• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemodelan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan .1 Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan .1 Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

DAFTAR LAMPIRAN

INVESTASI BIDANG PERTANIAN

3.4.6 Analisis Pemodelan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan .1 Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan .1 Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pengertian lahan adalah luasan tertentu dari sebidang tanah yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pembangunan atau aktifitas yang letak, luasan dan peruntukkannya telah ditentukan oleh Master Plan.

Sedang Investasi, seperti dijelaskan oleh J.F. Peterman dan S.W Barnet. 2004, filosofi dari investasi,terdiri dari 3 bagian, yaitu :

(1). Alokasi Asset, (2) Manajemen Asset, dan (3) Manajemen Resiko 1. Alokasi Asset :

Asset dalam bentuk dana akan dialokasikan pada investasi jangka panjang. Alokasi dana akan mengikuti prinsif-prinsif dasar antara lain :

o Jumlah dana dianggap cukup untuk menghasilkan pendapatan menutup biaya operasional dan mengatasi masalah-masalah keuangan yang mendesak.

o Diversifikasi Investasi dilaksanakan untuk membantu meminimalkan keseluruhan risiko investasi dan memaksimalkan tingkat

pengembalian investasi. o Melakukan strategi Investasi:

Kinerja dari investasikan ditentukan oleh rencana strategis untuk alokasi dana dalam jangka waktu yang panjang dengan cara yang konsisten dan disiplin dengan penekanan pada sarana investasi yang pasif seperti pasar modal.

2. Manajemen Asset .

Dasar dari manajemen asset adalah pengembalian keseluruhan dari asset yang diinvestasikan. Kebijakan yang dipakai adalah mengamankan modal, namun dapat juga diasumsikan bahwa untuk berinvestasi dengan resiko tinggi dapat diterima, karena kompensasi dari resiko tinggi akan mendapatkan pengembalian investasi yang lebih besar.

3. Manajemen Risiko .

Program investasi harus mencari langkah-langkah untuk meminimalkan resiko operasional dan mencari komponsasi yang tepat atau resiko investasi terkait dengan dana yang diinvestasikan.

Dari pengertian di atas, investasi adalah sejumlah dana yang ditanamkan guna tujuan tertentu, dengan telah memperhitungkan strategi dan resikonya dengan mengharapkan dana akan kembali dengan jumlah yang lebih besar dalam kurun waktu tertentu.

Pengertian ini sejalan dengan pengertian investasi yang selama ini berjalan dan telah berlangsung di Pulau batam, untuk memudahkan investasi ini dikelompokan sebagai investasi positif. Yang secara umum merupakan bagian dari Positive Externalities (Wikipedia. 2007).

Penanaman modal untuk perbaikan lingkungan dan pihak yang menanamkan modal tidak mendapatkan secara langsung pengembalian modal dan keuntungannya, bahkan hanya mengeluarkan dana, dapat disimpulkan inivestasi tersebut hanya merupakan pengeluaran (negatif), maka penanaman modal ini disebut investasi negatif atau investasi negatif adalah investasi yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proses pembangunan oleh pengusaha, masyarakat atau pemerintah dengan direncanakan secara matang dan diketahui tujuan dan resikonya bahwa investasi tersebut tidak akan dapat kembali secara langsung. Keuntungan didapat oleh banyak pihak (masyarakat). Nilai keuntungan yang dirasakan bisa lebih besar atau lebih kecil dari investasi yang ditanamakan. Dalam hal ini investasi negatif secara umum merupakan bagian dari negatif externalities (Wikipedia. 2007).

Dalam Disertasi ini yang dimasukan kedalam investasi negatif adalah pengolahan limbah, pencemaran, perbaikan lahan kritis dan penghijauan, penghutanan kembali, erosi dan abrasi, termasuk penertiban perumahan liar.

Investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah seperti sarana prasarana dan infrastruktur dikelompokan dalam investasi netral. Dalam kondisi tertentu pembangunan infrastruktur bisa menjadi investasi positif apabila dibangun oleh swasta dan dapat mengembalikan modal serta mendapatkan keuntungan (contoh: jalan tol, pelabuhan, dll)

Pada penelitian ini pengertian pemanfaatan lahan yang optimal adalah pemanfaatan lahan guna mendapatkan investasi yang optimal dari lahan yang telah diperuntukkan dalam master plan Pulau Batam. Investasi optimal didapatkan dari selisih investasi/ditanamkan oleh pihak pengusaha dalam rangka penanaman modal usaha disetiap sektor dikurangi dengan investasi lain guna memperbaiki kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan, sedang investasi pemerintah dianggap investasi netral.

Mengingat investasi biasanya dinilai dalam mata uang (Rp./$) sedang lahan dinilai dalam satuan luas (m2/ha), maka untuk optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menilai satuan luas lahan dalam nilai mata uang atau memberi nilai Rupiah/$ untuk setiap m2 luasan lahan dalam satuan peruntukan sehingga akan didapatkan nilai luasan lahan yang dapat menghasilkan nilai investasi optimum (dalam Rupiah atau Dolar). Sedang wilayah yang menjadi obyek kajian adalah keseluruhan wilayah Pulau Batam.

Untuk mendapatkan nilai lahan, dicari dari hal-hal yang dianggap mempunyai pengaruh besar dalam pemanfaatan lahan. Dari data yang ada, investasi yang ditanamkan oleh investor yang bertujuan melaksanakan pembangunan dan melakukan proses produksi mempunyai nilai yang sangat dominan. Berdasarkan hal tersebut maka nilai investasi diambil sebagai acuan dalam mencari nilai lahan.

Bila diuraikan lebih lanjut maka investasi yang dilakukan oleh pihak swasta/ pengusaha dapat dibagi atas sektor-sektor antara lain:

− Sektor Industri

− Sektor Jasa

− Sektor Perumahan

− Sektor Pertanian

Kelima sektor diatas akan menyumbang Investasi dari 3 komponen yaitu:

− sewa lahan

− pembangunan fisik

− operasional produksi

Ketiga komponen ini bisa saja dicari nilainya masing-masing, namun dalam kesempatan ini yang akan diambil adalah nilai investasi yang diajukan didalam pengajuan investasi/penanaman modal (jumlah investasi yang diajukan kepada Otorita Batam oleh pengusaha ditiap-tiap sektor).

Investasi disetiap sektor ternyata tidak selalu mendatangkan nilai positif. Dampak yang ditimbulkan sejak proses pembukaan lahan sampai beroperasinya usaha, membawa dampak negatif antara lain:

− penimbunan lahan di laut.

− pembukaan lahan yang tidak terkendali oleh pengusaha, perambah yang mengakibatkan hilangnya nilai sumberdaya alam dan timbulnya erosi.

− buangan limbah dari tiap-tiap sektor berupa limbah padat dan domestik, limbah cair dan limbah beracun (B3).

Hal-hal yang mempengaruhi investasi di setiap sektor antara lain pertumbuhan penduduk dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Otorita Batam, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan beberapa kebijakan yang dibuat oleh negara Singapura.

Seperti diuraikan sebelumnya, 5 (lima) sektor yang berperan besar terhadap investasi yaitu Sektor Industri, Sektor Jasa, Sektor Perumahan, Sektor Pariwisata dan Sektor Pertanian. Namun dari data yang ada, lahan dengan peruntukan hijau (hutan lindung, daerah tangkapan air untuk waduk dan hijau kota) ternyata juga mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya adanya perubahan peruntukan (investasi positif) ataupun penyerobotan lahan/pengerusakan lingkungan (investasi negatif). Oleh sebab itu daerah hijau akan diperhitungkan dengan diasumsikan sebagai Sektor Hijau.

Optimalisasi pemanfaatan lahan berdasarkan dari nilai investasi dapat didetailkan melalui peninjauan keenam (6) sektor di atas (5 sektor + 1 sektor hijau). Pendekatannya secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

− Setiap sektor akan menghasilkan investasi dari nilai lahan yang dimanfaatkan oleh investor (perusahaan), hal ini diasumsikan sebagai investasi positif, namun demikian secara pemanfaatan lahan (pemanfaatan lahan & proses operasi) juga membawa masalah seperti limbah yang dihasilkan, erosi dan kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan, dan lain-lain. Untuk mengolah dan memperbaiki kerusakan juga diperlukan dana. Hal ini diasumsikan sebagai investasi negatip. Untuk mendapatkan nilai lahan yang maksimal, maka nilai investasi positip harus lebih besar dari investasi negatif. Semakin besar nilai investasi positif dan semakin kecilnya investasi negatif maka nilai lahan semakin baik. Pada pemanfaatan lahan dengan kombinasi tertentu akan dicapai selisih nilai investasi positif terbesar, apabila kondisi ini tetap memperhatikan lingkungan maka kondisi ini dianggap sebagai kondisi optimum dan pemanfaatan lahan mencapai optimal. − Konsekuensi dari upaya mengembangkan suatu wilayah adalah harus

menyiapkan infrastruktur (sarana dan prasarana) agar dapat menarik investor / pengusaha menanamkan modalnya di wilayah tersebut. Semakin lengkap infrastruktur yang disiapkan maka semakin besar daya tarik wilayah tersebut dalam memikat investor. Investasi untuk penyiapan infrastruktur tidak mungkin disiapkan oleh investor (pihak swasta). Selain nilainya besar, infrastruktur dibangun justru untuk menarik investor. Maka yang memungkinkan dan paling berkepentingan investasi ini dibebankan kepada pemerintah. Artinya semakin besar investasi yang ditanamkan oleh pemerintah memungkinkan semakin besar pula minat investor menanamkan modalnya di wilayah tersebut.

− Investasi untuk menyiapkan infrastruktur dalam penelitian ini diasumsikan sebagai investasi netral. Ini didasarkan investasi yang ditanamkan merupakan pengeluaran dari pemerintah (bukan pemasukan). Disisi lain dengan adanya investasi ini nilai investasinya tidak bisa dibandingkan dengan luas lahan yang diperlukan.

Masing-masing infrastruktur membutuhkan luas lahan yang berbeda dan memerlukan dana yang berbeda-beda pula. Dari kebutuhan pemanfaatan lahan, luasan yang diperlukan untuk infrastruktur sudah diperhitungkan melalui standard yang ada, sebagian tidak bisa dioptimalkan lagi (contoh standar kebutuhan untuk Jalan, Bandara, Pelabuhan dan lain-lain). Gambar 13. memperlihatkan alur palaksanaan penelitian.

Gambar 13. Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan 3.4.6.2 Input analisis model optimalisasi pemanfatan lahan

Sebagai alat bantu untuk menganalisis dan memprediksi alur proses dari pemanfaatan lahan akan menggunakan perangkat lunak STELA4. Sedang dalam tahapan perhitungan digunakan input analisis yang didapatkan dari hasil analisis sebelumnya. Untuk mendapat gambaran nilai total investasi dari pemanfaatan lahan tahap pertama, harus mengisi seluruh rumus khususnya koefisien

LAHAN DI PULAU BATAM

DIALOKASIKAN Tidak Dialokasikan

DIBANGUN DIBUKA INV. SWASTA POSITIF DAMPAK SARPRAS FASOS/FASUM INV. PEMERINTAH NILAI LAHAN

PER M2 NILAI DAMPAK

PER M2 NILAI DAMPAK PER M2 NILAI ASLI LAHAN TOTAL NILAI ASLI LAHAN TOTAL INV.NETRAL TOTAL INV.POSITIF TOTAL INV.NEGATIF MENCARI INVESTASI POSITIF TERBESAR

(TOTAL INV.POS – TOTAL INV.NEG) > NILAI TOTAL ASLI LAHAN INV.TOTAL = (INV. POS + INV NETRAL) – INV.NEG

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT PULAU BATAM : EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL

pertumbuhan (KF). Apabila seluruh rumus telah diisi dan dimasukkan dalam perangkat lunak, hasilnya (total investasi dari pemanfaatan lahan) dapat terlihat dengan me-RUN perangkat lunak tersebut. Rumus perhitungan nilai lahan tiap sektor sebagai bahan untuk input analisis dapat dilihat pada uraian di bawah, sedangkan detail formula dapat dilihat pada Lampiran 2. dan penjelasannya pada Lampiran 3. Daftar istilah.

(1) Investasi Sektor Industri dan Lima Sektor Lainnya a. Investasi Positif Sektor Industri

Untuk menghitung investasi positip di sektor industri berkait dengan pemanfaatan lahan, adalah mencari investasi yang ditanamkan pada lahan industri dalam satuan rupiah dan m2 dan dikalikan dengan nilai interest rate (nilai investasi yang muncul akibat proses perbankan, dengan nilai rata-rata sekitar 9%/th). Untuk itu dicari terlebih dahulu nilai lahan industri per m2.

Dengan diketahui nilai lahan industri per m2 maka nilai investasi di bidang industri dapat dicari dengan cara mengalikan luas lahan investasi dikalikan nilai lahan industri per m2.

Urutan perhitungan untuk pembuatan model adalah sebagai berikut : 1. Menghitung/mencari lahan industri yang telah dialokasikan kepada

investor yang dibangun maupun dengan melalui data pengalokasian lahan tahun 1998.

2. Menghitung laju pengalokasian lahan industri yang dibangun pertahun, yaitu dengan menghitung rata-rata kenaikan pengalokasian lahan pertahun (dalam persentase).

3. Mencari nilai investasi industri per m2 dengan cara membagi total investasi yang ditanamkan pada sektor industri pada tahun 1998, dibagi dengan luas lahan sektor industri yang telah dialokasikan. 4. Menghitung laju pertumbuhan positif investasi industri, yaitu

dengan menghitung kenaikan penanaman investasi sektor industri pertahun (dalam persentase).

5. Menghitung investasi positif sektor industri dengan cara mengalikan lahan sektor industri yang telah dibangun dengan nilai investasi industri per m2.

b. Investasi Negatif Sektor Industri

Investasi negatif di sektor industri di asumsikan disumbang dari 2 (dua) kegiatan yaitu :

• Investasi yang diperlukan untuk mengolah limbah yang dihasilkan dan perkiraan investasi yang diperlukan untuk menetralisir limbah yang dibuang/ mencemarkan laut.

• Investasi yang seharusnya dikeluarkan akibat erosi yang disebab kan oleh pengrusakan hutan atau muka lahan yang tidak terkendali.

Catatan :

Nilai hijau/hutan di peruntukan industri yang dihilangkan/tebang, tidak diperhitungkan sebagai investasi negatif karena lahan tersebut akan dimanfaatkan sesuai peruntukan dalam Master Plan dan hutan yang ada pasti akan diolah sebagai daerah yang akan dibangun menjadi penebangan hutan yang dilakukan sesuai rencana.

c. Investasi Negatif untuk Mengolah dan Menetralisir Limbah yang Dibuang/Mencemarkan Laut

1) Investasi Negatif untuk pengolahan limbah.

Investasi ini diperlukan untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Investasi ini dikatakan negatif karena dana yang digunakan tidak untuk menghasilkan produk tetapi merupakan merupakan pengeluaran (cost) akibat proses produksi.

Proses perhitungan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Menghitung luas lahan industri yang telah dialokasikan dan telah dibangun oleh investor.

Menghitung jumlah dan laju limbah yang dihasilkan setiap tahunnya.

Menghitung jumlah limbah yang diolah.

Menghitung biaya pengolahan limbah perliter (standard). Menghitung investasi negatif sektor industri untuk pengolahan limbah. Caranya dengan mengalikan jumlah limbah dengan biaya pengolahan limbah perliter.

2) Investasi negatif untuk menetralisir limbah yang dibuang ke laut. Investasi ini diperlukan/akan dikeluarkan untuk mengganti kerusakan yang ditimbulkan oleh limbah buangan industri yang mencemarkan laut.

Proses perhitungan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Menghitung luas lahan industri yang telah dialokasikan dan telah dibangun oleh investor.

Menghitung jumlah dan laju limbah yang dihasilkan setiap tahunnya.

Menghitung jumlah limbah yang dibuang ke laut (l/m3).

Menghitung/mengasumsikan kerusakan yang terjadi akibat pembuangan 1 (satu) liter limbah ke laut.

Menghitung investasi negatif sektor industri akibat pembu angan limbah ke laut, yaitu jumlah limbah yang dibuang ke laut dikalikan dengan biaya kerusakan laut akibat pembuangan limbah (L).

d. Investasi Negatif Akibat Pembukaan Lahan (Erosi)

Investasi Negatif Akibat Pembukaan Lahan diperhitungkan sebagai nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk menanggulangi erosi, pencemaran serta kerusakan habitat laut yang ditimbulkan akibat kegiatan pembukaan lahan. Oleh sebab itu, nilai yang dihitung adalah besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh erosi, pencemaran dan kekeruhan yang ditimbulkan.

1. Menghitung lahan sektor industri yang dialokasikan tetapi tidak dibangun.

2. Menghitung lahan sektor industri yang dialokasikan, tidak dibangun tetapi lahannya telah dibuka (land clearing).

3. Menghitung laju pertumbuhan butir-2 (laju pembukaan lahan yang dialokasikan).

4. Mencari koefisien terjadinya erosi per-m2 dari lahan yang dibuka. 5. Menghitung jumlah erosi yaitu mengalikan dari lahan sektor

industri yang dialokasikan dan dibuka dengan koefisien erosi. 6. Menghitung kerugian dari tiap gram erosi yang dibawa ke laut

(kematian habitat, kekeruhan, menurunnya pendapatan nelayan, dan lain-lain).

7. Menghitung besarnya kerugian akibat erosi, yaitu mengalikan jumlah erosi dengan kerugian per kg erosi.

e. Investasi Netral

Dijelaskan di atas investasi netral disiapkan dan menjadi beban pemerintah. Investasi ini juga sulit bila diperhitungkan bobot pembebanannya berdasar peruntukan tiap sektor. Investasi netral (infrastruktur) dibangun untuk melayani seluruh aktifitas sektor dan direncanakan secara menyeluruh untuk kebutuhan seluruh kawasan. Dalam hal ini seluruh wilayah P. Batam (contoh rencana jalan, rencana penempatan pelabuhan, bandara, dam dan pengolahan air bersih) semua direncanakan dan dibangun guna mensuplai/menjangkau seluruh P. Batam.

Sektor lainnya akan menggunakan perhitungan dan penggunaan model yang tidak jauh berbeda dengan sektor industri dengan beberapa modifikasi dan inputan yang berbeda sesuai dengan data-data masing-masing sektor.

Dengan mempelajari uji coba di sektor industri, data-data yang ada serta kejadian di lapangan, diperkirakan sektor perumahan dan

sektor hijau akan memperlihatkan proses, rumusan dan model yang spesifik.

Apabila seluruh sektor sudah dihitung dan modelnya sudah dibuat maka total investasi wilayah P. Batam dapat dicari dengan menjumlahkan investasi di semua sektor (sektor industri, jasa, perumahan, pariwisata, pertanian dan hijau).

Nilai investasi untuk seluruh lahan di P. Batam (seluruh sektor) adalah nilai investasi berdasar dari data yang ada. Apabila dilihat dari model maka pada tahun 1998 memberikan / menampilkan kondisi investasi riil pada saat itu.

Diagram akan lebih bermanfaat untuk melihat proyeksi ke depan, variabel-variabel dapat lebih dimodifikasi dengan asumsi-asumsi yang lebih menguntungkan dalam menarik investasi.

Untuk mencari pemanfaatan lahan yang optimal Diagram Model akan sangat membantu (Software STELLA 4). Langkah awal adalah mencari kombinasi untuk mendapatkan nilai investasi maksimum pada tahun yang akan diproyeksikan (misal tahun ke sepuluh). Nilai maksimum ini bisa mengarah menjadi nilai optimal bila dianalisis dengan mengkombinasikan dengan lingkungan, sensitifitas, rencana tata ruang (master plan) dan standar-standar / peraturan-peraturan yang terkait. Bila kondisi ini terjadi maka pada saat itu pemanfaatan lahan menjadi optimal.

(2) Perusakan Sumberdaya Alam

Perusakan langsung SDA seperti penggundulan hutan lindung, hutan bakau, hijau kota dan penimbunan laut, secara langsung telah mengurangi kemampuan daya dukung lahan, menghilangkan biota dan merusak keindahan, nilai yang seharusnya dipertahankan menjadi hilang. Nilai inilah yang dihitung merupakan nilai investasi yang hilang .

(3) Pembangunan Berkelanjutan

Seperti dijelaskan di awal, untuk periode kedepan pembangunan di P. Batam mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan. Dari

beberapa teori yang dijelaskan diawal indikator keberhasilan pembangunan berkelanjutan terdiri dari banyak aspek yang apabila dikelompokan dapat dirumuskan dalam kelompok-kelompok besar (dimensi).

Faktor dominan dalam pembangunan berkelanjutan adalah lingkungan. Dalam penelitian ini semua yang direncanakan dan proses yang akan dijalankan harus mengacu pada standar-standar lingkungan yang ada.

Penelitian ini mengacu kepada hal yang dikemukakan dalam OECD (1993) yaitu dimensi penting pengelolaan wilayah pesisir yang memenuhi konsep pembangunan berkelanjutan. Secara ekologis yaitu dimensi ekonomi, lingkungan, keadilan sosial (equty), moral dan kelembagaan. Lebih lanjut OECD (1993) mengemukakan bahwa kondisi pembangunan berkelanjutan diwilayah pesisir dapat dimonitor dari beberapa parameter ekosistem yang dikelompokan menjadi 3, yaitu: parameter fisik, parameter kimia/ biologis, dan parameter sosial.

Sesuai dengan judul penelitian, maka fokus penelitian diarahkan kepada hal yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, yang mencakup 5 dimensi sebagaimana dikemukakan oleh OECD (1993), yaitu ekonomi, lingkungan, keadilan sosial, moral dan kelembagaan, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

Dimensi ekonomi diwakili dengan investasi, sedang dimensi lingkungan akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perkembangan lingkungan, rencana tata ruang yang ada dikaitkan dengan standar-standar yang berlaku.

2) Peraturan lingkungan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Otonomi Daerah dan standar lainnya.

3) Dampak perusakan lingkungan fisik dan penurunan nilai standar lingkungan yang berlaku.

4) Dampak buangan limbah produksi dibanding dengan standar yang berlaku dan daya dukungannya.

5) Upaya perbaikan lingkungan agar keseimbangan wilayah P. Batam dapat pulih kembali.

Dimensi keadilan sosial (pemerataan kesejahteraan), moral dan kelembagaan adalah sebagai berikut:

Apabila dilihat keseluruhan Pulau Batam, masalah sosial dapat dilihat dari akibat datangnya pendatang dari luar. Beberapa kasus yang terasa mencuat adalah:

1) Munculnya bangunan liar oleh para pendatang.

2) Tersudutnya penduduk asli (nelayan) yang tanahnya digunakan untuk pembangunan.

3) Suku Laut yang belum bisa membaur dengan cara-cara hidup yang berkembang di Batam.

Masalah sosial ini menjadi semakin membesar dengan semakin jatuhnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan penduduk asli dibandingkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan penduduk pendatang. Kondisi seperti ini seakan akan ada pengotakan antara pelaku ekonomi penduduk asli yang lemah dan bersifat tradisional dan ekonomi pendatang yang modern dan kuat. Oleh sebab itu tanpa adanya program yang terarah, maka pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kemakmuran yang sangat cepat terjadi di Batam hanya akan dinikmati oleh segelintir orang. Agar keadilan lebih merata dan ketimpangan sosial diperkecil, diperlukan upaya pemerintah. Dan di Pulau Batam khususnya, peran Otorita Batam dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk sama-sama menyelesaikan masalah tersebut.

Kartasasmita (1996) menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas perlu memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional.

Penguatan ekonomi ini akan meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern,`dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi sub sistem ke ekonomi pasar dan dari ketergantungan kepada kemandirian.

1) Peningkatan akses kepada aset produksi.

2) Yang dimaksud aset produksi yang dimiliki oleh sebagian rakyat adalah tanah, oleh sebab itu perlu mempertahankan kepemilikan lahan oleh rakyat & menimbulkan jalan pemanfaatan yang lebih optimal diluar pertanian. Misal agroindustri dan industri jasa.

3) Masyarakat ekonomi lemah biasanya juga mengalami kesulitan dalam pendanaan termasuk akses kepada pemberi dana (modal). 4) Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat. 5) Salah satu organisasi yang dianggap cocok adalah koperasi, dengan

koperasi dapat sama-sama memasarkan hasil produknya dan memperkuat posisi.

6) Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

7) Kebijakan mengembangkan industri harus mengarah pada penguatan industri rakyat. Proses Industrialisasi harus mengarah ke pedesaan dengan memanfaatkan petani setempat yang umumnya adalah agro industri dengan cara yang lestari dan memakai tenaga setempat.

8) Kebijaksanaan ketenagakerjaan yang merangsang tumbuhnya tenaga kerja yang mandiri sebagai cikal bakal lapisan wira usaha baru yang berkembang menjadi usaha-usaha kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang.

9) Pemerataan pembangunan antar daerah.

10) Adanya perangkat peraturan perundangan yang memadai untuk melindungi dan mendukung pengembangan ekonomi rakyat yang ditujukan khusus untuk kepentingan rakyat kecil.

3.4.6.3 Analisis Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Untuk menganalisis pemanfaatan lahan dengan nilai investasi yang optimal digunakan perangkat lunak STELA4, khususnya dalam memprediksi rencana kedepan. Dalam analisis ini ada tiga unsur utama yang mempengaruhi nilai

optimum yaitu pemanfaatan lahan, investasi dan lingkungan. Untuk memadukan ketiga unsur tersebut akan dianalisis dalam satuan yang sama yaitu Rp/m2.

Untuk mencari pemafaatan lahan yang optimal, Diagram Model akan sangat membantu (software STELA4). Langkah awal adalah mendapatkan nilai investasi maksimum pada tahun yang akan diproyeksikan (misal tahun kesepuluh). Nilai maksimum ini bisa mengarah menjadi nilai optimal bila