• Tidak ada hasil yang ditemukan

Garis Besar Isi Amoris Laetitia

Dalam dokumen CINTA KASIH SEBAGAI BASIS PERKAWINAN: (Halaman 87-91)

BAB III. CINTA KASIH PERKAWINAN DALAM FAMILIARIS

3.4. Latar Belakang Lahirnya Amoris Laetitia

3.4.2. Garis Besar Isi Amoris Laetitia

Anjuran Apostolik Amoris Laetitia ditulis sebanyak 325 paragraf dan dijabarkan dalam sembilan bab. Tujuh paragraf pendahuluan (artikel 1-7) menjabarkan kompleksitas dari kenyataan hidup keluarga.

Bab pertama (Artikel 8-30) Amoris Laetitia merupakan refleksi berdasarkan Kitab Suci. Dalam Kitab Suci banyak kisah-kisah mengenai keluarga, kelahiran, asmara dan permasalahan dalam keluarga.114 Dengan demikian persoalan keluarga bukanlah suatu konsep tetapi lebih pada sesuatu hal yang harus diwujudkan. Karena sabda Allah dalam Kitab Suci bukan ide abstrak melainkan sumber kenyamanan dan penyetaraan bagi setiap keluarga yang mengalami kesulitan.

Pada bab kedua (artikel 31-57) berbicara mengenai pengalaman dan tantangan dalam berkeluarga. Situasi-situasi keluarga saat ini yang penuh dengan masalah merupakan inti dari nasihat ini. Antara lain masalah pemikiran anti kelahiran, bioteknologi, pendidikan anak, sampai pada perceraian. Maka dengan

113 Bahan diambil dari buku “Kasih dalam Keluarga: Ringkasan Nasihat Apostolik Amoris Laetitia”, terjemahan dari Summary of Amoris Laetitia: On Love in the Family, Vatican Press Office, 2016, diterbitkan oleh Pusat Studi Ignasian.

114 Amoris Laetitia, art. 8.

70

jelas dikatakan agar memberikan perhatian khusus terhadap kenyataan-kenyataan hidup tersebut dan melalui hal tersebut, Gereja juga akan selalu dibimbing menuju pada sebuah pemahaman yang lebih dalam misteri pernikahan dan keluarga yang tidak ada habisnya. Sebaliknya jika gagal mendengarkan kenyataan-kenyataan hidup, kita tidak bisa mengerti kehidupan masa kini maupun kehendak Roh Kudus.

Bab Ketiga (artikel 58-88) berjudul Panggilan dalam Keluarga. Dalam bab tiga ini dikatakan penting karena ketiga puluh paragrafnya secara ringkas melukiskan panggilan dalam keluarga menurut ajaran Injil yang selalu ditegaskan oleh Gereja. Dalam bab ini juga banyak mengambil kutipan dari Gaudium et Spes, Humanae Vitae dan Familiaris Consortio. Refleksi ini juga memuat mengenai keluarga-keluarga yang bermasalah. Berkaitan dengan hal ini perlu diingat prinsip agar para Pastor menghindari pertimbangan-pertimbangan yang tidak memperhitungkan kompleksitas situasi yang beragam, dan mereka yang seharusnya menjadi perhatian.

Pada bab keempat (Artikel 89-164) membahas mengenai cinta dalam sebuah perkawinan yang diperjelas melalui hymne Santo Paulus mengenai kasih dalam 1 Kor 13:4-7. Pada bagian pembuka merupakan penafsiran atas teks tersebut yang menggambarkan kasih secara nyata. Dilanjutkan dengan pengetahuan secara psikologis dari dunia emosional suami-isteri baik positif maupun negatif, dan dimensi erotis dan cinta. Hal ini merupakan kontribusi yang besar dan berharga bagi kehidupan perkawinan keluarga Kristiani yang belum

71

pernah ada dalam dokumen kepausan sebelumnya. Kemudian bab ini diakhiri dengan refleksi penting mengenai “transformasi cinta”.

Bab kelima (Artikel 165-198) berjudul cinta yang membuahkan berfokus pada keberhasilan cinta dan prokreasi (reproduksi). Bab ini berbicara mengenai penyambutan hidup baru, mengenai periode penantian selama kehamilan, cinta seorang ibu dan ayah. bab ini juga berbicara mengenai keberhasilan dari adopsi yang diperluas, mengenai penyambutan kontribusi keluarga untuk meningkatkan

“budaya pertemuan” dan kehidupan berkeluarga dalam arti luas yang meliputi bibi, paman, sepupu dan saudara dari kerabat, teman-teman. Amoris Laetitia tidak berfokus hanya pada keluarga inti karena sadar bahwa sebuah keluarga itu merupakan jaringan yang lebih luas yang terdiri dari berbagai hubungan.

Pada bab keenam (artikel 199-258), Amoris Laetitia membahas berbagai perspektif pastoral yang ditujukan untuk pembentukan keluarga yang kokoh. Bab ini menegaskan bahwa keluarga tidak hanya menerima Injil, tetapi mereka juga harus memberitakan Injil. Pada bab ini dijelaskan mengenai persiapan pertunangan untuk sebuah perkawinan, mengenai hal-hal yang mengiringi pasangan di tahun-tahun pertama kehidupan perkawinan, termasuk permasalahan mengenai situasi kompleks dan krisis. Selanjutnya juga dijelaskan mengenai orang-orang yang ditinggalkan, terpisah dan cerai. Nasihat yang diberikan menekankan pada pentingnya perubahan pada prosedur pembatalan perkawinan.

Bagian ini juga membahas mengenai perkawinan beda Gereja dan beda agama.

Bab ketujuh (artikel 259-290) didedikasikan untuk pendidikan anak-anak:

pembentukan etika, pembelajaran tentang kedisiplinan yang meliputi hukuman,

72

realisasi kesabaran, pendidikan seks, penyampaian iman dan secara lebih umum, kehidupan keluarga dalam konteks pendidikan. Bagian penting dalam pendidikan yang juga dibahas dalam bab ini yakni mengenai seksualitas. Pada zaman ini seksualitas cenderung dianggap sepele dan diacuhkan, maka pendidikan yang peduli pada soal tersebut perlu dilakukan dalam kerangka yang lebih luas mengenai pendidikan cinta, yakni untuk saling memberi.

Bab delapan (artikel 291-312) berisi ajakan untuk bermurah hati dan pemahaman pastoral terhadap situasi yang tidak sepenuhnya sejalan dengan kehendak Tuhan. Tiga kata yang sangat penting dalam bab ini ialah menuntun, memahami, dan menyatukan menjadi dasar untuk merujuk pada kerapuhan dan kerumitan maupun situasi-situasi yang tidak biasa. Bab ini memiliki bagian-bagian mengenai kebutuhan terhadap tahap-tahap dalam kepedulian pastoral, pentingnya pemahaman, norma dan pengurangan keadaan dalam pemahaman pastoral, dan pada akhirnya hal yang disebut “logika kemurahan hati” dalam pelayanan menghadapi berbagai permasalahan dan situasi yang tidak biasa. Juga pada bab ini dibahas bagaimana mereka yang telah dibaptis namun bercerai dan menikah lagi agar tidak perlu merasa dikucilkan melainkan tetap aktif dan bertumbuh dalam Gereja. Keseluruhan bab ini ingin mengajak agar orang beriman dalam situasi yang sulit untuk berbicara kepada Pastor atau awam yang mengabdikan hidupnya kepada Tuhan agar mendapat pencerahan. Dan agar para Pastor juga membantu mereka dengan tulus hati dan murah hati agar mereka dapat hidup lebih baik.

73

Terakhir bab Sembilan (artikel 313-325) ditujukan untuk spiritualitas dalam perkawinan dan keluarga. Spritualitas perkawinan termasuk di dalamnya saat-saat bahagia, santai, perayaan atau bahkan seksualitas dapat dialami sebagai bagian dari hidup yang penuh kebangkitan. Dalam paragraf terakhir ditegaskan bahwa tidak ada keluarga yang benar-benar turun dari surga dan sempurna;

keluarga senantiasa perlu untuk tumbuh dan menjadi dewasa melalui kasih.

3.5. Ajaran Amoris Laetitia tentang Cinta Kasih Perkawinan

Dalam dokumen CINTA KASIH SEBAGAI BASIS PERKAWINAN: (Halaman 87-91)