• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

SELESAI PEMBANGUNAN

8. Fatwa Planologi

5.4 Penentuan Prioritas Kebijakan

5.4.1 Prioritas Kebijakan Sektor Industri

(1) Mengingat lahan di Pulau Batam hampir seluruhnya merupakan pesisir, maka perlu direvisi kembali Rencana Tata Ruang di kawasan tersebut, minimal memperbaiki kawasan pantai dan menyediakan lahan-lahan untuk pengolahan limbah secara terpadu.

(2) Perlu segera diterapkan kebijakan penarikan lahan-lahan yang tidak segera dibangun melalui tahapan peringatan atau tindakan keras agar segera membangun.

(3) Lahan-lahan yang tidak sesuai dengan fungsi pembangunan P. Batam dan lahan pada sektor lain yang memungkinkan untuk dikonversikan menjadi lahan industri, dengan memperhatikan zoning di dalam Master Plan diusulkan segera dikonversikan terutama ke sektor industri.

(4) Lahan yang telah ditarik, segera diproses untuk berikan kepada investor yang bersungguh-sungguh dengan biaya sewa lahan yang lebih tinggi tetapi dengan pelayanan dan penyiapan infrastruktur yang lebih baik. Bila proses tersebut dilaksanakan maka inevstor akan segera membangun dan investasi positif dengan cepat akan meningkat.

(5) Apabila konversi lahan disetujui maka sebaiknya langsung diberikan kepada investor agar mempercepat laju pertumbuhan investasi positif. (6) Kebijakan pengelolaan sumber dampak negatif.

Kebijakan pengelolaan sumber dampak negatif dilakukan dalam rangka mengantisipasi dampak negatif yang timbul akibat aktivitas berbagai kegiatan sehubungan dengan pengembangan yang intensif di Pulau Batam sebagai daerah industri dan jasa. Adapun kebijakan pengelolaan sumber dampak negatif meliputi kebijakan pengelolaan limbah cair, limbah padat dan erosi.

(a) Kebijakan Pengelolaan Limbah Cair

Limbah cair yang diperkirakan berdampak negatif bagi wilayah pesisir dan laut berdasarkan hasil simulasi sistem berasal semua kegiatan

yang dikaji, baik dari sub-sistem industri, perumahan, jasa, pertanian maupun pariwisata.

Upaya pengolahan limbah cair yang telah dilakukan selama ini sudah cukup baik. Upaya tersebut antara lain dengan mempergunakan Jaringan Induk Saluran Pengumpul dan penyalur Air Limbah, yang menerima air limbah dari 6 blok daerah pelayanan. Selanjutnya lewat Jaringan Induk Saluran Pengumpul dan penyalur, air limbah dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah/Waste Water Treatment Plant [WWTP] pada ujung barat SWP Tanjung Uncang Sagulung.

Upaya lain yang perlu dilakukan dalam penanganan limbah cair adalah dengan membangun saluran terbuka [untuk daerah pemukiman] atau tertutup [untuk daerah Industri, daerah komersiel dan daerah perkantoran] termasuk saluran bawah tanah, untuk mengendalikan air hujan dan air buangan khususnya pada daerah yang belum mempunyai saluran pembuangan.

Khusus untuk limbah dari daerah industri. pariwisata dan komersil, limbah cairnya perlu terlebih dahulu diproses untuk memperbaiki kualitas air buangan melalui proses pengolahan,sehingga memenuhi standard air buangan yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis sistem optimalisasi pemanfaatan lahan, maka pengelolaan yang perlu dilakukan adalah kewajiban untuk mengelola limbah cair yang akan dibuang ke lingkungan dengan standar minimal 70% dari limbah yang akan dikeluarkan sudah dikelola dan limbah cair yang dikeluarkan sudah sesuai dengan standar baku mutu limbah cari dari Kementrian Lingkungan Hidup RI.

Untuk menghindari terserapnya limbah yang berbahaya ke dalam badan tanah dan mencemari sekitarnya maka perlu dibuatkan saluran drainage yang mencakup sistem pengaliran air hujan dan air limbah dari kawasan rumah tangga, komersial dan industri. Pemisahan antara saluran drainase air limbah dan air hujan perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan cemaran limbah industri ke dalam badan sungai, dan tercampurnya air hujan dengan air limbah.

Klasifikasi saluran drainase yang diperlukan meliputi saluran drainase tertutup dan saluran drainase terbuka. Saluran drainase tertutup

dibuat untuk daerah komersil, industri, perkantoran dan jalan-jalan utama di sekitar daerah wisata. Saluran drainase terbuka dibuat untuk daerah permukiman dan saluran utama drainase.

Prinsip-prinsip saluran drainase yang dibuat adalah pada sebelah kiri dan atau kanan jalan dan mengikuti alam atau topografi sehingga aliran air terjadi secara gravitasi untuk menghindari penyumbatan pada badan saluran drainase.

(b) Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat yang diperkirakan berdampak negatif bagi wilayah pesisir dan laut berdasarkan hasil simulasi sistem berasal kegiatan industri, perumahan, jasa dan pariwisata. Adapun pengelolaan yang sudah dilakukan adalah dengan membuat pembuangan akhir sampah dengan sistem Open Dumping atau dibuang tanpa dipadatkan. Namun demikian pengelolaan limbah padat seperti ini perlu ditingkatkan menjadi sistem Sanitary Landfill.

Penanganan limbah padat memakai sistem pengumpulan dan pengangkutan limbah padat dari daerah pelayanan menuju tempat pembuangan akhir/TPA yang sudah disiapkan misalnya TPA Muka Kuning dengan memakai compactor truck yang sudah disiapkan pada daerah-daerah pelayanan. Untuk kawasan industri, kendaraan pengumpul dan pengangkut sampah melayani keseluruhan Wilayah Industri Pulau Batam, baik untuk kelompok Industri penghasil limbah padat sampah dalam jumlah besar [>2m3 per hari] maupun kelompok Industri penghasil limbah padat kecil [buangan dari aktivitas kantor].

(c) Kebijakan Pengelolaan Erosi

Laju erosi yang terbesar terjadi pada catchment area disekitar dam Ladi, yaitu sebesar 27.23 ton/ha/th yang sudah jauh melebihi laju erosi yang diperkenankan yaitu 4 – 11 ton/ha/th. Sehubungan dengan hal ini perlu dilaksanakan langkah-langkah penanggulangan. Penanggulangan erosi yang paling sesuai untuk catchment area adalah dengan cara Konservasi Vegetasi atau penanaman vegetasi dengan masa pemeliharaan 3 tahun atau sampai tanaman dapat hidup tanpa bantu an pada lahan kritis.

Melakukan penanaman dengan tanaman yang menyelimuti permukaan tanah juga signifikan untuk mengurangi dampak terjadinya erosi yang terjadi akibat pembukaan lahan pada catchment area akibat penggundulan dari pembangunan rumah liar.

Untuk menghindari erosi atau gerusan dan juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh aliran air hujan yang mengalir dipermukaan tanah yaitu: luapan dan genangan air, maka air hujan perlu dialirkan ke lembah sungai penerima yang terdekat, misalkan Sei Senimba, Sungai Langkai dan Tembesi lama, serta Sei Temiang dan untuk selanjutnya mengalir ke laut. Drainase merupakan suatu cara untuk mengalirkan air secepat mungkin menuju ke hilir.

(d) Kebijakan Pengelolaan Limbah B3 5.4.2 Prioritas Kebijakan Sektor Perumahan

(1) Perlu penataan hunian (zoning) perumahan berdasarkan lokasi kerja. (2) Perlu memperhatikan segmentasi harga lahan untuk perumahan agar

didapat subsidi silang bagi masyarakat berpenghasilan rendah/miskin. (3) Perlu perencanaan kawasan perumahan sesuai dengan standar

kenyamanan perumahan yang aman, nyaman dan mudah dijangkau dengan fasos dan fasum yang memadai. Hal ini perlu dilakukan untuk kenyamanan dan kelestarian lingkungan.

(4) Perlu memperbaiki Rencana Tata Ruang khususnya untuk perencanaan perumahan dikawasan padat perkotaan, antara lain kebijakan kebijakan pengetatan ijin KDB dan KLB.

(5) Perlu dipikirkan subsidi bagi penduduk asli yang berpenghasilan rendah/miskin dalam bentuk keringanan atau pemberian kavling atau pemberian perumahan.