• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCUT SEI TUAN, DELI SERDANG, NORTH SUMATRA Ristia Diani 1 , Erni Jumilawaty

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 102-107)

1

Mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara 2

Staf Pengajar Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara 20155

Email : aniezz.tya@gmail.com

Abstract

Bubulcus ibis is one of the birds that use nesting habitat at fish ponds area of Tanjung Rejo by utilizing the wetlands in taking food. The ponds now are filled by fishing, so the existence and breeding of this species become threaten. This research has been studied from March until May 2015 using the Focal Animal Sa mpling. This research relevated that the behavior of the formation couple has been with the inviting couple consisting of a stand while making the sound beautiful, enforced plumae scapula and formed a fan, swung the body, opened one of the wings, tugging primary feathers, straightened the neck and head, degraded the body with bending the legs and swung the body with the starting position.

Keywords: Behavior, Bubulcus ibis, Tanjung Rejo, Mangrove

PENDAHULUAN

Desa Tanjung Rejo yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, adalah salah satu desa yang letaknya berada di wilayah pesisir pantai timur Sumatera. Luas wilayah Tanjung Rejo 310,50 Ha, dengan jumlah penduduk 9.848 orang. Penduduk desa Tanjung Rejo rata-rata bekerja sebagai petani dan nelayan. Desa Tanjung Rejo sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan pesisir dan laut, yang memiliki potensi besar di bidang perikanan, pariwisata, kawasan hutan mangrove dan sumberdaya alam lainnya (BPS Deli Serdang, 2014). Kawasan hutan mangrove dimanfaatkan oleh burung air sebagai habitat dan berbagai aktivitas diantaranya perilaku harian.

Burung-burung yang melakukan aktivitas mengundang pasangan di Desa Tanjung Rejo salah satunya adalah burung Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis). Saat musim berbiak tiba yang ditandai dengan musim panen ikan dan padi di Desa Tanjung Rejo, Bubulcus ibis sangat mudah dibedakan dengan burung lainnya dengan melihat perubahan warna bulu. Perubahan warna bulu diawali dengan perubahan bulu pada bagian kepala, leher, dada dan punggung burung tersebut. Ayat (2011) menyatakan saat berbiak, warna putih pada bagian kepala, leher, dada dan punggung menjadi jingga pupus sedangkan pada kaki menjadi merah terang. Lahan basah Desa Tanjung Rejo sangat berperan penting dalam masa berbiak burung Bubulcus ibis sebagai habitat, tempat berlindung, tempat membesarkan anakan dan berbiak burung tersebut. Pada saat ini sebagian lahan basah di Desa Tanjung Rejo digunakan sebagai tempat pemancingan massal setiap hari libur dan hari besar. Keadaan ini secara langsung

akan mengganggu aktivitas perilaku harian burung-burung di Desa Tanjung Rejo, salah satunya perilaku pembentukan pasangan saat berbiak.

Status konservasi burung Bubulcus ibis adalah Least concern dan habitat burung Bubulcus ibis di Desa Tanjung Rejo telah terganggu karena lahan yang berkurang akibat dijadikannya tempat pemancingan umum. Untuk mengetahui perilaku pembentukan pasangan di kawasan tambak Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara maka dilakukan penelitian bagaimana perilaku pembentukan pasangan burung Bubulcus ibis saat musim berbiak tiba.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pembentukan pasangan di kawasan hutan mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2015 di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Sumatera Utara. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera semi SLR, handycam, tallysheet, jam tangan, papan ujian dan alat tulis. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Focal Animal Sampling. Penentuan burung Bubulcus ibis dilakukan secara acak pada lokasi penelitian dengan mengambil 5 sampel pasangan burung Bubulcus ibis yang sedang berbiak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku pembentukan pasangan burung kuntul terdiri dari perilaku mengundang pasangan.

1. Perilaku Mengundang Pasangan

Perilaku mengundang pasangan oleh burung Bubulcus ibis jantan terjadi di ranting- ranting pohon Rhizopora apiculata ataupun ranting-ranting semak di kawasan mangrove seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Burung Bubulcus ibis yang sedang melakukan pengundangan pasangan di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo.

Proses mengundang pasangan diawali dengan pembuatan sarang setengah jadi yang dibuat oleh Bubulcus ibis jantan. Selanjutnya jantan akan mencari pasangan untuk kawin dan

sebanyak 6 kali. Setelah itu Bubulcus ibis melakukan goyangan kepala dengan cara menggoyang-goyangkan kepala ke kanan dan ke kiri secara teratur sebanyak 10 kali. Setelah itu Bubulcus ibis jantan memekarkan bulu indahnya seperti burung merak dengan menaikkan bulu-bulunya yang diawali dengan bulu kepala kemudian disusul dengan bulu punggung dan ekor.

Perilaku memekarkan bulu ini dilakukan dengan tujuan agar Bubulcus ibis betina tertarik saat melihat Bubulcus ibis jantan. Bulu jantan yang sedang berbiak saat dimekarkan tampak sangat indah dibandingkan bulu betina. Gerakan selanjutnya adalah jantan merendahkan tubuh dengan setengah duduk kira-kira setengah dari tinggi tubuhnya dengan tujuan menghormati dan menghargai Bubulcus ibis betina.

Hasil analisis deskriptif terhadap perilaku mengundang pasangan terdiri dari 1) Mengeluarkan suara-suara indah 2) goyangan kepala yang dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan kepala ke kiri dan ke kanan, 3) Menegakkan tubuh, 4) Mengepakkan bulu sayap 5) Memekarkan bulu-bulu indah, 6) Merendahkan tubuh. Dari pengamatan yang dilakukan perilaku yang paling dominan burung Bubulcus ibis adalah Berdiri sambil mengeluarkan suara indah sekitar 25% atau 600 menit dalam sehari. Perilaku yang paling rendah aktivitasnya yaitu Mengayunkan tubuh untuk kembali ke posisi semula sekitar 10%. Mengeluarkan suara sering dilakukan Bubulcus ibis karena untuk menarik perhatian burung betina. Persentase perilaku mengundang pasangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Perilaku Mengundang Pasangan

Keterangan:

A: Berdiri tegak sambil mengeluarkan suara indah

B:Menegakkan dan membentuk kipas dengan plumae scapulanya C: Mengayunkan tubuh

D: Membuka salah satu sayapnya

E: Menelisik atau menarik-narik bulu primer F: Leher dan kepala ditegakkan

G: Merendahkan tubuh dengan menekuk kaki

H:Mengayunkan tubuh untuk kembali ke posisi semula

Secara umum perilaku pengundangan pasangan semua jenis Kuntul hampersama salah satunya perilaku pengundangan pasangan pada Bubulcus ibis. Menurut Rukmi (2002), burung-burung jantan yang siap untuk berbiak akan menentukan teritori terlebih dahulu, yang kemudian digunakan sebagai tempat atraksi (display). Jantan berdiri tegak, menegakkan dan membentuk kipas dengan plumae scapularnya, kemudian mengayun-ayunkan tubuh. Dilanjutkan dengan membuka salah satu sayap, menyentuh, menelisik atau menarik-narik bulu sayap primer. Setelah itu biasanya diikuti dengan stretch display (leher dan kepala ditegakkan) dengan gerakan menusuk vertikal, merendahkan tubuh dengan menekuk kaki

tetapi leher dan kepala tetap vertikal, tubuh sedikit diayun untuk kemudian kembali ke posisi semula. Adapun Bubulcus betina yang menolak dijadikan pasangan oleh Bubulcus jantan karena Bubulcus betina tidak tertarik dengan ritual pengundangan pasangan yang dibuat oleh Bubulcus jantan. Bubulcus betina yang menolak Bubulcus jantan akan pergi meninggalkan jantan saat ritual pengundangan pasangan berlangsung setengah ritual.

Menurut Korlandt (1995) dalam Jumilawaty (2006), courtship (percumbuan) dan pembentukan pasangan dimulai dengan mempertunjukkan gerakan–gerakan mengundang pasangannya oleh jantan berupa gerakan sayap yang teratur (wing-waving). Selanjutnya betina akan memilih untuk menerima atau menolak jantan berdasarkan tarian yang dipertunjukannya, karena setiap gerakan yang ditunjukkan oleh jantan memiliki arti khusus yang dimengerti dan dikenal oleh betina.

Bubulcus jantan yang sudah menemukan pasangan akan membawa pasangannya ke sarang setengah jadi yang dibuat oleh dirinya sebelum mengundang pasangan untuk meneruskan pembuatan sarang sampai jadi. Proses pembangunan sarang dilakukan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Sepasang Bubulcus ibis yang sedang meneruskan membangun sarang setengah jadi di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo.

Menurut Hoyo et al., 1992 dalam Jumilawaty (2004), jantan akan mencari tempat yang sesuai untuk membangun sarang yang akan digunakan selama musim berbiak dan akan melakukan display untuk mengundang pasangannya.

Menurut Rukmi (2002), pasangan yang terbentuk membutuhkan sarang untuk meletakkan telurnya. Kedua individu (pasangan) sama-sama berada di tempat sarang akan dibangun. Diasumsikan bahwa jantanlah yang mencari bahan sarang dan mengoperkannya pada betina dari paruh ke paruh. Setelah itu jantan akan pergi lagi, terkadang setelah berdiri beberapa saat. Bahan sarang biasa berupa ranting yang segar (baru dipatahkan) maupun ranting dari sarang lain yang ditinggalkan. Dalam satu hari jantan biasa pulang-pergi beberapa kali. Terkadang betina juga mencari bahan sarang sendiri yang terletak tidak jauh dari sarang.

KESIMPULAN

UCAPAN TERIMA KASIH

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam memberi dana Penelitian Hibah Fundamental 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Ayat, A. 2011. Burung-burung Agroforest di Sumatera. In: Mardiastuti A, eds. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 112 p.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Daerah Deli Serdang.

Jumilawaty, E. 2004. Karakteristik Perkembangan Dan Kurva Pertumbuhan Anakan Pecuk Hitam (Phalacrocoras sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocoras niger) Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta. Jurnal Komunikasi Penelitian 16 (5).

Jumilawaty, E. 2006. Perilaku Harian Pecuk Hitam (Phalacrocoras sulcirostris) Saat Musim Berbiak Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. Jurnal Biologi Sumatera. 1 (1). FMIPA USU Medan.

Mardiastuti, A. 1999. Habitat and Nest-Site Characteristic of Waterbirds in Pulau Rambut Nature Reserve, Jakarta Bay, Indonesia. [Disertasi]. Michigan State University: Amerika Serikat.

Rukmi, D. S. 2002. Perilaku dan kompetisi Interspesifik Kuntul Besar (Egretta alba Linnaeus 1766) dan Cangak Merah (Ardea purpurea Linnaeus 1766) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

HUBUNGAN ANTARA KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2016 (Halaman 102-107)