• Tidak ada hasil yang ditemukan

intrapersonal dan interpersonal skill Intrapersonal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri, sementara interpersonal skill adalah

keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain.

Intrapersonal skill sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai

berhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skill mencakup : (1) self awareness

(kesadaran diri), meliputi: (a)

self confident (percaya diri), (b) self assessment

(penilaian diri), (c) trait & preference (berkarakter dan preferensi), dan (d) emotional

awareness (kesadaran emosional); (2) self skill (keterampilan diri), meliputi: (a)

improvement (kemajuan/perbaikan), (b) self control (kontrol diri), (c) trust (percaya),

(d)

worthiness

(kebernilaian),

(e)

time/source

management

(manajemen

waktu/sumber), (f)

proactivity (proaktif), dan (g)

conscience (hati nurani).

Interpersonal skill mencakup: (1) social awareness (kesadaran sosial), meliputi: (a)

political awareness (kesadaran politik), (b)

developing others (mengembangkan

orang lain), (c) leveraging diversity (pengaruh yang berbeda), (d) service orientation

(berorientasi pada pelayanan), dan (e)

emphaty (empati); (2)

social skill

(keterampilan sosial), meliputi: (a)

leadership

(kepemimpinan), (b)

influence

(pengaruh), (c) communication (komunikasi), (d) conflict management (manajemen

konflik), (d) cooperation (kooperatif), (e)

team work (kerja kelompok), dan (f)

synergy (sinergi).

Memperhatikan kondisi di atas maka dipandang perlu bagi guru atau sekolah untuk melakukan perbaikan dan pengembangan dalam proses pembelajaran matematika. Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah dengan meningkatkan kesadaran siswa terhadap proses berpikir dan aktivitas belajarnya. Pembelajaran diawali sajian masalah kontekstual dengan melibatkan soft skills siswa dalam rangka mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini diberi nama pembelajaran metakognitif berbasis soft skills.

Pembelajaran ini menanamkan kesadaran kepada siswa suatu proses bagaimana merancang, memonitor, dan mengevaluasi proses berpikir dan aktivitas yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Untuk menyelesaikan masalah, siswa perlu menghubungkan

pengetahuan yang lalu dan sekarang, menggunakan strategi pemecahan masalah yang tepat, dan merefleksikan proses dan solusi yang diperoleh. Pada setiap aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran disisipkan pemberdayakan nilai-nilai soft skills

diantaranya: religius, percaya diri, mandiri, rasa ingin tahu, kerja keras, santun, saling menghargai, jujur, dan kerjasama. Ketika membuka pelajaran, diberdayakan nilai-nilai soft skills diantaranya: religius, percaya diri, santun, dan jujur. Ketika siswa bekerja secara mandiri, diberdayakan nilai-nilai soft skills diantaranya: percaya diri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, mandiri, dan kerja keras. Ketika diskusi kelompok, diberdayakan nilai-nilai

soft skills diantaranya: percaya diri, kerjasama, mandiri, peduli, saling menghargai, berpikir logis, santun, dan jujur. Ketika hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas yang bertujuan untuk sharing ide antar kelompok, nilai-nilai soft skills yang diberdayakan diantaranya: mandiri, saling menghargai, percaya diri, tanggung jawab, dan santun.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimanakah peningkatan KPMM siswa SMP pada sekolah level tinggi dan sekolah level sedang di Kota Pekanbaru melalui pembelajaran metakognitif berbasis soft skills?

2.

Metode

Pembelajaran metakognitif berbasis soft skills (PMSS) yang diuraikan pada makalah ini merupakan perlakuan (treatment) terhadap kelas eksperimen pada SMP level tinggi dan level sedang di Kota Pekanbaru. Makalah ini menguraikan sebagian dari penelitian quasi eksperimen yang dilakukan terhadap siswa SMP pada sekolah level tinggi dan level sedang di Kota Pekanbaru dengan desain

kelompok kontrol pretes-postes (Ruseffendi, 2005)

. Berdasarkan kajian tentang metakognisi, strategi menumbuhkan metakognisi siswa dalam mengikuti pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran metakognitif, dan kajian tentang soft skills maka penerapan PMSS melalui lima tahapan utama yaitu: (1) diskusi awal; (2) kemandirian; (3) diskusi kelompok; (4) presentasi kelompok; (5) refleksi dan penyimpulan. Secara rinci penerapan PMSS dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pada awal pembelajaran siswa dihadapkan pada sebuah masalah kontekstual dan guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memancing kesadaran metakognisi siswa. Siswa difasilitasi untuk dapat menyatakan proses berpikirnya dalam memecahkan masalah yang diberikan melalui jawaban yang diberikan baik secara lisan maupun tulisan, sekaligus memberdayakan soft skills diantaranya: percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, berkomunikasi secara efektif, sopan dan ramah.

2.

Guru meminta siswa bekerja secara mandiri membahas bahan ajarnya berupa soal pemecahan masalah, siswa difasilitasi untuk memberdayakan pengetahuan yang dimilikinya, merancang pemecahan, mengontrol proses berpikir, dan mengevaluasi aktivitas yang dilakukan. Untuk memecahkan masalah, siswa harus melalui fase-fase (memahami, menyusun dan menyelesaikan rencana pemecahan, dan menafsirkan hasil pemecahan masalah).Dalam hal ini soft skills yang diberdayakan diantaranya adalah

percaya diri, tanggung jawab, kerja keras, berpikir logis, kritis, mandiri, dan rasa ingin tahu.

3. Siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah sesuai dengan topik yang telah dibahas pada diskusi awal secara individual. Guru berkeliling kelas dan memberikan feedback

metakognitif secara individual yang menuntun siswa mengoreksi sendiri kesalahan yang dibuatnya. Situasi ini dapat memberdayakan soft skills siswa diantaranya percaya diri, mandiri, tanggung jawab, santun, dan rasa ingin tahu.

4. Guru meminta siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas yang telah dilakukan pada tahap diskusi awal dan tahap kemandirian. Dalam hal ini dapat memberdayakan rasa percaya diri dan jujur.

5.

Pada bagian akhir dari uraian materi, apabila masih ada yang belum dipahami, maka siswa menuliskan pertanyaan pada bahan ajar untuk kemudian mendiskusikannya dengan sesama siswa dalam kelompok. Dalam hal ini dapat memberdayakan rasa percaya diri, dan jujur.

6.

Guru meminta siswa dalam kelompok kecil yang heterogen 4-5 orang untuk mendiskusikan materi yang belum dipahami pada kegiatan mandiri dengan memberdayakan rasa percaya diri, tanggung jawab, peduli, saling menghargai, santun, dan kerjasama.

7. Guru meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas sehingga terjadi diskusi antar kelompok untuk melakukan sharing ide. Ketika kegiatan ini berlangsung siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik yaitu: berbicara jujur, menggunakan bahasa yang efektif dan efisien, lapang dada dan tidak mudah emosi, berinisiatif sebagai pembuka diskusi kelompok, berbahasa yang baik, ramah dan sopan.

8. Pada tahap penyimpulan siswa menulis, merangkum, dan menyimpulkan sendiri segala aktivitas yang telah dilakukan selama pembelajaran berlangsung, sementara guru meramu kesimpulan serta membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang menuntun siswa melakukan refleksi terhadap proses dan hasil yang diperoleh. Dalam hal ini dapat memberdayakan soft skills diantaranya: percaya diri, rasa ingin tahu, saling menghargai, santun, dan mandiri.

9. Pada tahap akhir guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di rumah dan menugaskan siswa menulis jurnal yang dapat mendeskripsikan pengalaman yang dialaminya selama mengikuti pembelajaran matematika. Aktivitas ini dapat menmberdayakan soft skills diantaranya: percaya diri dan jujur.

Aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran tertuang pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mulai dari RPP-1 s.d. RPP-8. Untuk memahami konsep, prinsip, prosedur dari materi Aritmetika Sosial siswa menggunakan sumber belajar LKS-1 s.d. LKS- 8. Langkah kerja yang dilalui siswa dalam pengerjaan LKS mengacu pada tahapan PMSS. Penerapan PMSS bertujuan untuk mengetahui peningkatan KPMM siswa kelas VII-2 SMP N 13 Pekanbaru (dari sekolah level tinggi) dan siswa kelas VII-1 SMP N 10 Pekanbaru (dari sekolah level sedang). Data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan KPMM siswa.

Besar peningkatan dihitung dengan rumus gain ternomalisasi (normalized gain), yaitu: g =

pretes

skor

maksimum

skor

pretes

skor

postes

skor

(Hake, 1999)

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1999) yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Klasifikasi Gain (g)

Besar g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0, 3< g

0,7 Sedang

g

0,3 Rendah

3.

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran pada setiap tahapan PMSS dapat dilihat pada Gambar 1 s.d Gambar 5.