DAFTAR LAMPIRAN
INVESTASI BIDANG PERTANIAN
3) Persaingan dengan wilayah lain
Persaingan dengan wilayah lain tidak secara langsung mempengaruhi penyimpangan pemanfaatan lahan. Wilayah lain biasanya digunakan sebagai pemicu persaingan. Investor akan akan mengatakan bila tidak diberi lahan di P. Batam maka mereka akan mengalihkan investasinya ke wilayah lain. Bila investor yang menyatakan hanya investor bermodal kecil maka akan sangat mudah menolak atau membiarkan pindah ke wilayah lain. Namun apabila investor yang menyatakan adalah investor besar yang mempunyai sumber dana besar dan produk yang dihasilkan berskala internasional, maka permintaan tersebut akan membimbangkan pengambil keputusan. Dasar pertimbangan utama adalah peluang belum tentu terjadi dua kali. Maka dengan
berbagai pertimbangan kemungkinan besar permohonannya akan diakomodir. Permasalahan akan menjadi parah bila investor besar tersebut akan melakukan kegiatan yang berdampak negatif tinggi dan menggunakan cara-cara yang tidak benar guna meloloskan permintaannya. Biasanya dengan cara membujuk dan menjanjikan memberikan imbalan bila permintaanya diterima atau dikabulkan.
(4) Staf pelaksana
Ada beberapa point penyimpangan yang terjadi akibat kesalahan dari staf pelaksana (Gambar 28 Beberapa penyimpangan yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Salah mengartikan kebijakan. Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa permohonan yang diajukan dan mendapat disposisi daru pimpinan kadangkala secara langsung di proses sesuai isi disposisi tersebut. Hal ini bisa saja dilakukan namun demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan atas disposisi tersebut karena beberapa persetujuan prinsip tidak selalu benar bila dilaksanakan. Persetujuan ini bila diperkirakan akan menimbulkan masalah perlu dianalisis dan dilaporkan kembali kepada pimpinan dengan dilengkapi masukan dan telaahan-telaahan yang bisa menjelaskan bahwa permohonan dari investor tersebut bila disetujui akan menimbulkan masalah baik terhadap hukum, master plan, lingkungan atau masalah lain dan dapat menjadi preseden buruk untuk permohonan berikutnya. Masukan ini sangat diperlukan sebagai bahan pimpinan untuk memberikan penjelasan bila permohonan itu harus ditolak atau tidak disetujui. Untuk pihak Otorita Batam, hal ini menjadi dasar yang sangat prinsip dan hal tersebut telah menjadi keputusan bersama bahwa persetujuan prinsip dalam bentuk disposisi belumlah merupakan putusan akhir. Persetujuan tersebut bisa berubah atau dikoreksi apabila akan menimbulkan permasalahan ataupun hal-hal yang membahayakan bagi pemerintah maupun masyarakat.
Penyimpangan seringkali terjadi apabila staf pelaksana langsung melaksanakan persetujuan prinsip tersebut walaupun diketahui bahwa dengan persetujuan itu terjadi penyimpangan dan akan menimbulkan permasalahan. Alasan klasik diprosesnya persetujuan tersebut karena
sudah disetujui pimpinan atau kadang-kadang takut memberikan masukan yang berbeda dengan persetujuan pimpinan.
2) Data yang tidak akurat. Kebijakan seringkali diambil pada data yang ada, dapat dipastikan bila data yang ada tidak benar maka kebijakan yang dikeluarkan berdasarkan data tersebut akan bermasalah. Data-data yang sering digunakan dan sering menimbulkan masalah antara lain:
• Letak/pemetaan lokasi lahan yang tidak akurat. • Luasan lahan yang telah dialokasikan berbeda-beda. • Terjadi tumpang tindih lahan yang dialokasikan.
• Menggunakan skala kecil sebagai pedoman pengalokasian lahan. • Batas masing-masing peruntukkan yang berbatasan tidak jelas
sehingga pemanfaatannya sesuai dengan interpretasi. • Membaca peta hanya 2 dimensi.
• Adanya perbedaan antara gambar dan keadaan di lapangan.
3) Desakan dari luar. Ungkapan yang berbunyi ”Bekerja benar saja salah” sangat cocok di pekerjaan yang terkait dengan pengalokasian lahan. Seringkali permohonan lahan yang diproses sesuai peraturan dan menghasilkan keputusan penolakan terhadap permintaan investor menjadi bumerang bagi si pemroses. Investor akan berupaya apa yang diminta dapat dipenuhi dan mengisukan apa yang dilakukan oleh staf pelaksana adalah tidak benar atau dikatakan tidak obyektif. Desakan ini disuarakan mulai dari tingkat staf pelaksana hingga pimpinan, dan bila perlu melalui media informasi. Desakan yang kuat dan terus menerus sangat memungkinkan menggoyahkan keputusan, apabila tidak mampu bertahan, keputusan bisa berubah yang semula ditolak menjadi disetujui. Apabila desakan ini tidak membuahkan hasil, ada cara lain yang dilakukan oleh investor nakal untuk menggoalkan niatnya. Mereka akan membujuk mulai dari staf pelaksana hingga pimpinan untuk mengikuti keinginannya dengan cara halus, mengiming-imingi, memberikan janji hingga memberikan imbalan. Semakin sulit tingkat resikonya maka bujukan dan imbalan yang dijanjikan semakin besar dan kadang-kadang nilainya cukup fantastis dan sangat menggiurkan. Namun demikian, apabila seluruh staf bertanggung jawab dan memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran, upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil.
4.4.5 Penyimpangan pengalokasian lahan akibat perijinan
Proses pengalokasian lahan hingga tahap diterbitkannya SBPMB (Surat Bukti Pelaksanaan Mendirikan Bangunan) relatif sangat panjang sehingga sangat memungkinkan terjadinya penyimpangan pengalokasian lahan. Adapun tahapan yang harus dilalui oleh investor hingga mendapatkan SBPMB meliputi: (1) Pembahasan tim; (2) Ijin prinsip; (3) Pengukuran; (4) Surat Perjanjian; (5) Surat Penetapan Lokasi; (6) Surat Keputusan; (7) Surat Hak Atas Tanah; (8) Fatwa Planologi; (9) IMB; dan (10) SBPMB. Berikut uraian masing-masing tahapan dalam pengalokasian lahan hingga mendapatkan SBPMB dan permasalahan yang diduga menyebabkan penyimpangan pengalokasian lahan. Skematik prosedur pengalokasian lahan dapat dilihat pada Gambar 30
1). Pembahasan Tim
Untuk menjaga obyektifitas dalam pengalokasian lahan maka permohonan yang masuk akan di evaluasi dan dibahas oleh tim, yang terdiri dari Direktorat Perencanaan, Direktorat Agraria dan Biro Umum (Legal). Tim ini akan menganalisa proposal yang diajukan dan kewajarannya. Dalam pembahasan sangat diperlukan obyektifitas, netralitas, kehati-hatian dan data-data yang akurat, khususnya latar belakang investor (bukan spekulan), dan demikian juga data ketersediaan lahan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembahasan tim antara lain: (1) Proposal yang baik tidak menyamai kualitas investor; (2) Pemohon adalah spekulan yang menggunakan badan hukum yang lain; dan (3) Data lahan yang kurang akurat.
Apabila permohonan disetujui maka akan dikeluarkan surat pemberitahuan pencadangan lokasi kepada pemohon dan ditagihkan uang muka sebesar 10% dari nilai lahan yang disetujui dengan masa sewa selama 30 tahun. Apabila uang muka telah dilunasi baru akan dibuatkan/diterbitkan Surat Ijin Prinsip. Apabila permohonan ditolak juga akan diberitahukan kepada pemohon agar ada keputusan yang jelas.
Gambar 30 Prosedur Pemanfaatan Lahan di P. Batam PERMOHONAN PEMBAHA