungai, atau hutan rawa air tawar ke hutan sub-montana sampai 1500 mdpl. Tumbuhan ini umum tumbuh pada aluvial kering (di lereng bukit dan pegunungan). Tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari tanah berpasir sampai tanah liat (granit kekuningan atau tanah liat merah berpasir) untuk rawa gambut.

Berdasarkan peta tutupan lahan (Gambar 5) kepundung mempunyai persebaran yang cukup luas, tumbuh pada berbagai habitat seperti pertanian lahan kering campuran, tanah terbuka, sawah, semak belukar, dan perkebunan. Kepundung tumbuh di persawahan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan. Pada lahan kering campuran di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal. Pada daerah terbuka di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada kawasan semak belukar tumbuh di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada kawasan perkebunan masyarakat tumbuh di KabupatenTapanuli Selatan dan Padang Lawas. Dari peta tutupan lahan koleksi kepundung sebahagian besar tumbuh di persawahan dan paling sedikit tumbuh di perkebunan masyarakat.

Gambar 4. Peta Distribusi Kepundung (Baccaurea racemosa Muell Arg) Berdasarkan Jenis Tanah di Sumatera Utara.

Gambar 5. Peta Distribusi Kepundung (Baccaurea racemosa Muell Arg) Berdasarkan Peta Tutupan Lahan di Sumatera Utara.

Unsur Hara Tanah

Hasil analisis tanah menunjukkan adanya perbedaan kandungan ketiga unsur dari masing-masing daerah penelitian (Tabel 2). Kandungan unsur hara nitrogen (N) tertinggi di kecamatan Kotanopan dengan nilai 1,61 %, dan yang terendah di kecamatan Ulu Barumun dengan nilai 0,16%. Kandungan unsur posfor (P) yang diperoleh juga berbeda di setiap daerah penelitian dimana nilai P tertinggi diperoleh pada kecamatan Sipirok dengan nilai 15,47 ppm dan terendah pada kecamatan Ulu barumun dengan nilai 9,18 ppm. Kadar kalium

(K) tertinggi diperoleh pada kecamatan Ulu Barumun dengan nilai 0,735 m.e/100g dan terendah pada daerah Angkola Julu dengan nilai 0,577 m.e/100g.

Tabel 2. Kandungan Unsur Hara Makro Tanah pada Lokasi Penelitian

Asal Daerah/ Kecamatan Parameter

N (%) P (ppm) K (m.e/100g) Kotanopan 1,61 12,00 0,589 Sipirok 0,33 15,47 0,670 Angkola Timur 0,30 12,32 0,580 Angkola Julu 0,65 11,68 0,577 Arse 0,17 12,16 0,640 Ulu Barumun 0,16 9,18 0,735

Tabel 3. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

SifatTanah Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Nitrogen(%) <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 P-avlBray-II(ppm) <8,0 8,0-15 16-25 26-35 >35 SusunanKation K-tukar(me/100) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5 Sumber : (Hardjowigeno,1995).

Kandungan unsur hara makro nitrogen di kecamatan Kotanopan sangat tinggi, kecamatan Sipirok dan Angkola Timur tergolong sedang, di kecamatan Angkola Julu tergolong tinggi sedangkan pada kecamatan Arse dan Ulu Barumun tergolong rendah. Unsur hara K dari hasil analisa di setiap lokasi penelitian tergolong tinggi, yaitu berada pada kisaran 0,580-0,735 m.e/100g. Unsur hara P diperoleh dari hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan pada masing-masing lokasi penelitian. Kandungan P tersedia tergolong sedang di kecamatan Sipirok yaitu 15,47 ppm, sedangkan kadar posfor di kecamatan Kotanopan, Angkola Timur, Angkola Julu, dan Ulu Barumun tergolong rendah berkisar 11,68-12,16 ppm.

Sutejo, (2002) mengatakan fungsi N bagi tumbuhan sebagai penyusun protein, pertumbuhan pucuk dan menyuburkan pertumbuhan vegetatif. Fungsi posfor P sebagai salah satu unsur penyusun protein, dibutuhkan untuk pembentukan bunga, buahdan biji, merangsang pertumbuhan akar menjadi memanjang dan tumbuh kuat sehingga tanaman akan tahan kekeringan. Kekurangan P akan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pembungaan dan pembentukan biji terhambat, serta tanaman menjadi lemah sehingga mudah roboh. Unsur Kberperan dalam proses metabolism seperti fotosintesis dan respirasi yang merupakan hal penting dalam pertumbuhan.

2. Kepundung tumbuh pada kisaran curah hujan 1500-5000 mm/tahun, pada tanah humic acrisol dan distric fluvisol, pada habitat pertanian lahan kering campuran, tanah terbuka, sawah, semak belukar, dan perkebunan.

3. Kadar nitrogen berkisar 0,17–1,61%, posfor 11,68–15,47 ppm, dan kalium 0,577–0,735 m.e/100 g

DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti,P. ReniL.,WindaU.P., 2009. Potensi Baccaureaspp.: Studi Kasus Di Kebun Raya Bogor. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI.

Ersam, T., 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia Dalam Merekayasa Model Molekul Alami.Seminar Nasional Kimia VI,F-MIPA. ITS. Surabaya.

FAO (Food and Agriculture Organization), 2014. World Reference Base For Soil Resources. International Soil Classification System For Naming Soils and Cerating Legends For Soil Maps.191p.

Haegens, R.M.A.P., 2000. Taxonomy, Phylogeny, and Biogeography of Baccaurea racemosa, Distichirhops, and Nothobaccaurea (Euphorbiaceae). Blumue. 12:1-216. (Petikan) http://www.nationaalherbarium.nl/euphorbs/ specB/Baccaurea. Htm.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. IPB. Bogor.

Lim, T.K., 2012. Edible Medicinal And Non-Medicinal Plants. Volume 4. Fruits. DOI 10.1007/978-94-007-4053-2-34. Springer Science-Business Media B.V.

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Rachim, D.A. dan Arifin, M., 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Pustaka Reka Cipta. Bandung.

Rismunandar, 1993.Tanah dan Seluk Beluknya bagi Pertanian. Sinar Baru

Algensindo.Bandung.

Sutejo,M. 2002. Pupukdan Cara Pemupuka n. Rineka Cipta. Jakarta.

Uji, T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah11(1) : 28– 33.

PERAN KEBUN RAYA SAMOSIR SEBAGAI PUSAT KONSERVASI

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 175-181)