• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan 1 .Lokasi Data

Dalam dokumen ILMU JATI PENGUAT JATI DIRI (Halaman 157-161)

SEMATAN PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

M. Hermintoyo Fakultas Ilmu Budaya

4. Hasil dan Pembahasan 1 .Lokasi Data

Sebagai tempat wisata Bandungan merupakan tempat yang ramai dikunjungi wisatawan, terutama wisatawan lokal. Bagi yang merasa penat atau ingin refresing kebanyakan mereka menginap di hotel-hotel atau vila yang cukup banyak. Selain itu Bandungan yang berhawa sejuk terkenal dengan buah dan sayuran yang murah tidak mengherankan kalau Bandungan juga merupakan pasar buah dan sayuran. Melihat kenyataan tersebut sangat menarik jika dilihat aktivitas berbahasanya. Sebagai kajian sosiolinguistik cukup memadai.

4.2. Data Percakapan

No. Partisipan Topik Maksud Tutur Ragam bahasa. 1. beberapa sopir main judi informasi santai, akrab 2. penjual togel kenaikan informasi santai, akrab pelanggan harga-harga

penjual (wrng nasi) penulis, dan teman penulis

3. Analisis Data Berdasarkan SPEAKING

Di atas pada bab kerangka teoritis telah diuraikan mengenai akronim SPEAKING dengan demikian analisis data berdasarkan SPEAKING dapat diuraikan sebagai berikut.

Data I. Percakapan beberapa pemain judi dan penonton ( sopir-sopir yang sedang ngetem di pasar Bandungan). Suasana hiruk pikuk. Penulis mengamati sambil melihat permainan judi kiu-kiu yang dipadukan dengan karambol. Pemain empat orang, sisanya sebagai penonton.

P1: Pateni wae!

P2: Wis ora nggota tenan. P3: Nah, aku ngandang!

Pn : Pret! Ayo mlaku. Kesuwen! Tak gantine piye!

P4: La, iki bocahe!Wis, kowe ora susah ngrusuhi, ndak kalah! P1: Kena limangatus, ora duwe Q khan?

P2: Wah, Jack. Kena aku. P3: Piye mati?

P2: Durung.

P4: Asu malah mateni aku. Ndi pathine ben lancar! Wah, malah mlesat ke luar. Asu tenan kok. Apes....apes...apes!

Pn: Kowe kecaplok nogo dino. Wis tak ganti wae, kae ono angkutan!

Keterangan: P1,2,3,4 (Pemain 1,2,3,4) Pn (Penonton)

Pret (Kampret) Q (Queen)

Setting terjadi di Bandungan tepatnya di tempat kendaraan angkutan umum dekat pasar, waktu percakapan sekitar pukul 11.00-12.00-an.

Partisipan para sopir yang sedang ngetem. Jenis kelamin laki-laki semua, umurnmya sepadan sekitar 20 samapai 25 tahunan.

Ends, yaitu hasil yang diharapkan dari percakapan tersebut adalah tujuan untuk memberikan informasi bagaiamana pelaksanaan permainan itu dan mencapai tujuan, menang, menggantikan, atau sekedar iseng belaka.

Act sequence, yaitu ketepatan penggunaan kata sudah sesuai yaitu pilihan kata dalam permainan seperti kata:ngandang, Q(queen), Jack

Key yang digunakan dengan cara santai , kadang berteriak bahkan ditandai pula dengan bahasa nonverbalnya, weajah bersungut-sungut, melempar uang pembayaran, garuk-garuk kepala dsb. Ragam yang dipakai adalah ragam santai akrab, bahasa yang mererka pakai adalah bahasa Jawa ngoko, pendek-pendek dan ada kata-kata khas.Di dalam percakapan itu ada campur kode, yaitu selipan pemakaian bahasa Indonesia ke luar pada percakapan berbahasa Jawa yang mereka lakukan.

Instrumentalities yang dipergunakan secara lisan, secara aktual ditandai dengan jargon bahasa perjudian, misalnya kata: ngandang,Queen, Jack, mati.

Norms of interaction and interpretation sesuai dengan norma-norma bahasa diperjudian, nilai kesopanan kadang tidak berlaku, misal panggilan Pret (Kampret) artinya seperti kelelawar, umpatan asu.

Genre yang sesuai adalah genre komunikasi biasa dalam percakapan perjudian. Data II: Percakapan di seberang kanan jalan dekat permainan judi. Tempat penjual togel dan warung makan. Suasana agak sepi. Penulis bersama satu teman pengamat berusaha menyadap percakapan dengan cara beli minuman dan makan nasi.

PTgl.: Metune 2071.

Pbl : Remuk dapusi Aseng!

Tambah meneh di bebani listrik...mundak!

Mundake umpak-umpakan Wolungpuluh ewu.Jal Piye Kuwi? PTgl: Wong cilik sakjane menggik menthol.

PWrng: Apane sing menggik menthol? PTgl: Uripe!

Pbl :Perang sisan, entek sisan! Presidene ganti yo tetep.

PTgl : Kudune wis telung presiden, ganti wae presidene Timbul (Pelawak) yen macem- Macem dijewer.

Pbl : Megawati dadi Presiden malah koyo ngene! PTgl : Jane ora setuju, kabeh dipolitisi!

Pbl : Podho umume presiden utowo pejabate sugih disik. Ora koyo ning Indonesia . Bales dendam ngetoke akeh, main politik uang akhir-akhire yo golek balen.Wah Yo ngene iki kedadeyane.

PTgl: Yen ngerti telepone bu Mega langsung tak telpon. Pnl. : Demo mawon luwih sekeco!

PTgl : Nunggu disidang sik, rakyat selak menggik menthol.

Gini mas, masalahnya pemimpin kita itu melihatnya ke arah luar negeri, ora Ndelok kekuatan rakyat. Ning kono nganggur dibayar ning kene ... mangan opo!? Pnl : Pemerintah naikkan harga khan kanggo sing 900 watt ke atas, 450 khan ora. Pbl : La gimana Mas, wong diharuskan 900 kok. Wah, tanggaku malah mumet pasang

1300 watt saiki ora bisa mbayar. Petengan!

Pnl : Yo nganggo senthir!

Pbl : Senthir piye , irunge iso ireng kabeh! Nah, beras juga naik, piye jal? Pnl : Lho, kan ada beras murah Rp 2.500,00

PTgl: Beras koyo ngono kok dipakake wong, apek, ra enak. Ora ono lawuh ning segane Enak, karo gereh yo enak! Coba njenengan rasake sego wau, rojo lele enak khan! Yu, ora dicampuri tho!

PWrg: Edan, kowe ora payu no daganganku.

Keterangan: PTgl: Penjual Togel (toto gelap); Pbl : Pembeli;

PWrng : Penjual Warung Pnl : Peneliti

Aseng : Nama bos/ bandar judi di Semarang; Menggik menthol: susah bernafas/setengah mati;

Setting di Bandungan , tepatnya dekat mobil angkutan umum ngetem dekat pasar; waktu pembicaraan sekitar pukul 12.00-an. Setting dan scene menentukan konteks pembicaraan terjadi, seperti pembicaraan yang wajar tentang Presiden diubah dalam suasana humor dengan

ucapan‖Presidene Timbul yen macem-macem dijewer‖

Participant terdiri dari penjual togel, pembeli, penjual nasi, penulis dan teman penulis. Interaksi berjalan lancar bahkan saling mengisi dalam memberikan informasi. Misalnya, percakapan di awali dari penjual togel dengan memberikan informasi ke luarnya nomor togel, di terima pembeli dengan kekecewaannya tidak nembus karena ditipu Aseng (bandar judi) bahkan kekecewaannya merupakan informasi baru bagi pendengar di situ kalau dia mendapat persoalan dengan naiknya rekening telepon. Akhirnya pembicaraan ke pemerintahan pimpinan Megawati. Karena penjual togel tahu ada penulis dan teman yang dianggap tahu tentang permasalahan dan asing, dalam pembicaraannya yang tadinya memakai bahasa Jawa ngoko, terjadi campur kode dengan memakai bahasa Indonesia ―Gini mas, masalahnya pemimpin kita itu melihatnya ke arah

luar negeri, ora ndelok kekuatan rakyat. Ning kana nganggur di bayar ning kene mangan opo?” Jadi, terlihat siapa berbicara dengan siapa, pendidikannya apa, statusnya apa. Anggapan mereka peneliti adalah orang yang tahu permasalahan, terutama tentang kenaikan harga dikuatkan dengan banyaknya teman peneliti yang sedang mewancarai pedagang di pasar yang kadang memberikan salam ke peneliti.

Ends yang diperoleh dalam pembicaraan itu, masing-masing partisipan memperoleh hasil dari tujuan masing-masing, pembeli memperoleh tanggapan dari keluhannya, penjual togel bersemangat menjelaskan pemerintahan dengan presidennya serta pemerintahan yang mengacu ke luar negeri tanpa melihat kemampuan dan kondisi rakyat Indonesia, sementara penulis dan teman penulis mendapatkan data percakapan yang benar-benar hidup tanpa memancing percakapan. Act sequence , sesuai dengan mengacu pada bentuk aktual dan isi yang dibicarakan, dengan pilihan kata ―metune 2071‖, ―remuk diapusi Aseng‖ sebagai topik togel, kemudian berubah ke persoalan harga naik dengan kata ―menggik menthol‖ sebagai sesuatu ketidakberdayaan rakyat

kecil. Persoalan pemerintahan pun keluar dengan rasa menyesalkan kenapa sudah tiga presiden bahkan di tangan Presiden Megawati malah terjadi permasalahan seperti itu, kata-kata politis akhirnya muncul, misal dengan sindiran

―ganti wae presidene Timbul‖, ― Podho umume presidene sugih disik. Ora koyo ning Indonesia”, “Nunggu di sidang sik, rakyat selak menggik menthol‖, bahkan rasa mencibir itu muncul juga dengan tawaran beras murah ―Beras koyo ngono kok dipakake wong, apek” Topik itu sesuai dengan suasana sekarang sehingga terlihat gayeng dan mendapat respon.

Key atau cara dilakukan dengan santai dan akrab, sesuai dengan ragam bahasa Jawa ngoko, kalimatnya pendek-pendek dengan kata-kata khas seperti, ―metune 2071,” “remuk diapusi Aseng‖dsb. Cara nonverbalnya terlihat di mimik mereka ketika berbicara baik secara guyon maupun serius dalam menjelaskan topik.

Instrumentalities, yaitu cara pilihan berkomunikasi dalam percakapan itu memakai ragam lisan santai dan akrab, register yang dipakai juga tepat, misalnya kata‖metune 2071”, ―diapusi Aseng‖ untuk profesi penjual togel.

Norms of interaction and interpretation tampak dalam aturan-aturan berbicara, kapan partisipan saling mengisi percakapan, kapan berhenti berbicara, mendengarkan, mengajukan topik dsb. Tahu dengan siapa berbicara, bahasa apa yang dipakai kesemuanya itu muncul tanpa dipikir dahulu, tetapi muncul dengan sendirinya aturan-aturan itu.

Genre yang dipakai adalah bahasa sehari-hari ragam ngoko sesuai dengan settingnya pembicaraan tanpa terencana di warung.

Sesuai dengan pendapat Nababan (1991:52-53) bahwa dalam berkomunikasi ada tata caranya , yaitu : a) mengatur apa sebaiknya yang kita katakan, pada waktu apa, dan kapan; (2) ragam bahasa apa yang digunakan; (3) kapan dan bagaimana kita giliran berbicara, dan kapan menyela; (d) kapan kita diam, dan jangan berbicra, dan dengan siapa kita berbicara.

E. Simpulan

Berdasarkan pembicaraan di atas dapat disimpulkan:

1. data di lapangan cukup memadai untuk dikaji karena data hidup tanpa direkayasa; 2. teori sosiolinguistik secara umum dapat diterapkan dalam praktik langsung ke lapangan; 3. secara khusus formula percakapan SPEAKING dari Hymes mampu menjawab persoalan

variasi berbicara dengan faktor-faktor yang melingkupi sebagai etnografi komunikasi.

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar.1989. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Anwar, Khaidir.1995. Beberapa Aspek Sosio-kultural Masalah Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Appel.R. dkk.1976. Sociolinguistiek, Het Spectrum. Antwerpen/Utrecht.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. New York: Cambridge University Press.

Ibrahim Abd. Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya: Usaha Nasional.

Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Ohoiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Visipro.

Panggabean, Maruli (ed.). 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia. Pateda , Masyur. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: ILDEP- Kanisius. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: ILDEP- Duta Wacana University Press. Suhardi, Basuki dkk. (Penerj.) 1995. Teori dan Metode Sosiolinguistik I,II,III. Jakarta:Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Supatra, Hendarto.1994. ―Sosiolinguistik‖. (Hand out). Semarang: Fak. Sastra Undip.

Suwito. 1982. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset. Umar, Azhar dan Delvi Napitupulu. 1994. Sosiolinguistik dan PsikolinguiastikSuatu Pengantar.

Medan: Pustaka Widyasarana.

Dalam dokumen ILMU JATI PENGUAT JATI DIRI (Halaman 157-161)