• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data 1 Data hasil belajar

KABUPATEN REJANG LEBONG

E. Teknik Analisis Data 1 Data hasil belajar

Data tes dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar, secara klasikal proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila 85% siswa di kelas memperoleh nilai ≥ 7 sedangkan proses pembelajaran dikatakan tuntas secara individual apabila siswa memperoleh nilai ≥ 7 (Depdiknas, 2006).

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar setiap siklus serta perbedaan persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus:

a. Nilai rata-rata =

N

x

Keterangan:

x

= Jumlah nilai

N = Jumlah siswa

(Sudjana, 2004)

b. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal menggunakan rumus : Ketuntasan belajar klasikal KB =

N

NS

x 100%

Keterangan KB = Persentase ketuntasan belajar klasikal NS = Jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 7

N = Jumlah seluruh siswa

(Depdiknas, 2006)

2. Data observasi

Data observasi yang diperoleh digunakan untuk merefleksi tindakan yang telah dilakukan dan diolah secara statistik dengan menghitung:

a. Rata-rata skor =

(4)

b. Skor Tertinggi = Jumlah butir soal x Skor tertinggi tiap butir soal (5) c. Skor terendah = Jumlah butir skor x skor terendah tiap butir soal (6) d. Selisih skor = Skor tertinggi - skor terendah (7) e. Kisaran nilai untuk tiap kriteri =

(8)

(Sudjana, 2004)

Tabel 1. Kriteria Penilaian Berdasarkan Rentang Nilai Untuk Guru

No Kriteria Skor Interval

1. Baik (B) 3 33-42

2. Cukup (C) 2 24-32

3. Kurang (K) 1 14-23

Indikator keberhasilan proses pembelajaran untuk guru:

1) Guru dinilai bagus mengajarnya dan berhasil jika jumlah skor pengamatan berada pada interval 33-42

2) Guru dinilai cukup berhasil mengajarnya jika jumlah skor pengamatan berada pada interval 24-32

3) Guru dinilai kurang berhasil jika jumlah skor pengamatan 14-23

Tabel 2. Kriteria Penilaian Berdasarkan Rentang Nilai Untuk Siswa

No Kriteria Skor Interval

1. Baik (B) 3 24-30

2. Cukup (C) 2 17-23

3. Kurang (K) 1 10-16

(Sudjana, 2004)

Indikator kreativitas siswa dalam proses pembelajaran:

1) Siswa dinilai kreatif jika jumlah skor pengamatan berada pada interval 23-30 2) Siswa dinilai cukup kreatif jika jumlah skor pengamatan berada pada interval 17-22 3) Siswa dinilai kurang kreatif jika jumlah skor pengamatan 10-16

4. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, dapat kita lihat peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II dan siklus III. Nilai rata-rata observasi aktifitas guru pada siklus I adalah 29 dengan kategori cukup. Pada siklus I ini guru belum bisa mengontrol suasana kelas dan masih belum bisa memanfaatkan waktu secara optimal, begitu juga dengan siswa. Pada siklus ini siswa masih banyak yang belum kreatif mengerjakan tugas yang telah diberkan, hal ini dikarenakan kurangnya motivasi dari guru. Nilai rata-rata observasi kreativitas siswa pada siklus I ini hanya mencapai 19 dengan kategori cukup. Hasil belajar siswa pada siklus I ini rata-rata kelasnya hanya 5,73 dengan ketuntasan belajar klasikal 33,34%.

Pada siklus II rata-rata skor observasi guru meningkat menjadi 36 dengan kategori baik. Guru juga sudah merancang skenario pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran yang ada pada siklus I. Guru merancang pembelajaran agar siswa lebih termotivasi untuk kreatif mengerjakan tugas yang diberikan dengan batas waktu tertentu. Rata-rata observasi kreativitas siswa juga meningkat menjadi 24 dengan kategori baik. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II ini juga meningkat menjadi 6,8 dengan ketuntasan belajar klasikal 66,67%, akan tetapi belum mencapai indikator ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.

Pada siklus III rata-rata skor observasi aktifitas guru meningkat dari siklus-siklus sebelumnya yaitu 40 dengan kategori baik. Rata-rata observasi kreativitas siswa juga meningkat menjadi 27 dengan kategori baik. Peningkatan aktfitas guru dan kreativitas siswa ini seiring dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III dengan nilai 8,2 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 93,3%. Pada siklus III ini hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan kelemahan dalam proses pembelajaran pada siklus II seperti siswa yang masih belum berani ataupun malu untuk maju mengerjakan tugas yang diberikan, dimotivasi dengan memberikan penguatan, baik berupa penguatan Verbal (dengan menggunakan kata- kata seperti: “bagus sekali”, “betul sekali”, “pintar”, “hebat” dan lain-lain), maupun dengan menggunakan penguatan nonverbal (seperti “acungan jempol”, “tepuk tangan”), serta penguatan berupa hadiah-hadiah kecil seperti memberikan potongan buah yang telah disiapkan. Guru juga lebih memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memberikan bimbingan bagi siswa tersebut.

Dari analisis hasil belajar siklus I, hasil belajar siklus II, hasil belajar siklus III dan rata-rata nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I dan siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar klasikal 86,67% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 7,22. Peningkatan nilai rata-rata

kelas dan persentase ketuntasan belajar klasikal siswa kelas V SD Negeri 09 Kotapadang ini, seiring dengan meningkatnya proses pembelajaran yang terjadi baik peningkatan aktivitas pembelajaran pada guru maupun peningkatan kreativitas pada siswa. Peningkatan hasil pembelajaran yang terjadi tersebut karena pada proses pembelajaran di siklus II mengacu pada refleksi proses pembelajaran di siklus I, kemudian proses pembelajaran pada siklus III mengacu pada refleksi pada siklus II. Kelemahan dan kekurangan pembelajaran yang ditemui pada siklus I diperbaiki pada proses pembelajaran siklus II, dan kelemahan serta kekurangan pada siklus II diperbaiki pada siklus III. Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan Pendekatan RME berbasis media visual dapat meningkatkan kreativitas siswa.

5. Kesimpulan dan Saran

1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan umum bahwa penerapan pendekatan RME berbasis media visual dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD Negeri 09 Kotapadang Kabupaten Rejang Lebong, khususnya pada pokok bahasan pecahan.

Secara khusus kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan RME berbasis media visual dapat meningkatkan kreativitas siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan “Pecahan”. Hal ini ditandai dari hasil analisis data observasi kreativitas siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kreativitas siswa pada proses pembelajaran di siklus I yaitu mendapat skor 19 dengan kategori cukup, pada siklus II meningkat menjadi 24 dengan kategori baik, dan pada siklus III meningkat menjadi 27 dengan kategori baik;

2. Penerapan pendekatan RME berbasis media visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Nilai rata-rata siklus I sebesar 5,73, pada siklus II meningkat menjadi 6,8 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 8,2. Begitu juga dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 33,33% meningkatan menjadi 66,67 pada siklus II, dan pada siklus III meningkat menjadi 93,3%;

2.

Saran

Sebaiknya seorang guru selalu memvariasikan pendekatan-pendekatan belajar saat proses pembelajaran. Khusus pada pembelajaran matematika, pendekatan RME berbasis media visual bagus digunakan saat pembelajaran, karena pendekatan ini merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pada pokok bahasan “pecahan”.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP. Jakarta: Depdiknas

Fauzan. 2001. Pendidikan matematika Realistic: suatu alternatif menyonsong otonomi pendidikan (makalah pendidikan pada seminar nasional tentang Realistic Mathematics education Universitas Negeri surabaya)

Gregona, Aryanti. 2008. Pendidikan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika. http:www.Geocities.com. di akses Eko Budi Santoso.11 januari.2013

Hamalik, Oemar.2004. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara

Ruseffendi, ET. 1997. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua dan Anak, Guru dan SPG. Bandung : Tarsito

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Subariah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat ketenagaan

Suryanto. 2008. Pendidikan Matematika Realistik di Indonesia. http://infopendidikan kita.blogspot.com. di akses Eko Budi Santoso.11 januari.2013

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Posdakarya Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka Winata Putra, S Udin,dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT

Zukardi. 2001. RME Suatu Inovasi Dalam Pendidikan Matematika di Indonesia. Editorial jurnal pendidikan No.37. Www. Depdiknas.go.id