• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumbangan Amoris Laetitia

Dalam dokumen CINTA KASIH SEBAGAI BASIS PERKAWINAN: (Halaman 166-170)

BAB V. PENUTUP

5.2. Sumbangan Familiaris Consortio dan Amoris Laetitia

5.2.2. Sumbangan Amoris Laetitia

5.2.2.1. Merayakan Cinta Kasih dan Pengampunan

Tema cinta kasih mengambil pokok yang utama dalam Amoris Laetitia.

Uskup E. Kurtz dari Louisville yang menjadi anggota Sinode pada tahun 2014 dan 2015 mengatakan “Amoris Laetitia juga merupakan surat cinta yang memanggil Gereja, keluarga Allah untuk mewujudkan lagi dan lagi misiNya untuk hidup dan cinta sebagai keluarga”.241 Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (13:4-7) menjadi dasar bagi permenungan teologis dan diskursus spiritual Paus Fransiskus dalam menempatkan cinta dalam keluarga. Melalui Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus tersebut dinyatakan tentang sifat kasih yang sabar dan murah hati. Dengan kesabaran dan kemurahan hati maka Gereja bisa tampil sebagai

241 Fr. Kuriakose Poovanthumkudy, Amoris Laetitia: A Loving Family Exhortation of Pope Francis, dalam Word and Worship, Vol 49, No 2, April-Juni 2016, hlm 184.

149

Wajah Kerahiman Ilahi; Gereja sebagai tempat bagi orang-orang berdosa bisa kembali kepada-Nya. Wajah Kerahiman Allah bukanlah sikap arogan dan penekanan tentang benar-salah, melainkan toleran dan mau mendengar serta berjalan bersama orang berdosa sehingga merekapun bisa kembali ke jalan kebenaran.

Mengutip St. Thomas Aquinas, Paus mengatakan “Sesudah kasih menyatukan kita dengan Allah, kasih perkawinan adalah ‘bentuk persahabatan tertinggi’”242. Hal ini ingin mengungkapkan penghargaan yang tinggi pada pasangan yang menikah untuk menguatkan dan mengikat cinta mereka satu sama lain. Kasih perkawinan dilihat dalam realitas kasih Allah dan persahabatan. Kasih bukanlah konseptual, ide filosofis, tetapi kasih adalah hubungan yang mempersatukan semua orang, yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, dan Allah sendiri adalah Kasih.

Tidak hanya merayakan sukacita kasih namun juga pengampunan dan ini menjadi sumbangan yang penting pula. Amoris Laetitia diterbitkan pada Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi. Paus Fransiskus sendiri menulis “Seruan Apostolik ini bertepatan masanya di Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi”243. Penekanan pada tema kerahiman, Paus mengatakan “Saya yakin bahwa seluruh Gereja dapat menemukan pada Yubileum ini, sukacita untuk menemukan kembali dan merasakan pengampunan Allah, dimana kita semua dipanggil untuk memberikan penghiburan kepada setiap orang”.244 Tema pengampunan menjadi hal penting

242 Amoris Laetitia, art. 123.

243 Amoris Laetitia, art. 5.

244 Fr. Kuriakose Poovanthumkudy, Amoris Laetitia: A Loving Family Exhortation of Pope

150

dalam Amoris Laetitia karena di dalam keluarga, masing-masing anggota keluarga belajar bagaimana menunjukkan cinta dan pengampunan kepada yang lain serta menunjukkan ikatan relasi yang kuat dalam keluarga sehingga membuat anggota keluarga menjadi lebih kuat dan abadi.

5.2.2.2. Pastoral Keluarga

Amoris Laetitia berbicara banyak mengenai pastoral keluarga dan ini menjadi sumbangan tersendiri. Dapat dikatakan Amoris Laetitia begitu detail berbicara mengenai pastoral keluarga. Di dalamnya terdapat beberapa aspek pastoral keluarga antara lain: pastoral ekonomi keluarga, pastoral terhadap pengungsi, pastoral terhadap keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, pastoral lanjut usia, pastoral penanganan serta pencegahan adiksi alkohol, judi dan narkoba, pastoral terhadap aborsi dan pengontrolan kelahiran, pastoral terhadap pasangan sesama jenis.

Kemudian juga terdapat pastoral bagi keluarga dalam kondisi khusus seperti keluarga dalam perkawinan tidak sah, keluarga dengan orangtua tunggal, keluarga yang sudah bercerai dan tidak menikah lagi, serta keluarga yang sudah bercerai dan menikah lagi. Paus Fransiskus melihat dengan tantangan keluarga yang kompleks pada masa kini, dibutuhkan pastoral. Paus Fransiskus menekankan pastoral sejatinya digerakkan oleh kasih sayang Gembala Baik, yang mengetahui bahwa setiap kasus hukum terdapat pribadi-pribadi yang mengharapkan keadilan. Pastoral tidak dilihat dari penerapan hukum saja Francis, dalam Word and Worship, Vol 49, No 2, April-Juni 2016, 188.

151

melainkan dengan kebijaksanaan dan kepandaian untuk mengambil kebijakan yang adil dan sesuai dengan situasi yang kompleks.

Paus Fransiskus mengajak umat merenungkan kata ‘pastoral’ karena berkembang pemikiran yang keliru yang mempertentangkan antara pastoral dengan hukum. Paus Fransiskus menekankan bahwa pastoral dan hukum tidak bertentangan. Dalam setiap masalah, tidak hanya dilihat menurut peraturan umum, melainkan dibaliknya seorang manusia dengan martabat pribadi yang khas.245

Pastoral yang diserukan oleh Paus Fransiskus adalah mengajak Gereja menghadapi persoalan dalam keluarga dengan cinta. Seruan yang mengingatkan bahwa Gereja tidak hanya menekankan nilai perkawinan yang ideal dalam keluarga namun bisa bersikap berani menyadari hidup keluarga yang diwarnai dengan macam-macam potensi masalah dan kompleksitas persoalan hidup. Cinta yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus adalah cinta sejati Tuhan dengan umat-Nya.246 Cinta sejati yang tulus Tuhan berikan kepada umat-Nya dengan mengorbankan Putra-Nya yang tunggal. Cinta yang demikian akan membangun pengertian tentang keadaan keluarga yang sebenarnya dimana ada rasa tulus dan pengorbanan.

Kebutuhan pastoral yang dibutuhkan hari ini adalah kepedulian tentang kegagalan hidup keluarga. Pastoral ini diharapkan dapat memberi peneguhan atas nilai keluarga dan menghindari mereka dari kegagalan. Kepedulian ini dibentuk dari kesadaran untuk mengkualifikasi keadaan dari aspek psikologi, aspek sejarah,

245 Walter Kasper, Injil Tentang Keluarga, (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2014), 36.

246 Amoris Laetitia, art. 292.

152

bahkan aspek biologis. Kesadaran ini juga membutuhkan belas kasih dan kesabaran dari pertumbuhan pribadi.

Refleksi tentang pastoral keluarga dengan cinta merupakan refleksi dari Tahun Suci Kerahiman Ilahi. Tahun Suci yang didedikasikan pada belas kasih karena macam-macam situasi yang terjadi dalam keluarga. Paus Fransiskus meminta Gereja untuk menyerukan belas kasih Tuhan yang memiliki cara untuk masuk dalam pikiran dan hati setiap keluarga.247 Gereja, sebagai pengantin Kristus, harus mengikuti pola prilaku dari Putra Allah yang datang ke hati setiap orang tanpa terkecuali.

Dalam dokumen CINTA KASIH SEBAGAI BASIS PERKAWINAN: (Halaman 166-170)