• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.1.d.4 Identitas diri pada domain hubungan dengan pacar/kekasih (relationship with dates)

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV. A.1.d.4 Identitas diri pada domain hubungan dengan pacar/kekasih (relationship with dates)

IV.A.1.d.4.a. Eksplorasi

Kriteria yang menunjukkan ada atau tidaknya eksplorasi yang dilakukan Tika dalam menentukan identitas diri pada domain hubungan dengan pacar/kekasih dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Pengetahuan (Knowledgeability)

Tika mengaku kalau sampai saat ini dia belum pernah menjalani hubungan berpacaran. Dalam hubungan dengan lawan jenis, ia selalu menganggap mereka sebagai teman atau saudara laki-lakinya. Ketika ada seorang laki-laki yang menunjukkan ketertarikan pada dirinya, ia tidak terlalu antusias menyambut perhatian laki-laki tersebut. Malahan dia mempertimbangkan biaya yang akan dihabiskannya jika membalas ketertarikan laki-laki tersebut.

“Karena kalau sama laki-laki itu selalu nganggap abang. Kalo nggak abang, ya teman. Baru satu lagi, kalau masalah baru kemaren, yang udah si Putra aja yang merasa suka samaku gitu aja kan, tiba ditelfonnya, yang nggak penting-penting aja rasanya. Masa dia bilang.. e..aku kangenlah dek.. Baru tadi kan ketemu, kubilang gitu sama dia kan.. Pokoknya habis-habis di biaya. Kalau nggak awak balas smsnya, nanti dikiranya sombong. Aku paling nggak suka. Jadi awak harus balas smsnya. Kena biaya lagi awak. Dia ngisi pulsa bukannya mau..pikirku. Ogahlah pacaran..”

Tika memiliki banyak pandangan negatif pada laki-laki. Pandangan negatif tersebut dia dapatkan dengan menilai perilaku laki-laki yang tinggal dirumahnya. Menurutnya, laki-laki hanya menginginkan keperawanan seorang wanita, dan setelah mendapatkannya mereka tidak perduli lagi pada wanita tersebut. Pandangan tersebut membuatnya kurang suka berhubungan dengan laki-laki.

“Jadi nggaklah sama laki-laki.. nggak banget.. jadi gitu juga yang dirumah. Sudah didapatkan keperawanannya.. ih ditinggalkan gitu aja. Malahan cewek itu mau gimana pun, nggak dipedulikan. Mencari yang lain...”

(R1.W3/b.2540-2545/hal.72)

2. Aktivitas untuk mengumpulkan informasi (Activity directed toward the gathering of information)

Karena belum pernah menjalani hubungan dengan seorang pacar atau kekasih, Tika mencari tahu dan belajar tentang sikap pada hubungan dengan lawan jenis dari kejadian yang ada disekitarnya, terutama di lingkungan rumahnya. Teman- teman ayahnya sering tinggal di rumah mereka. Pria-pria tersebut sering membawa pacar mereka ke rumah. Ia mengakui bahwa dia semakin memahami sifat laki-laki dengan mengobservasi tingkah laku mereka. Dia memiliki kesan yang tidak baik pada laki-laki ketika melihat pria-pria tersebut sering bergonta- ganti pasangan dan sangat pintar merayu wanita.

“Misalnya abang itu lah kan. Dibawanya cewek ke rumah. Aku udah tahu sifat cowok dari dialah. Banyaklah laki-laki dirumah. Seringan bawa, kalau misalnya bawa cewek gitu kan.. ganti..ganti. ganti ganti.. Asal mau ngomong sama cewek ini, yang kata-kata yang enak didengarlah. Yang hanya kaulah dek milikku, yang ini..ini..ini.. Semualah gombal-gombal dikeluarkan ke cewek itu..”

Tika mendapatkan banyak informasi tentang hubungan dengan lawan jenis dari kondisi rumah tangga kedua orangtuanya. Ia melihat bagaimana ibunya tetap menerima dan mengurus ayahnya walaupun ayahnya kasar dan sering ‘main tangan’ pada ibunya.

“Walaupun udah kau liatnya, mamak udah disakiti kali kan..tapi kalau udah nengok muka bapakmu selalu mamak iba... Bukannya.. terkadang mamak mau melepas kak tapi gimana mau dibilang.. tiba ngeliat muka bapakmu..pasti..pasti nggak bakalan apa... “

(R1.W3/b.1625-1629/hal.52)

Awalnya Tika tidak terlalu suka memperhatikan teman-teman laki-lakinya di sekolah. Dia mulai sering memperhatikan tingkah laku teman laki-lakinya di sekolah ketika temannya Metri mengajaknya untuk memperhatikan cowok yang dia sukai. Ia mengakui kalau dirinya pun mulai tertarik dengan tingkah laku salah satu teman laki-laki yang sering mereka perhatikan, walaupun dia tidak memberitahukan hal ini pada teman-temannya.

“Aku pun sebenarnya.. suka sama cowok itu.. aku dulu ngga pala suka memperhatikan sekelilingku. Siapapun itu nggak pala sering kuperhatikan. Tapi, gara-gara dia (Metri), aku suka sama inilah ka, katanya.. Liatlah.. liatlah.. gitu katanya.. jadi aku sering.. kuperhatikan terus.. ternyata.. pertama kali kuperhatikan kan, alah orangnya pendek pun...gimana pun.. ya..tapi semakin aku liat-liat gitu kan, perhatikan.. perhatikan.. rupanya tingkah lakunya itu kayak ada yang kusuka..gitulahkan..”

(R1.W3/b.2675-2688/hal.75)

3. Mempertimbangkan alternatif identitas lain yg potensial (Evidence of considering alternative potential identity elements)

Saat ini Tika sedang tertarik pada dua orang laki-laki, yaitu salah seorang teman laki-lakinya di sekolah yang bernama Baktiar dan seorang pria yang sering

berkunjung ke kedai tuak mereka yang bernama Bang Ade. Ia mempertimbangkan hal-hal baik dan buruk yang dilihatnya ada didalam diri masing-masing orang. Dari proses tersebut ia akhirnya memahami kriteria pasangan seperti apa yang dia sukai dan cocok dengannya. Tika menyukai sifat Bang Ade yang baik dan mau memenuhi semua keinginannya. Selain itu, ia merasa Bang Ade adalah laki-laki yang pintar merayu. Sedangkan hal yang ia sukai dari Baktiar ialah kebiasaannya berbicara ceplas-ceplos. Menurutnya, laki-laki yang ceplas-ceplos dalam menyampaikan sesuatu bukan laki-laki pembohong.

“Satu, dari abang ini..dia baik kali. Segala-galanya diberi. Terus kalau ngomong itu selalu namanya gombal. Tapi gombalnya aku suka. Aku bisa balas-balasan gombal”

(R1.W3/b.2758-2762/hal.76-77)

“Kalau abang yang satu lagi, namanya bang Ade, dia itu.. apa.. betul- betullah orangnya baik.. segala yang kuminta kemarin, selama dia ada uang, dikasihnya..”

(R1.W3/b.2790-2794/hal.77)

“Terus kalau si Baktiar ini.. aku sukanya dia itu orangnya ngomong ceplas ceplos aja. Aku paling suka misalnya cowo itu ngomong ceplas ceplos. Jadi, apapun yang ada misalnya kan, karena dia ngomongnya ceplas ceplos, apapun berarti nggak pernah bohong gitu. Aku suka cowok kayak gitu” (R1.W3/b.2780-2787/hal.77)

4. Tingkatan emosi (Emotional tone)

Tika mengalami berbagai jenis emosi saat memperhatikan pengalaman orang lain ataupun ketika dia sendiri mengalami ketertarikan dengan seseorang. Ketika dia melihat salah seorang bibinya, yang selama ini menurutnya adalah seorang wanita yang keras dan mampu bertahan dengan situasi apapun, ternyata menangis dan memilih mempertahankan hubungan rumahtangganya dengan suaminya yang

suka memukulnya. Melihat hal tersebut, Tika merasa terkejut dan tidak menyangka bahwa bibinya yang selama ini dikiranya kuat ternyata lemah jika menyangkut hubungannya dengan suaminya.

“Kalau aku merasa, waktu satu keluarga laki-laki itu menentang dia, nggak pernah nangis. Tiba lakinya ini selingkuh, satu kali itu lakinya selingkuh.. nangis dia.. aku nggak nyangka sama sekali dia bakalan nangis. Aku pun terkejut.. ih, mak e..betulan nangis diaYa ampun mak, betullah mak.. nggak.. dalam hatiku, betullah mak, selama aku cakapan sama nanguda itu.. kupikir ini manusia hati baja. Nggak bakalan pernah nangis (tertawa). Rupanya nangis. Ih. Nggak mau pula kak. Udah dipukuli gitu, nggak mau melepaskan suaminya”

(R1.W3/b.2470-2491/hal.71)

Di sekolah, Tika sama sekali menahan diri untuk menunjukkan ketertarikannya dengan Baktiar. Apalagi karena sikap temannya, Metri yang membuat kelompok mereka seolah-olah kumpulan wanita genit, membuatnya semakin gengsi untuk mendekati temannya tersebut.

“Aku suka sama dia. Cuman, itulah.. aku suka sama dia, si Metri.. yang kusuka ini namanya Baktian.. Gara-gara si Metri ini aku jadi gengsi. Sebenarnya pengen kian aku rasanya untuk mendekati, gitu kan.. e.. aku jadi gengsi. Seolah-olah si Metri jadi dianggap orang itu perempuan kek manaan gara-gara si Metrinya. Masa dia rela-relanya dia datang kesana, hanya untuk mengganggui cowok itu. Kan, kayak gitu kan dirasa cowok, cewek kegatalan kan.. jadi aku, nggak suka aku dia kayak gitu”

(R1.W3/b.2635-2649/hal.74)

5. Keinginan untuk membuat keputusan secara dini (A desire to make an early decision)

Perilaku laki-laki yang tinggal dirumahnya membuat Tika sulit mempercayai laki-laki. Karena ia melihat secara langsung, bagaimana mereka membawa wanita yang berbeda-beda setiap hari.

“Terus besoknya lagi udah ganti. Ya Tuhan! Jadi aku nggak percaya. Pasti semua cowok kayak gitu. Karna di rumah, bukan hanya satu atau dua cowok.. udah ganti-ganti kan. Terus ceweknya pun ganti-ganti..”

(R1.W3/b.2340-2345/hal.68)

Ia memiliki keinginan untuk menikah, tapi dia ingin agar laki-laki tersebut berinisiatif untuk menyatakan perasaannya kepadanya. Saat ini, Tika memutuskan tidak akan menjalin hubungan berpacaran dengan orang-orang yang dia sukai.

“Berkeinginan untuk menikahi seseorang pernah.. tapi aku berkeinginan gini..jangan aku yang suka. Tapi dia yang suka, dia nyatakan, aku yang nerima..”

(R1.W3/b.2340-2345/hal.68)

“..aku emang suka mak, tapi nggak nyampe nanti sampe untuk menjadikan pacar, kubilang gitu kan..”

(R1.W3/b.2561-2564/hal.73)

IV.A.1.d.4.b. Komitmen

Kriteria yang menunjukkan ada atau tidaknya komitmen yang dilakukan Tika miliki dalam menentukan identitas diri pada domain hubungan dengan pacar/kekasih dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Pengetahuan (Knowledgeability

Ibu pernah menceritakan padanya tentang betapa baik dan manisnya sikap ayahnya ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih. Tapi kondisi rumah tangga mereka saat ini sangat berbanding terbalik dengan kisah saat orangtuanya masih berpacaran. Kondisi demikian membuatnya memiliki pandangan tentang bagaimana sikap laki-laki di dalam hubungan pacaran. Dari sikap dan perilaku ayahnya, ia menyimpulkan bahwa perilaku baik laki-laki hanya berlangsung diawal saja, selanjutnya mereka akan cenderung tidak perduli bahkan kasar pada

pasangannya. Selain itu, ia merasa didalam hubungan berpacaran, seorang laki- laki menginginkan keperawanan dan kekayaan pacarnya. Menurutnya, kedua hal itulah yang menjadi perhatian utama saat menjalin hubungan dengan seorang perempuan.

“Waktu sebelum nikah, baik kali bapak itu. Semua-semuanya diberi. Tapi waktu udah nikah, lain cerita. Selalu mukul.. selalu berantam.. jadi aku berpikir kalo cowok itu kayak gitu. Orang itu manis dimulut sebelum didapatkan. Waktu udah didapatkan, ditinggal. Jadi aku ngambil pengalaman dari situ”

(R1.W3/b.2533-2540/hal.72)

“Kalau menurut aku ya, laki-laki itu mengharapkan hanya satu.. keperawanan perempuan itu. Segala-segalanya, apapun.. pokoknya setelah habis manis, sepah dibuang”

(R1.W3/b.3024-3028/hal.82)

“Nggak. Kalau misalnya nggak itu, satu kekayaan cewek itu, kalau misalnya cewe itu kaya. Tapi kalau cewek itu miskin, ya itu aja..

(R1.W3/b.3072-3075/hal.83)

Walaupun saat ini belum menjalani hubungan berpacaran, Tika sudah membayangkan bagaimana sikapnya nanti ketika menjalani hubungan berpacaran. Ketika akhirnya nanti memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran dengan seseorang, ia mengaku tidak akan menuntut apapun. Dia hanya ingin merasakan bagaimana memiliki hubungan romantis dengan orang lain. Dia juga tidak merasa perlu untuk melanjutkan hubungan pacaran ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Ketika nanti ia mendapat pacar yang bandel, dia juga berharap bisa mengubah sifat dan kebiasaan pacarnya itu kearah yang lebih baik.

“Kalau aku sih, dari pacar itu nggak ada yang mau dituntut. Yang aku inginkan itu hanya merasakan kayak mana sih rasanya pacaran sebenarnya.

Hanya itu aja. Tapi kalau misalnya e.. untuk mengharapkan lebih lanjut.. untuk menikah sama orang-orang kayak gitu nggak”

(R1.W3/b.2899-2905/hal.79)

“Kalau aku kan, misalnya kayak sama bang Ade ini.. orangnya kalau bisa dibilang bandel.. dan kawannya pun orang-orang yang gitulah.. aku sih sebagai pacar pengennya dia itu.. membuat dia itu berubah. Dan, e.. membuat dia itu jadi orang baik...”

(R1.W3/b.3009-3015/hal.82)

2. Aktivitas untuk mengimplementasikan aspek identitas yang dipilih (Activity directed toward implementing the chosen identity element)

Ketika Tika secara tidak sengaja bertemu dan berinteraksi dengan orang yang disukainya, secara refleks dia langsung menunjukkan sikap acuh tak acuh dan langsung menjauh dari orang tersebut. Dia menunjukkan sikap tidak suka dan akhirnya berlaku kasar pada orang tersebut. Tika mengaku bahwa dia bukan orang yang berani mengungkapkan perasaannya pada orang yang disukainya. Malahan dia menjaga agar tidak ada satu orang pun yang tahu perasaannya tersebut.

“Seringan sih gitu. Pernah sih aku suka sama orang.. tapi aku nggak berani mengungkapkan. Orang kan misalnya.. mau ditaroknya gaya-gaya merespon laki-laki itu kalau suka kan..kalau aku nggak.. kalau aku bisa dibilang, jangan sampai dia tahu aku suka sama dia..”

(R1.W3/b.2565-2571/hal.73)

“Kalau misalnya kayak kemarin pun kan, LKS ekonomi kan dia belum siap... waktu kuangkat kan, e.. tunggu..tunggu.. mau kucari dulu apaku.. pas ditangan aku ginilah kan (menunjukkan gerakan sedang memegang buku). Jadi, nanti dikiranya ini aku suka kali. Jadi, kuturunkan ke bawah, kelantai. Nah, cari kau sendiri. menjauh aku langsung.. cari situ sendiri, kubilang gitu..udah gitu.. bagusilah!! kubilang gitu. Pokoknya kutarok seolah-olah aku memang nggak suka sama dia”

3. Identifikasi dengan orang-orang penting (Identification with significant others)

Kisah masa-masa pacaran kedua orangtuanya menjadi sumber identifikasi penting baginya didalam membentuk sikap dan pandangannya terhadap hubungan dengan lawan jenis. Sikap ayahnya pada ibunya selama mereka pacaran dan setelah menikah sangat berbeda jauh. Justru saat orangtuanya pacaran, ibunya yang semena-mena pada ayahnya. Sikapnya yang dingin pada orang yang dia sukai terbentuk dari pandangan ibunya yang menganggap laki-laki akan menilai jelek perempuan yang secara terbuka menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis. Pandangan ibunya tersebut juga membuatnya menutupi ketertarikannya dan lebih memilih menghindar saat bertemu dengan orang yang disukainya.

“Oh gara-gara bapak lagi. Karena kata mamak, masa-masa pacarannya dia sama bapak, baiknya bapak bukan main..kata mamak. Kusuruh pun makan taikku, maaf cakaplah ya kak.. kusuruh.. bakalan mau.. gitu kata mamak. Sampe-sampe dulu keseringan aku itu, kusirami dia pake air. Aku ngepel kosan ku, kusirami pake air..”

(R1.W3/b.2362-2372/hal.69)

“Iya baiknya bapakmu bukannya main waktu menikah. Kata mamak kayak gitu. Pokoknya ih.. mamak kerjain..”

(R1.W3/b.2404-2407/hal.69)

“Karena aku.. takutnya nanti.. mamak sering bilang.. nanti kita dinilai jelek sama cowok itu. jadi aku.. kalau misalnya aku itu.. e.. kalau misalnya aku apa sama dia, aku menghindar aja. Jangan sampai aku melihati dia terus. Jangan sampai aku membuat respon bahwa aku suka sama dia..”

4. Proyeksi terhadap masa depan (Projection of one’s personal future)

Tika memiliki kriteria calon pacar ataupun suami yang diharapkannya di masa yang akan datang. Ia menginginkan pacarnya nanti adalah orang yang pandai merayu dirinya, penuh tantangan dan mampu memberikan respon yang tepat pada setiap hal yang dia lakukan. Namun, dia membuat kriteria calon suami yang jauh berbeda dengan kriteria calon pacarnya. Ia ingin punya suami yang menurut padanya, mau memberikan semua yang diinginkannya, tulus dalam bekerja dan tidak pandai merayu.

“Kalau dijadikan pacar aku pengennya kayak bang Ade. Apa yang aku gombali, dia balas gombal balek. Apa yang aku minta, dia kasih. Terus aku nuntut dia, dia membalas. Pokoknya kayak yang ditarok bapak sama mamak. Ada tantangan. Dia suka memaksa. Kalau aku nggak mau, ditarik. Gitu lah kan..”

(R1.W3/b.2533-2540/hal.72)

“E..terus kalau yang untuk dijadikan nikah, nggak suka dengan cowok yang kayak gitu. Kalau misalnya nikah itu, aku sukanya cowok.. kalau segala- segalanya permisi.. terus kalau misalnya dia.. e.. apa lagi ya.. minta ini permisi.. dan segala-segalanya yang dikasinya samaku, segalanya nggak diungkit-ungkit. Baru, e.. orangnya tulus-tulus dalam bekerja. Terus, apalagi ya.. oh, dia nggak perlu banyak gombal. Kalau misalnya pacaran, dia gombal, tantangan, aku nggak mau ditarik, dipaksa, aku suka..”

(R1.W3/b.2533-2540/hal.72)

Berdasarkan uraian diatas,dapat disimpulkan Tika mencapai status identity achievement pada domain hubungan dengan pacar/kekasih. Ia telah melakukan eksplorasi pada sejumlah aspek identitas diri yang diperolehnya dari pengamatan kejadian yang terjadi disekelilingnya dan diskusi yang dilakukannya dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Saat ini dia juga telah menunjukkan komitmen

dirinya saat ini sedang tidak memiliki pacar. Ia aktif untuk mengamati dan mengevaluasi kejadian-kejadian yang terjadi disekitarnya agar semakin mendapatkan pemahaman tentang bagaimana sikapnya terhadap lawan jenis dan seperti apa bentuk hubungan romantis yang diharapkannya. Dia merasa semakin memahami laki-laki ketika sudah mendengar cerita ibunya tentang ayahnya dan juga mengamati tingkah laku laki-laki yang tinggal dirumah mereka. Saat memiliki pacar nanti, ia memutuskan akan memilih laki-laki pandai merayu dan tingkah lakunya mirip seperti ayahnya. Tapi Tika akan memilih laki-laki yang penurut, rajin bekerja, dan baik hati untuk menjadi suaminya. Saat ini ia mengaku sikapnya pada orang yang disukainya cenderung dingin dan acuh tak acuh. Dia memutuskan untuk tidak akan menunjukkan ketertarikannya pada orang yang dia sukai.