• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang Sesuai SAP, dari target tepat waktu penyampaian dan sesuai SAP dapat

Dalam dokumen IV. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Halaman 183-188)

kerukunan dalam kehidupan beragama

IV- 173 (13) Legalisasi = 1.175 orang;

23) Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang Sesuai SAP, dari target tepat waktu penyampaian dan sesuai SAP dapat

terealisasi sesuai target. Capaian target tersebut antara lain ditunjang oleh adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara DPKAD selaku PPKD dengan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, seperti adanya kegiatan rekonsiliasi data realisasi APBD, pendampingan penyusunan Laporan Keuangan, revisi kebijakan akuntansi yang berpedoman pada PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) dan inventarisasi Barang Milik Daerah (BMD) Kota Bandung, dimana proses dalam penyusunan Laporan Keuangan dan pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan bantuan SIMDA.

24) Indikator Pendapatan dari Pajak Daerah, dari target sebesar Rp523.600.000.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp 821.045.120.342,00 atau 156,81%. Sedangkan, apabila ditambahkan dengan pendapatan dari pembayaran denda pajak daerah tahun 2012 yang sebesar Rp151.208.922,00, maka jumlahnya mencapai Rp821.196.329.264,00. Realisasi pendapatan masing-masing jenis pajak daerah pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

a) Pajak Hotel sebesar Rp142.732.317.105,00; b) Pajak Restoran sebesar Rp97.356.787.188,00; c) Pajak Hiburan sebesar Rp34.553.186.144,00; d) Pajak Reklame sebesar Rp18.575.238.358,00;

e) Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp118.646.202.927,00; f) Pajak Parkir sebesar Rp7.135.692.799,00;

g) Pajak Air Tanah sebesar Rp3.471.181.769,00;

h) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar Rp398.574.514.052,00.

Faktor pendorong pencapaian pendapatan dari pajak daerah yang melebihi target tahun 2012 adalah:

a) Pajak Hotel: adanya penambahan hotel-hotel baru serta peningkatan occupancy hotel, terutama akibat banyaknya event yang dilaksanakan di Kota Bandung pada tahun 2012;

b) Pajak Restoran: sejalan dengan penambahan jumlah restoran dan rumah makan baru serta penerapan Pajak Restoran atas Jasa Boga/Catering sebagai pengganti Pajak Pertambahan Nilai di tahun 2012;

c) Pajak Hiburan: karena adanya event yang dilaksanakan di kota Bandung, yang berdampak terhadap meningkatnya minat masyarakat terhadap hiburan serta ditunjang dengan peningkatan kualitas pelayanan dari pengelola hiburan; d) Pajak Reklame: meningkatnya intensitas koordinasi antar SKPD yang

IV-184

e) Pajak Penerangan Jalan: adanya peningkatan permintaan masyarakat terhadap layanan penerangan jalan;

f) Pajak Parkir: adanya peningkatan occupancy parkir serta penyesuaian tarif parkir;

g) Pajak Air Tanah: dilaksanakannya program intensifikasi;

h) BPHTB: didukung oleh dinamisnya kegiatan perekonomian di Kota Bandung serta meningkatnya kualitas pelayanan BPHTB, sehingga mengakibatkan meningkatnya transaksi jual beli tanah dan bangunan pada masyarakat Kota Bandung.

25) Indikator Pendapatan dari Retribusi Daerah, dari target sebesar Rp93.200.000.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp78.649.880.372,00.

26) Indikator Tingkat Layanan Fasilitasi terhadap Kinerja DPRD, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target. Tingkat layanan fasilitasi terhadap kinerja DPRD diukur dari beberapa aspek berikut:

a) Rapat Paripurna

Pelaksanaan dan fasilitasi rapat-rapat Paripurna DPRD adalah sebanyak 29 kali sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Faktor penunjangnya adalah adanya dukungan dari semua SKPD yang ikut terlibat dalam pelaksanaannya. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu faktor koordinasi antar SKPD yang menghambat pelaksanaan rapat. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang dilakukan adalah berkoordinasi kepada setiap SKPD yang bersangkutan untuk tercapainya tujuan dari program yang dilaksanakan. b) Rapat Badan Musyawarah

Rapat Badan Musyawarah merupakan pelaksanaan ekspose kinerja yang akan dilakukan dalam kegiatan DPRD. Faktor penunjangnya adalah adanya laporan dari setiap anggota dewan dan SKPD yang disosialisasikan dalam rapat tersebut. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu dalam proposal yang diajukan belum adanya pertanggungjawaban secara jelas dan rekomendasi yang tidak diselesaikan secara tuntas. Terkait dengan hal tersebut, diupayakan aspirasi dari anggota dewan harus direalisasikan.

c) Kunjungan Kerja

Kunjungan kerja dilaksanakan ke berbagai daerah lain yang telah melaksanakan program kerja yang sama dengan program kerja DPRD Kota Bandung sesuai jadwal yang ditentukan. Faktor penunjangnya adalah adanya sambutan dan dukungan dari DPRD dan SKPD daerah lain yang menerima kunjungan DPRD Kota Bandung, serta adanya sharing antar DPRD dan SKPD yang terlibat dalam program yang dilaksanakan.

d) Konsultasi

Konsultasi dilaksanakan ke Kementerian dan DPR Pusat terkait program kerja yang dilaksanakan.

e) Bimbingan Teknis/Workshop

Bimbingan Teknis Pimpinan dan Anggota DPRD dilaksanakan dengan harapan agar anggota legislatif mendapatkan tambahan pengetahuan dan pembelajaran dalam penguatan kapasitas pimpinan yang relevan sehingga

IV-185

parlemen benar-benar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau sesuai seperti yang diatur dalam undang-undang yang berlaku. Faktor penunjangnya adalah adanya dasar hukum tentang bimtek yaituPeraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 57 Tahun 2011.

f) Konsentrasi

Dalam rangka pembentukan raperda dan susunan organisasi, dilaksanakan konsentrasi di hotel sesuai dengan jadwal dan materi yang dijadwalkan. Faktor penunjangnya adalah adanya pembahasan dari setiap raperda yang dikaji. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu dalam rangka pembentukan raperda terkadang tidak adanya dukungan dari masyarakat yang bisa memberatkan kebutuhan masyarakat dan tidak didukungnya sarana dan prasarana. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang dilakukan adalah sosialisasi melalui media massa baik koran, televisi, dan radio untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.

g) Rapat Kerja

Pelaksanaan rapat kerja merupakan fasilitasi rapat-rapat alat kelengkapan DPRD. Salah satu kegiatan DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, baik fungsi legislasi, pengawasan, maupun anggaran, adalah rapat kerja sebagaimana diatur dalam tata tertib. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu skenario rapat belum digunakan dengan optimal (terdapat rapat-rapat yang berlangsung tanpa didukung oleh skenario). Dengan kata lain, penyusunan skenario rapat belum dikelola dengan baik. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan upaya-upaya perbaikan/pembenahan dari segi penguatan SDM dan tata kerja serta penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan bagi penyusunan skenario rapat yang sesuai dengan standar. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan skenario rapat yang cepat dalam proses penyusunan dan tepat sasaran serta berkualitas.

h) Pembahasan Rancangan KUA dan PPAS

Pembahasan Rancangan KUA dan PPAS dilaksanakan oleh eksekutif dan legislatif untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan melalui proses politik (bargaining) dengan acuan KUA dan PPAS sebelum anggaran ditetapkan menjadi peraturan daerah. Kendala yang dihadapi yaitu selama ini masih adanya pemahaman bahwa penganggaran merupakan aktifitas pembagian kue pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, politik penganggaran, perencanaan, dan informasi pendukung.

i) Reses

Reses anggota DPRD dilaksanakan sebanyak 3 kali. Faktor penunjangnya adalahadanya dasar hukum pelaksanaan kegiatan reses sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Pasal 81 yang menyebutkanbahwa anggota DPRD Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban seperti yang dijelaskan pada pasal 81 huruf H untuk memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah

IV-186

pemilihannya. Namun demikian, masih terdapat kendala yang dihadapi pada saat masa reses yaitu masyarakat belum terlalu paham tentang apa yang mereka butuhkan dan bagaimana realisasi dari keinginan mereka. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang dilakukan adalah fasilitasi anggota DPRD agar dapat membangun komunikasi dan memperjuangkan kepentingan konstituennya.

j) Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan

Sosialisasi peraturan perundangan dilaksanakan melalui penyusunan Profil DPRD, CD Perda Interaktif, dan kilas balik/memory DPRD.

Selain pencapaian target-target kinerja RPJMD yang telah diuraikan di atas, capaian kinerja lainnya yang perlu dikemukakan yaitu hasil kegiatan Program CSR/TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) pada tahun 2012 oleh Perusahaan Swasta/BUMN di Kota Bandung. Akumulasi dana CSR/TJSL yang telah dilaksanakan oleh 23 Perusahaan Swasta/BUMN di Kota Bandung (yang melaporkan kegiatannya) pada tahun 2012 adalah sebesar Rp38.741.371.346,00. Berdasarkan data tersebut, terlihat kontribusi Perusahaan dalam pembangunan Kota (hanya yang melaporkan), sedangkan masih banyak potensi terkait kegiatan CSR/TJSL yang telah dilakukan namun belum melaporkan kegiatannya kepada Forum CSR.

Telah terkoordinasikannya pelaksanaan CSR melalui Forum CSR dalam pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSL) di Kota Bandung yang meliputi bidang:

 Pendidikan, Kesehatan, Seni dan Budaya, Olahraga dan Keagamaan;  Pemberdayaan Ekonomi (UMKM) dan Ketenagakerjaan;

 Prasarana/Sarana Kota dan Lingkungan Hidup;  Tanggap Darurat, Mitigasi Bencana dan Rekonstruksi;  Penguatan Kapasitas SDM;

 Diseminasi Informasi Pembangunan kepada Pelaku Usaha dan Masyarakat Luas.

c. Permasalahan dan Solusi

1) Permasalahan

a) Masih kurangnya kapasitas SDM pada Sekretariat DPRD.

b) Implementasi kelembagaan ketiga sub bagian pada Bagian Pembangunan dan SDA belum menjadi siklus kelembagaan yang terintegrasi. Satu sub bag membidangi administrasi pengendalian program yang melaksanakan tupoksi administrasi program dan kegiatan, serta menjadi leading sectors implementasi Perpres 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa (PBJ)Pemerintah. Sedangkan dua sub bagian lainnya (Sub Bagian Bina Sarana dan Prasarana dan Sub Bagian Bina Sumber Daya Alam) secara tupoksi membantu pimpinan dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana dan sumberdaya alam. Hal inilah yang menjadi ambivalent.

c) Kurang optimalnya peran SKPD dalam menindaklanjuti MoU kerjasama. d) SKPD tidak melaporkan kerjasama yang telah dilakukan.

IV-187

e) Belum maksimalnya peran Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD) dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

f) Kurang memadainya sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi, seperti website khusus tentang kerjasama, kualitas sambungan internet, dan belum adanya sekretariat TKKSD.

g) Penyelenggaraan diklat pada BKD belum terakreditasi, salah satunya dikarenakan tidak memiliki gedung/asrama diklat.

h) Keterbatasan kemampuan anggaran BKD. i) Keterbatasan ruang kerja BKD.

j) Keterbatasan kompetensi aparatur BKD.

k) Belum optimalnya penyerahan dan pengisian data kepegawaian PNS dari SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bandung terkait dengan rekonsiliasi/pemutakhiran data pegawai, serta masih adanya keterlambatan pelaporan administrasi bagi PNS di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang telah memasuki batas usia pensiun, pindah pergi, meninggal dunia, dan pemberhentian sebagai PNS dalam memproses penerbitan Surat Keterangan Penghentian Penghasilan (SKPP) dan administrasi lainnya yang berkaitan dengan gaji.

l) Pengangkatan CPNS untuk ditempatkan dalam jabatan fungsional tertentu, khususnya bidang kesehatan, masih kurang peminatnya.

m) Banyaknya PNS yang pensiun, khususnya pada jabatan fungsional tertentu.

n) Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, permasalahan yang dihadapi adalah masih belum terselesaikannya tunggakan pajak tahun 2002-2011 hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) yaitu sebesar Rp23.480.675.913,44.

2) Solusi

a) Mengikutsertakan SDM aparatur Sekretariat DPRD pada kegiatan bimbingan teknis, serta pengiriman diklat melalui kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, atau instansi lain yang telah terakreditasi.

b) Menjadi bahan pertimbangan evaluasi kelembagaan agar terwujud terintergrasinya sub bagian. yang satu dengan yang lain dalam melaksanakan tupoksi Bagian Pembangunan dan SDA. Usulan Bagian Pembangunan dan SDA menjadi Bagian Administrasi Program yang mengurus/"core bussiness" pelaksanaan administrasi program dan kegiatan menjadi leading sectors implementasi Perpres 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) Pemerintah. Sedangkan sub bagiannya menjadi:

(1) Sub Bagian Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa. (2) Sub Bagian Pengendalian Administrasi Program. (3) Sub Bagian Evaluasi Program.

Diharapkan dapat menjadi embrio implementasi Unit Layanan Pengadaan (ULP) sesuai amanat peraturan perundang-undangan.

c) Sosialisasi setiap kerjasama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung. d) Meningkatkan koordinasi dan monitoring pelaksanaan kerjasama.

e) Meningkatkan pemahaman akan tupoksi masing-masing stakeholders dalam rangka optimalisasi peran dan fungsi TKKSD.

f) Memperbaiki sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi, serta ruang sekretariat TKKSD.

IV-188

g) Melaksanakan pengiriman diklat, melaksanakan kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau instansi lain yang telah terakreditasi.

h) Merencanakan penambahan anggaran untuk melaksanakan diklat-diklat yang bersifat prioritas.

i) Melaksanakan penataan ruang kerja/kantor BKD dan mengusulkan penambahan ruangan untuk tempat penyimpanan arsip.

j) Melakukan assessment bagi jabatan fungsional dan jabatan struktural, serta merencanakan program-program kediklatan yang mendukung kompetensi aparatur yang dibutuhkan.

k) Melaksanakan monitoring dan evaluasi absensi kehadiran sekaligus melaksanakan pemutakhiran data pegawai ke SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bandung.

l) Menyusun pola insentif untuk tenaga kesehatan, khususnya dari spesialis. m) Mengusulkan rekruitmen PNS.

n) - Penyusunan kebijakan melalui pembentukan Tim Internal Pengawasan dan Pengendalian Pengelolaan Piutang Pajak.

- Pembentukan Tim Gabungan Pengawasan dan Pengendalian Pengelolaan Piutang Pajak dengan melibatkan SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bandung serta instansi di luar Pemerintah Kota Bandung (termasuk unsur BPKP Perwakilan Jawa Barat dan Kejaksaan Negeri Bandung).

- Melaksanakan Identifikasi, klarifikasi dan konfirmasi ulang piutang pajak secara periodik.

- Melaksanakan penagihan aktif kepada wajib pajak dengan hasil penagihan termaksud sudah dibayarkan ke kas daerah oleh wajib pajak (sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp979.450.849,00 atau 4,17%).

- Melaksanakan prosedur pemilahan wajib pajak sesuai dengan peraturan perundangan yang untuk selanjutnya akan dilakukan penghapusan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam dokumen IV. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Halaman 183-188)