• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri yang Berada di Wilayah Pesisir

DAFTAR LAMPIRAN

REKOMENDASI PEMANFAATAN LAHAN MODEL LAHAN & INVESTASI

2.1 Paradigma Pembangunan Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil Berkelanjutan

2.1.5 Industri yang Berada di Wilayah Pesisir

Setiap wilayah pesisir secara tradisional telah dimanfatkan untuk keperluan Pelabuhan, Perikanan dan Pariwisata. Industri yang berkembang biasanya menunjang kegiatan tersebut. Derasnya pasar atau permintaan mengakibatkan industri berkembang pesat dan bisa tidak terkendali. Bila ini berlangsung dan pembangunan industri berlebihan akan menurunkan dan merusak ekosistim Pesisir dan laut.

Dahuri (2003a), menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 8 jenis Industri dan Jasa Kelautan Utama yaitu:

(1) Perikanan/Industri Aquakultur.

Industri perikanan memanfaatkan sumberdaya yang dapat pulih / renewable resource, dan apabila dilihat dari habitat tempat produksi maka pengembangan industri perikanan terdiri dari:

Budidaya perikanan berbasis di darat (land based aquaculture). Contohnya adalah perikanan tangkap/tambak (tambak ikan bandeng, udang, kepiting, dsb).

Budidaya perikanan berbasis di laut (marine based aquaculture). Contohnya adalah budidaya perikanan pantai (coastal aquaculture) dan budidaya laut (marin culture).

Apabila dibandingkan dengan kegiatan industri yang lain, misalkan industri, pertambangan, pariwisata dsb, maka umumnya industri budidaya perikananlah yang dikalahkan, hal ini lebih diperburuk lagi oleh karena pada umumnya belum ada tata ruang pada daerah pesisir dan laut, yang mengakomodir lahan industri budidaya pertanian sebagai suatu lahan khusus yang perlu mendapat perlindungan dari bahaya pencemaran yaitu antara lain dengan pengaturan penjarangan/spacing antara industri perikanan dengan Industri yang lain.

(2) Pertambangan dan Energi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan Industri pertambangan dan energi pada wilayah pesisir dan laut, antara lain adalah:

a. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka exploitasi dibidang pertambangan dan energi pada wilayah pesisir dan pantai, harus mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:

i. Kegiatan exploitasi tidak menimbulkan dampak negatif secara signifikan terhadap lingkungan disekitarnya.

ii. Kegiatan exploitasi tidak mematikan kegiatan yang membutuhkan kualitas lingkungan yang prima, misalkan: perikanan, konservasi (cagar alam, taman wisata laut dsb), pariwisata.

b. Pengembangan Pertambangan harus memperhatikan good mining practice yaitu praktek pertambangan dengan teknik yang benar dan senantiasa memperhatikan daya dukung alam dan kelestarian lingkungan. Contoh industri pertambangan adalah: minyak dan gas bumi, emas, bijih besi, dsb.

c. Khusus mengenai penambangan pasir, terdapat beberapa hal negatif yang perlu diperhatikan yaitu:

(i) Perubahan morfologi dasar laut terjadi secara tidak beraturan oleh karena pengerukan pasir dilaksanakan tanpa rencana yang matang.

(ii) Perubahan morfologi menimbulkan gangguan juga terhadap ke hidupan biota laut dan ekosistem.

(3) Transportasi Laut .

Kegiatan transportasi laut merupakan salah satu sumber utama pencemaran di laut, dimana sumber pencemarannya berasal dari kegiatan dilaut itu sendiri (marine based pollution). Sebagai contoh adalah kegiatan kapal pengangkut minyak (oil tanker).

(4) Bioteknologi.

Pengembangan Industri Bioteknologi pada wilayah pesisir dan kelautan mempunyai potensi besar, khususnya pada wilayah yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi, sedangkan industri bioteknologi yang berkaitan dengan upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan antara lain adalah :

Bioteknologi kelautan (marine biotechnology) dan perikanan yaitu: Untuk pengadaan aquaculture, pemanfaatan molecular dan rekayasa genetika untuk pengembangan jenis-jenis ikan yang tahan terhadap lingkungan yang sudah tercemar, bioremediasi dan teknik konservasi biota laut.

Bioteknologi Industri dan Lingkungan yaitu : Untuk upaya pencegahan dan penetralan polutan melalui proses yang aman, yaitu antara lain dengan mempergunakan mikroorganisme hasil / produk Bioteknologi Industri dan Lingkungan untuk mencegah pencemaran lingkungan.

(5) Industri Maritim dan Bangunan Kelautan.

Pengembangan Industri Maritim dan Bangunan Kelautan harus memperhatikan karakteristik wilayah, sehingga tidak menimbulkan dampak ekologi dan sosial. Termasuk dalam bangunan kelautan, antara lain adalah Dermaga, Lapangan penumpukan, terminal penumpang dll.

(6) Pariwisata Bahari.

Pengembangan pariwisata bahari yang mempunyai potensi besar antara lain adalah pada wilayah pantai yang indah dan alami, keanekaragaman flora dan fauna di laut. Selain dari pada itu, kegiatan pariwisata yang lain adalah ski air, berlayar, berselancar, berenang.

(7) Benda-benda Berharga.

Pengembangan kegiatan pengangkatan dan pemanfaatan benda-benda berharga dari dasar laut seperti pengangkatan kapal-kapal atau barang-barang berharga pada masa lalu, perlu memperhatikan aspek-aspek lingkungan, yaitu mempergunakan peralatan yang ramah lingkungan. Kondisi lingkungan harus diperbaiki setelah kegiatan selesai.

(8) Pulau-pulau Kecil.

Untuk mengembangan pulau-pulau kecil oleh pengusaha dari luar pulau,terlebih dahulu dibutuhkan studi dan perencanaan untuk mengetahui kebutuhan pembangunan. Studi/penelitian antara lain meliputi: Kategorisasi pulau-pulau kecil untuk mengetahui kendala dan permasalahan lingkungan yang ada dan juga analisa sistem ekonomi, demografi, politik, lingkungan dan teknologi.

Penelitian yang dilaksanakan meliputi penelitian interdisiplin dan interaktif dengan melibatkan para pakar dari lembaga pengkajian teknologi regional atau pusat penelitian terkait untuk mendapatkan penelitian, perencanaan dan pembangunan yang komprehensif.

Apabila dilihat dari segi keragaman dan intensitas kegiatan pembangunan maka jenis-jenis Industri yang dikembangkan diletakkan di dalam 4 zonasi (perwilayahan) yaitu :

Zona 1:

Zona ini meliputi lahan pesisir atau coastal land hingga perairan laut sejauh 12 mil dari garis pantai, lahan pesisir umumnya disebut sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Kondisi biofisik pada zona ini, secara umum memungkinkan untuk berbagai kegiatan pembangunan seperti pada

Tabel 4.

Zona pertama merupakan zona yang paling produktif dan dapat disebut sebagai zona pemanfaatan serbaneka atau multiple development zone. Zona 1 secara hayati/biological merupakan kawasan yang paling produktif oleh karena:

• Persediaan unsur hara cukup melimpah baik yang berasal dari aliran air sungai atau aliran permukaan (surface run off).

• Karena zona ini pada umumnya dangkal, maka sinar matahari dapat menembus kedalam laut, tanpa halangan.

Khusus untuk lahan pesisir, dimana sebagian tanahnya terbentuk oleh endapan aluvial, maka umumnya merupakan lahan pertanian yang subur.

Zona 2, 3 dan 4:

Semakin jauh mengarah ke laut lepas, maka jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan juga akan makin terbatas, karena:

• Semakin berkurangnya potensi jenis-jenis pembangunan yaitu sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan.

• Semakin jauh jaraknya dari pantai maka kondisi laut juga semakin kurang bersahabat.

Tabel 4. Zonasi Kegiatan Industri

Jenis Zoning

Laut Wilayah Zoning Jenis Industri yang sesuai

Zoning 1

Lahan pesisir/coastal land sam pai perairan laut sejauh 12 mill dari garis pantai

1.Perikanan Pelagis kecil. 2.Perikanan Ikan karang. 3.Perikanan Demersal. 4.Perikanan Udang. 5.Martikultur. 6.Budidaya Tambak. 7.Pariwisata. 8.Konservasi. 9.Pelabuhan Perikanan. 10.Pelabuhan Umum. 11.Galangan Kapal. 12.Industri Maritim. 13.OTEC. 14.Riset.

15.Pertahanan dan Keamanan.

Zoning 2 Wilayah laut Nusantara (Archipe lagic waters) diluar 12 mill laut

1.Perikanan Pelagis kecil. 2.Perikanan Ikan karang. 3.Perikanan Demersal. 4.Migas.

5.Perhubungan. 6.Riset.

7.Pertahanan dan keamanan.

Zoning 3

Wilayah laut dari 12 mill sampai 200 mill kearah laut lepas/ batas terluar Zone Ekonomi Eksklusif

1.Perikanan Pelagis besar. 2.Migas.

3.Perhubungan. 4.Riset.

5.Pertahanan dan Keamanan

Zoning 4

Wilayah laut bebas diluar Zone ekonomi eksklusif

1.Perikanan Pelagis besar. 2.Mineral.

3.Perhubungan. 4.Riset.

Sumber : Dahuri (2003a).

Di sisi darat yang masuk di wilayah pesisir dapat juga mengacu standar umum pemanfaatan lahan untuk merencanakan tata guna lahan khususnya untuk lahan miring dengan mengikuti Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Zonasi Berdasar pada Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan/Lereng Tata Guna Lahan yang Sesuai

Perumahan Industri Pariwisata Pertanian 0-30% Hutan Lindung

Sumber : Lembaga Teknologi Fakultas Teknik UI (1991a).

Apabila ditinjau dari segi ekosistem, maka untuk menempatkan sektor/kegiatan tersebut di atas, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut :

(1) Kesesuaian spasial, yaitu : Kegiatan yang ditempatkan pada suatu lahan hendaknya sesuai secara biofisik/ekologis.

(2) Kapasitas asimilasi, yaitu : Lahan dan Lingkungan tempat kegiatan mempunyai kemampuan untuk menyerap polutan yang ditimbulkan. (3) Keberlanjutan, yaitu : Dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan

tidak mengganggu kelestarian lingkungan.

(4) Daya dukung, yaitu : kegiatan–kegiatan pada suatu kawasan tidak menimbulkan populasi yang melebihi batas kemampuan lahan untuk menampung penduduk.