• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Model Sistem Dinamik yang Sudah Ada

DAFTAR LAMPIRAN

REKOMENDASI PEMANFAATAN LAHAN MODEL LAHAN & INVESTASI

4) Pendekatan Model Sistem Dinamik

2.2.3 Tinjauan Model Sistem Dinamik yang Sudah Ada

Model sistem dinamik telah dicobakan untuk memahami masalah lingkungan hidup dan kependudukan. Beberapa model tersebut adalah:

(1) Model kebijakan dalam masalah lingkungan hidup dan kependudukan.

(2) Model Global Forester : Model yang digunakan untuk memahami kaitan antara populasi, sumberdaya alam, investasi modal, investasi modal bidang pertanian dan polusi.

(3) Model Kementerian Lingkungan Hidup : Model yang digunakan untuk memahami kaitan antara aspek-aspek perubahan populasi, kualitas hidup, perubahan ekonomi, sumberdaya alam dan kualitas lingkungan.

(4) Model interaksi antara Kependudukan, Pembangunan dan Kondisi Lingkungan sebagai Masukan Pelaksanaan Koordinasi antar Pelaku Pembangunan.

(1) Model Kebijakan dalam Masalah Lingkungan Hidup dan Kependudukan

Model ini dkembangkan oleh Pusat Penelitian Energi ITB dari suatu gagasan untuk menyiapkan suatu perangkat instrumen simulasi analisis kebijakan tentang pembentukan pola dan tingkat kesejahteraan penduduk dengan pola pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan dalam menopang perkembangan lanjut kebutuhan hidup bermasyarakat. Model ini dibentuk dari 3 himpunan model, yaitu:

• Model kependudukan dan ketenagakerjaan.

• Model makroekonomik/sektor-sektor kegiatan ekonomi. • Model sumberdaya alam dan lingkungan.

Dari ketiga model tersebut dihubungkan oleh satu variabel tingkat keserasian berupa Indeks Kualitas Hidup. Indeks Kualitas Hidup merupakan suatu rangkuman dari tingkat pendapatan perkapita, pengangguran, indeks ketersediaan pangan dan indeks polusi. Secara matematis Indeks Kualitas

Hidup dihitung sebagai suatu perkalian antara kualitas hidup standar (Sayogyo, 1970) dengan 4 faktor pengali yang diturunkan dari dinamika pendapatan perkapita, indeks ketersediaan pangan, pengangguran, dan indeks polusi. Keempat faktor ini direpresentasikan oleh fungsi-fungsi non-linear.

QL = QLs x QLPC x QLF x QLP x QLUR

dengan:

QL: Indeks kualitas hidup; QLs: Kualitas hidup standar; QLPC: Faktor pengali dan pendapatan perkapita; QLF: Faktor pengali dari ketersediaan pangan; QLP: Faktor pengali dari polusi; QLUR: Faktor pengali dari pengangguran.

Asumsi pokok dalam model keserasian ini adalah sebagai berikut :

(1) Semua komoditi non-minyak diagregasikan menjadi satu, yang produksinya ditentukan oleh produksi potensial dan faktor pemanfaatan kapasitasnya. Produksi potensial ini dimodelkan oleh suatu fungsi produksi, kapital (modal) dan tenaga kerja, sedangkan faktor pemanfaatan kapasitasnya bergantung kepada level rata-rata permintaan jangka pendek.

(2) Inventory dalam sektor produksi merepresentasikan suatu level yang berisi akumlasi barang-barang di dalam ekonomi. Inventory bertamabah karena adanya produksi dan impor, dan berkurang karena adanya pengeluaran untuk konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor.

(3) Berkurangnya stok inventory dapat dipenuhi kembali melalui impor yang besarnya dapat diatur melalui instrumen kebijakan. Sedangkan ekspor komoditi non-minyak ditetapkan secara eksogenus. Besar kecilnya ekspor-impor ini tidak dibatasi oleh keadaan pasar internasional.

(4) Dinamika aliran uang (financial market) diatur oleh suatu proses keseimbangan antara tabungan, investasi dan pinjaman melalui suatu stok level uang.

(5) Ketersediaan barang dalam inventory, ketersediaan uang dalam stok uang dan ketersediaan sumberdaya alam secara bersama-sama akan mempengaruhi kecepatan proses akumulasi investasi menjadi kapital. (6) Peningkatan penggunaan kapital dalam sektor produksi pada gilirannya

(7) Peningkatan kapital akan menaikan Indeks Ketersediaan Pangan yang kemudian akan mendorong angka kelahiran. Di lain pihak, peningkatan kapital dan jumlah penduduk akan menimbulkan polusi yang pada gilirannya akan meningkatkan angka kematian.

(8) Dua komponen utama dalam sub-model minyak adalah produksi potensial minyak dan jumlah ekspor minyak yang diinginkan. Produksi potensial minyak ditentukan oleh stok kapital pada sektor ini dan tingkat produktivitasnya. Produksi minyak digunakan untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor. Pendapatan ekspor minyak dalam jangka panjang dianggap digunakan untuk mengimpor komoditi non-minyak, menambah tingkat ketersediaan inventory.

(9) Jumlah ekspor minyak yang diinginkan ditentukan secara endogenus dalam sub-model minyak berdasarkan tingkat ketersediaan sumber minyak dan kebutuhan akan pendapatannya, dan dapat dimodulasi oleh kebijakan ekspor minyak yang eksogen.

(10) Dalam jangka panjang, studi ini menganggap bahwa fraksi peranan kapital dan tenaga kerja (technological mix) dalam sektor produksi dapat diatur melalui penggunaan metode produksi yang relatif fleksibel. Asumsi ini memungkinkan terjadinya substitusi antara kapital dan tenaga kerja di sektor produksi.

(2) Model Global Forester

Model Global Forester memiliki 5 level utama. Kelima level itu adalah populasi, sumberdaya alam, investasi modal, investasi modal bidang pertanian dan polusi. Kelimanya membentuk suatu hubungan langsung dan tidak langsung antara satu dengan yang lain.

Populasi yang mempunyai peran yang besar dalam menentukan besaran level lain. Populasi mempengaruhi penggunaan sumberdaya alam, besarnya investasi modal, baik di bidang pertanian atau bukan, serta mempengaruhi besarnya polusi yang diemisikan ke alam. Tetapi dari tiap level itupun terdapat umpan balik yang akan mempengaruhi besaran populasi baik melalui angka kelahiran maupun dari angka kematian.

Populasi akan mempengaruhi investasi modal karena makin besarnya populasi akan makin besar pula kebutuhan barang dan jasa dan hal tersebut

merupakan investasi industri penghasil barang dan jasa tersebut. Hal ini berlaku pula pada investasi di bidang pertanian.

Investasi modal berarti akan memperbesar jumlah industri barang dan jasa yang berarti akan makin besar pula penggunaan sumberdaya alam dan ini berarti besar level sumberdaya alam akan berubah pula. Selain itu dengan makin banyak industri barang dan jasa maka akan semakin besar pula polutan yang terbuang.

Investasi di bidang pertanian selain dipacu oleh membengkaknya populasi juga akan dipengaruhi oleh adanya polusi. Hal ini berkaitan dengan kualitas lingkungan yang menunjang pertanian, makin rendah kualitas lingkungan yang mampu menunjang industri pertanian berarti akan mengurangi kemauan investasi di bidang itu. Diagram sebab akibat dari Model Forrester (973) dapat dilihat pada Gambar 9.