ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV. A.2.d.3 Identitas diri pada domain hubungan dengan teman (relationship with friends)
IV.A.2.d.3.a. Eksplorasi
Kriteria yang menunjukkan ada atau tidaknya eksplorasi yang dilakukan Lina dalam menentukan identitas diri pada domain hubungan dengan teman dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Pengetahuan (Knowledgeability)
Lina dan teman-temannya saat ini memiliki hubungan yang lebih dekat sejak mereka mulai sering menghabiskan waktu untuk saling bercerita dan pergi bermain bersama. Lina merasa cocok berteman dengan mereka. Kedekatan itu berawal sejak mereka kelas dua SMK, saat itu Lina juga masih mengamat-amati perilaku teman-temannya di sekolah. Ia pun menjalin pertemanan dengan semua orang sambil memperhatikan sifat teman-temannya. Akhirnya, Lina yang berinisiatif untuk mendekati dan berkenalan dengan teman-teman dekatnya saat ini.
“Kemarin itu kami dekat, mulanya sih apa kak, hanya main-main gitu aja kan. Tapi kan kami cerita-cerita gitu kan, enaklah orang itu dikawanin. Karena kurasa orang itu pulak yang lebih enak dikawanin dari pada yang lainnya”
(R2.W3/b.305-310/hal.111)
“Semenjak masuk kelas dua lah. Karena kelas satu kan belum tahu kita kayak mana jiwa-jiwanya. Terus dikawan-kawani, dikawan-kawani lah semua, ternyata yang pertama kali kita jumpa kelas satu, kita kira baik, rupanya aneh-aneh tingkahnya. Kelas dua terasa lah siapa yang bisa dikawani gitu”
“Duluan aku yang sapa orang itu kak. Kalo sama aku kalau mau berteman gitu kan apa aku, lebih aku menduluani dari pada aku nunggu-nunggu minta kenalan dulu orang itu. Kalo aku nggak terlalu malu sih sama orang..” (R2.W3/b.403-408/hal.113)
Awalnya Lina merasa tidak percaya diri saat bergaul dengan teman-temannya. Ia merasa malu ketika bercerita tentang kondisi keluarganya pada teman-teman sehingga ia memutuskan untuk tidak terbuka apalagi bercerita tentang masalah keluarganya pada teman-temannya. Saat menghabiskan waktu dengan temannya, Lina memilih untuk membicarakan hal yang lain seperti tentang sekolah dan tetap merasa dekat dengan teman-temannya. Ia mengakui sebelum dirinya duduk di bangku SMK, dia adalah seorang gadis yang tertutup dan selektif dalam memilih teman. Saat itu dia memilih berteman dekat hanya dengan satu orang dan tidak memiliki keinginan untuk berkenalan dengan teman-teman yang lainnya.
“Pernah kak, itu mulai-mulai kelas 3 SMP lah. Aku jadi agak minder gitu. Malu juga misalnya kalo lagi cerita-cerita tentang keluarga sama kawan- kawan yang lain, nggak pernah aku mau menceritakan tentang keluargaku sama kawanku”
(R2.W3/b.220-231/hal.109)
“Mau. Kalo aku sama kawan-kawan, kalo cerita-cerita masalah keluarga gini ngga terlalu terbuka kali. Kalo soal yang lain kan mau juga cerita-cerita. Dekat lah kami..”
(R2.W3/b.237-241/hal.109)
“...dulu sebelum waktu kelas tiga SMP itu kan, aku orangnya tertutup kali lah pokoknya. Mau kawan sama siapapun, milih-milih kawan kali lah... Jadi kan kalo misalnya aku udah dekat dengan satu orang ya satu orang lah. Nggak mau aku lebih kenal lagi sama yang lain gitu. Cuma satu aja”
(R2.W3/b.420-429 /hal.113)
persahabatan mereka semakin erat. Lina pun merasa nyaman berbagi dan menceritakan tentang masalah yang dia alami dalam keluarga. Selain saling berbagi cerita, mereka juga saling memberi saran dan masukan. Ia merasa sahabatnya ini bisa dia percaya untuk menjadi tempat dia menceritakan setiap hal yang dia alami dan rasakan.
“Iya kak. Banyak juga ternyata keluarga kayak gitu sekarang kak.... Ada yang mukuli anaknya aja, ada yang mukuli anak-mamak gitu. Ada yang mukuli mamaknya aja gitu”
(R2.W3/b.273-279/hal.110)
“Karna orang ini juga sama kayak aku, jadi bisa sama-sama ceritalah kami.
Sharing-sharing gitu kan. Dia juga kadang bisa ngasi masukan, aku juga gitu. Jadi kayaknya nyambung aja. Kalo kita cerita pun dia nggak mau ember-emberkan sama orang. Makanya aku pun jadi apa juga sama dia. Itulah teman dekatku yang nyambung cerita. Kekmana-kekmana pun awak ceritakan nggak terlalu apa dia”
(R2.W2/b.256-268/hal.110)
Selain berbagi dengan teman-temannya, Lina juga dapat memahami siapa dirinya di dalam hubungannya dengan teman-temannya. Menurut teman- temannya, Lina adalah teman yang baik, bisa diajak berdiskusi tentang sesuatu dan seseorang yang tidak membosankan.
“Pernah... Katanya sih apa, yang pertama enak lah dikawani kan, terus kalo misalnya apa, tau bawa sikap gitu kak. Terus kan kalo apa, kekmana ya, orangnya enak diajak kompromi gitu. Mau mengajukan pendapat terus orangnya enak lah dikawani. Ga cepat apa, ga cepat bosan gitu...”
(R2.W3/b.420-429 /hal.113)
2. Aktivitas untuk mengumpulkan informasi (Activity directed toward the gathering of information)
Awalnya, Lina sering memperhatikan tingkah laku teman-temannya saat ini. Ia merasa teman-temannya ini suka menyendiri dan pendiam. Dia pun
berinisiatif memulai percakapan dan akhirnya mengetahui bahwa kondisi keluarga teman-temannya tidak jauh berbeda seperti apa yang dia alami. Akhirnya, mereka pun semakin dekat dan sering berbagi tentang banyak hal. Sampai saat ini mereka menjadi sahabat yang saling memahami kondisi satu dengan yang lain dan terbuka tentang apa yang dialami.
“Itu pun awalnya aneh juga aku lihat orang itu. Agak-agak pendiam gitu kak. Agak menyendiri gitu kan. Jadi buka-buka ceritalah oh sama juga ya. Terakhir, jadi sering apalah curhat-curhat gitu. Terakhir enak juga, jadi teman dekatlah. Ada apa-apa cerita sama dia. Dia orangnya ngerti lagi” (R2.W3/b.286-293/hal.110)
IV.A.2.d.3.b. Komitmen
Kriteria yang menunjukkan ada atau tidaknya komitmen yang Lina miliki dalam menentukan identitas diri pada domain hubungan dengan teman dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Pengetahuan (Knowledgeability)
Dalam menjalani hubungan persahabatannya saat ini, Lina banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sekolah dan di luar sekolah. Di luar sekolah, dia dan teman-temannya biasa pergi ke rumah salah satu dari mereka. Lina mengaku dirinya lebih sering pergi ke rumah temannya daripada teman-teman datang ke rumahnya. Hal itu juga disebabkan karena ayahnya pernah mengusir teman-temannya saat datang ke rumah mereka. Ayahnya menyuruh teman-temannya pulang karena kedatangan mereka mengganggu Lina mengerjakan tugas-tugasnya dirumah. Sejak saat itu, teman-temannya pun takut
untuk datang kerumahnya dan Lina pun merasa segan untuk mengajak mereka datang lagi.
“Di sekolah lah kak. Kadang kami mau main sama-sama keluar sekolah juga. Sama-sama pergi gitu. Atau main ke rumah kawan”
(R2.W3/b.326-329 /hal.111)
“Lebih sering aku sih yang main kerumah orang itu, daripada orang itu main kerumahku”
(R2.W3/b. 332-335/hal.111)
“Pernah kak. Dua kali. Kedua kalinya orang itu diusir. Ngapain klen? kata Bapak. Ngapain klen datang? Kerja dia kerja kerja! katanya Mengganggu aja kalian semua. Pergi klen! Gitulah katanya sama kawan-kawanku. Aduhh...”
(R2.W3/b.337-343/hal.111)
Lina merasa nyaman memiliki sahabat seperti teman-temannya saat ini karena mereka mengerti dengan kondisinya dan mau membantunya dalam setiap masalah yang dia alami. Teman-temannya juga aktif memberikan solusi dan saran padanya. Selain itu, mereka sering mengingatkan Lina untuk bersabar dan tetap baik pada ayahnya.
“Ngerti lah kak misalnya lagi kekmana-kekmana kita, cerita-cerita mau bantu gitu. Enaklah dijadikan teman”
(R2.W3/b.312-314/hal.111)
“Terus kasih apalah, kasih solusi, kasih saran, kek gitu-gitu. Itulah tabah- tabahlah katanya. Coba aja kek gini gini katanya. Baik-baiklah lah kau sama bapakmu”
(R2.W3/b.471-475/hal.114)
Di sekolah, teman-temannya tergolong orang yang pintar dan berprestasi. Salah satu temannya malah menduduki peringkat pertama di kelas mereka. Selain memberikan banyak solusi untuk masalah pribadi yang Lina alami, mereka juga banyak membantu Lina dalam pelajaran. Ia sering diajari tentang pelajaran oleh
teman-temannya. Hal tersebut membuat Lina semakin senang dan nyaman memiliki teman-teman seperti mereka.
“Kalo dari kawanku ini, ya itulah. Apalagi kawan-kawanku ini orangnya yang ranking satu gitu. Pintar juga lah. Jadi kan jadi kawanku ya, aku diajarin terus..”
(R2.W3/b.529-535/hal.115)
“Kalo misalnya aku konsultasi tentang pelajaran juga, apa, orang itu mau ngasi tahu. Pokoknya nyambung-nyambung lah. Enaklah kak...”
(R2.W3/b.507-511/hal.115)
2. Aktivitas untuk mengimplementasikan aspek identitas yang dipilih (Activity directed toward implementing the chosen identity element)
Lina dan teman-temannya lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Selain di sekolah, mereka juga terkadang berlatih musik bersama di sebuah studio musik. Ketika mereka sedang berkumpul, ada banyak hal yang mereka bahas. Topik yang mereka bicarakan biasanya tentang pelajaran sekolah, pacar teman- temannya dan keluarga.
“Iya di sekolah kak, terus kadang kami mau juga main ke studio, latihan- latihan musik”
(R2.W3/b.518-520/hal.115)
“Kalo kami ketemu ya kadang bahas-bahas, semua lah dibahas kak. Kadang pelajaran, kadang bahas pacar-pacaran orang itu, ini itu, semualah”
(R2.W3/b.320-323/hal.111)
Walaupun Lina sudah merasa dekat dengan teman-temannya, namun ia pada awalnya tetap menahan diri untuk terbuka tentang masalah keluarganya pada mereka. Lalu tiba saat ia merasa tidak sanggup lagi menyimpan masalahnya sendiri, ia pun menceritakan semuanya pada mereka. Ternyata mereka pun
Ketika Lina harus pergi dari rumah karena masalah keluarganya, teman-temannya memberikan pertolongan seperti mengajak tinggal di rumah mereka dan tetap memberikan dukungan agar ia tetap kuat. Lina pun menolong teman-temannya untuk mampu melindungi diri sendiri dari kekerasan yang mungkin mereka alami di rumah. Ia mengajari mereka teknik bela diri yang bisa digunakan untuk mengelak atau bertahan dari kekerasan yang terjadi dalam keluarga mereka.
“Iya. Nggak tahan lagi lah kayak gitu. Selama ini kan mau nggak sharing
sama siapa-siapa. Diam-diam aja. Paling ya mengalami kayak gitu, yaudah aku aja yang mengalami. Nggak terlalu cerita sama orang..”
(R2.W4/b.488-493 /hal.126)
“...Kemaren aku bulan bulan..dua belas kalau nggak salah. Orang waktu itu aku nggak dirumah. Ntah cemana-manalah itu. Ke sekolah, barang- barangku di kos, dari situlah mulai lebih jelas kayak gitu... Yaudah lah Lin. Mereka pun ngasi masukan. Di rumah kami ajalah kau Lin...”
(R2.W4/b.481-507/hal.126-127)
“Aku sih kak kadang mau memberikan trik-trik untuk bertahan dari kekerasan yang dirumah. Kebetulan aku juga belajar karate, jadi kuajarilah orang itu cara-cara mengelak atau bertahan kalau lagi disiksa sama orang rumahnya.biar tahu juga orang itu. Jadi kalau macam-macam, keluarkan lah jurus (tertawa). Walaupun nggak pake kekuatan, tapi kan ada trik-triknya..” (R2.W4/b.514-532/hal.127)
3. Tingkatan emosi (Emotional tone)
Lina merasa nyaman menjalin persahabatan dengan teman-teman dekatnya saat ini. Ia merasa dia dan teman-temannya bisa saling menghargai, mengerti dan tidak saling menuntut. Ia pun merasa dekat dan bisa lebih saling memahami karena dia dan teman-temannya sama-sama mengalami kekerasan di keluarga yang dilakukan oleh ayah mereka.
“Gini kak.. aku dekat sama orang itu dibandingkan yang lain. Aku nyaman sama orang itu soalnya kan kalau misalnya lah kita tahu kalau punya teman juga yang mengalami seperti yang kita alami, langsung berasa dekat dia. Kami juga saling menghargai dia. Orangnya nggak egois. Nggak mau nuntut harus kayak gini, kayak gitu”
(R2.W4/b.458-466/hal.126)
4. Proyeksi terhadap masa depan (Projection of one’s personal future)
Lina mengharapkan di masa yang akan datang, dirinya dan teman- temannya bisa tetap menjalin persahabatan. Ia berharap hubungan persahabatan yang telah terbentuk bisa tetap terjalin walaupun banyak masalah yang mungkin mereka alami satu dengan yang lain.
“Teruslah bersahabat gitu kan. Walau badai menghadang atau ntah apalah itu yang datang sama kita gitu, tetaplah..tetaplah berteman gitu. Pokoknya jangan sampe gara-gara masalah kecil, retak persahabatan..”
(R2.W3/b.537-542/hal.115)
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan Lina mencapai status
identity achievement pada domain hubungan dengan teman. Lina melakukan eksplorasi pada sejumlah aspek identitas diri yang diperolehnya dari hubungan persahabatan dengan teman-temannya dan saat ini menunjukkan komitmennya pada aspek identitas diri tersebut didalam hubungannya dengan teman-temannya. Lina melakukan penilaian dan evaluasi apa yang dirasakannya saat menjalani hubungan dengan teman-temannya, bagaimana kedekatan yang terjadi diantara mereka dan apa yang dia rasakan saat menjalani hubungan persahabatannya dengan teman-temannya. Menurutnya, hubungan persahabatan yang dimilikinya saat ini adalah tempat dimana ia bisa menceritakan tentang apa yang dia rasakan
merasa mendapatkan saran, solusi, dan dukungan dari teman-temannya ketika menghadapi masalah di dalam kehidupan pribadinya.
IV.A.2.d.4. Identitas diri pada domain hubungan dengan pacar/kekasih