• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered-Head Together)

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada 19-31 Oktober 2013. Setting penelitian yang digunakan adalah kelas dan kelompok dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan pengelompokan siswa yang terdiri dari 4-5 siswa. Pembagian kelompok dibentuk berdasarkan hasil tes sebelumnya. Kegiatan pembelajaran matematika dilaksanakan di kelas VIII C SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Head Together).

Teknik pengambilan data dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :

a. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran matematika dan mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa yang dinilai meliputi : (a) Keaktifan Indra (Pendengaran, Pengelihatan, Peraba), (b). Keaktifan akal, (c). Keaktifan Ingatan dan (d). Keaktifan Emosi. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang terdiri dari dua, yaitu pedoman observasi kegiatan pembelajaran dan pedoman observasi keaktifan siswa. Hasil observasi selanjutnya diuraikan sebagai catatan lapangan.

b. Wawancara c. Angket

d. Tes hasil belajar siswa

Instrumen penelitian yaitu :

a. Peneliti sekaligus perencana, pelaksana pengumpul data utama, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.

b. Pedoman observasi digunakan peneliti sebagai pedoman ketika melaksanakan pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat dalam pengamatan selama proses pembelajaran.

c. Lembar angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Head Together) untuk mendapatkan informasi tentang keaktifan.

d. Pedoman Wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui atau kurang jelas melalui observasi dan angket.

e. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dan seberapa besar pemahaman setiap siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

f. Dokumen digunakan untuk memberikan gambaran secara visual mengenai keaktifan belajar siswa setelah melakukan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta.

Rancangan penelitian ini menggunakan model Clasroom Action Research spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart. Peneliti merencanakan penelitian ini minimal dua siklus dengan setiap siklusnya meliputi komponen-komponen sebagai berikut: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Analisa hasil observasi keaktifan siswa dilakukan dengan cara kuantitatif dan deskriptif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis data hasil observasi

Data hasil observasi dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan aspek untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar matematika disajikan dalam bentuk deskriptif. 2. Analisis data hasil angket

Data hasil angket aktivitas belajar siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan untuk masing-masing siswa. b. Skor masing-masing siswa setiap aspek dikomulasikan dan dicari rata-ratanya. c. Hasil rata-rata dipersentase dan dikualifikasikan untuk membuat kesimpulan

mengenai keaktifan siswa terhadap pembelajaran.

Tabel 1. Kualifikasi Persentase Skor Hasil Angket Keaktifan Belajar Siswa Persentase Skor Yang Diperoleh Kategori

75 % s.d 100 % Tinggi

50 % s.d 74,99 % Sedang

25 % s.d 49,99 % Rendah

0 % s.d 24,99 % Kurang

(Suharsimi Arikunto, 2007: 18-19). 3. Analisis hasil belajar

Hasil tes pada awal penelitian digunakan untuk pembentukan anggota kelompok. Sedangkan hasil tes belajar siswa pada akhir siklus dihitung rata-ratanya. Hasil tes pada akhir siklus I dibandingkan dengan hasil tes belajar pada siklus II jika mengalami peningkatan maka diasumsikan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil tes siswa baik tes kemampuan awal, siklus 1, dan siklus 2 juga digunakan untuk mengetahui poin peningkatan individu serta penghargaan kelompok.

Komponen-komponen yang menjadi indikator tercapainya pembelajaran yang optimal pada penelitian ini adalah.

1. Adanya peningkatan keaktifan siswa yang meliputi: (1) keaktifan indra (pendengaran, pengelihatan, peraba), (2) keaktifan akal, (3) keaktifan ingatan dan (4) keaktifan emosi. Siswa dalam proses pembelajaran di akhir pembelajaran dengan rata-rata aktivitas siswa sampai lebih dari atau sama dengan 75% maka siklus akan dihentikan.

2. Meningkatnya rata-rata hasil belajar matematika yang dicapai siswa. Peningkatan rata- rata nilai yang diperoleh siswa pada saat tes yang dilaksanakan akhir siklus I dan akhir siklus II. Prestasi belajar siswa dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata tes kelas minimal 75 diakhir pembelajaran.

4.

Pembahasan

4.1.

Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan aspek untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar matematika disajikan dalam bentuk deskriptif Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 12 Oktober 2013 pukul 07.40 WIB. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang relasi dua himpunan. Guru juga memberitahukan pada siswa bahwa pembelajaran pada hari ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Head Together) yaitu suatu teknik belajar kelompok dengan anggota 4-5 siswa. Terbentuk 4 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok adalah 4 orang.

Dari hasil pengamatan , terlihat ada beberapa kelompok yang sulit untuk berdiskusi bersama dikarenakan dalam kelompok tersebut merupakan kelompok baru sehingga masing-masing siswa masih merasa canggung. Hal tersebut disebabkan karena biasanya mereka selalu duduk dengan teman sejenis, maka ketika berkelompok dalam kelompok yang heterogen, siswa putri cenderung diam, sehingga hasil diskusi kurang berjalan baik. Pada tahap diskusi guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Dari hasil pengamatan ternyata masih ada berapa siswa yang masih ragu-ragu untuk menjawab, hal tersebut menunjukkan bahwa jawaban yang mereka presentasikan bukan hasil diskusi kelompok, tapi jawaban pribadi masing-masing. Siswa tidak menyadari bahwa jawaban dari salah satu siswa merupakan nilai kelompok, sehingga siswa yang sudah bisa menyelesaikan soal merasa dirugikan. Semangat untuk berkompetisi dalam kelompok masih kurang. Hasil perolehan nilai kelompok Juara 1 adalah kelompok 1 berhasil mempresentasikan 2 soal dengan benar, Juara 2 kelompok 2 berhasil mempresentasikan 1 soal dengan benar dan juara 3 kelompok 5 berhasil mempresentasikan 1 soal dengan benar

Pertemuan kedua siklus 1, dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Oktober 2013. Pukul 07.40 WIB dengan materi banyak relasi dua himpunan dan korespondensi satu-satu. Dari hasil pengamatan sudah terlihat bahwa proses diskusi dapat meningkat, bahkan siswa yang lebih pandai menjadi tutor untuk teman yang lain. Siswa menyadari bahwa masing-masing anggota kelompok akan memberikan pendapat berdasarkan panggilan nomor, sebagai wakil kelompok maka setiap siswa berusaha keras agar bisa mengerjakan semua soal dengan baik. Pada tahap pemanggilan nomor, guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Dari hasil pengamatan, siswa sudah tidak ragu-ragu lagi untuk menjawab, hal tersebut menunjukkan bahwa jawaban yang mereka presentasikan sudah merupakan hasil diskusi kelompok. Namun ternyata siswa yang sudah mendapat kesempatan menjawab tidak memperhatikan lagi dan ternyata siswa mulai menghafal pola guru dalam menunjuk siswa, yaitu asas pemerataan. Hasil Perolehan nilai kelompok, Juara 1 kelompok 1 dengan mempresentasikan 2 soal dengan benar, Juara 2 kelompok 2 dengan mempresentasikan 1 soal dengan benar, Juara 3 kelompok 5 dengan mempresentasikan 1 soal.

Refleksi dilaksanakan setelah tindakan pada siklus pertama selesai dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta kendala yang dialami selama pelaksanaan tindakan pertama. Dari hasil pengamatan Pertemuan 1 , terlihat ada beberapa kelompok yang sulit untuk berdiskusi bersama karena kelompok tersebut merupakan kelompok baru sehingga masing-masing siswa masih merasa canggung. Di samping itu karena biasanya mereka selalu duduk dengan teman sejenis, maka ketika berkelompok dalam kelompok heterogen siswa putri cenderung diam, sehingga hasil diskusi kurang berjalan bagus.

Dari hasil pengamatan pertemuan kedua siklus 1, terlihat proses diskusi kelompok lebih meningkat, siswa yang lebih pandai menjadi tutor untuk teman yang lain, karena masing- masing anggota kelompok termotivasi agar dapat mengemukakan pendapat kelompok ketika ada panggilan nomornya. Namun ternyata siswa yang sudah mendapat kesempatan menjawab tidak memperhatikan lagi dan ternyata siswa mulai menghafal pola guru dalam menunjuk siswa, yaitu asas pemerataan.

Oleh karena itu maka untuk siklus kedua harus dirancang soal yang agak banyak sehingga pemanggilan nomor untuk presentasi hasil tidak lagi memperhatikan azas pemerataan, tetapi memakai sistem kompetisi. Pembagian kelompok masih tetap menggunakan kelompok sebelumnya.

Pertemuan pertama siklus kedua dilaksanakan hari Kamis tanggal 24 Oktober 2012 jam ke 3,4 pukul 08.20-09.40 WIB. Dari hasil pengamatan peneliti, terlihat proses diskusi semua kelompok sudah berjalan dengan baik, bahkan setiap kelompok sudah terbentuk tutor teman sebaya, sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan karena kelompok ini memang sudah berkelompok untuk ketiga kalinya dan diharapkan sudah bisa menjadi tim yang solid, sehingga teman yang pintar sudah tidak malu untuk membantu yang lain, dan teman yang kurang sudah tidak takut untuk bertanya. Dalam tahap diskusi guru menyebut satu nomor, siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Kali ini guru menunjuk siswa yang mengacungkan tangan pertama kali, sehingga siswa yang sudah maju tetap berkesempatan untuk maju lagi. Hal positif yang bisa diambil dari cara ini yaitu semua siswa selalu berkonsentrasi untuk bisa mengacungkan tangan paling cepat. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang masih cenderung diam misalnya Raja Sakura kelompok 3, Edo kelompok 5. Hasil perolehan nilai kelompok, Juara 1 kelompok 1 dengan mempresentasikan 3 soal, Juara 2 kelompok 2 dengan mempresentasikan 2 soal, Juara 3 kelompok 5 dengan mempresentasikan 1 soal.

Pertemuan kedua siklus kedua dilaksanakan hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013 jam ke 5,6 pukul 10.00-11.20 WIB. Pembagian kelompok masih menggunakan kelompok sebelumnya. Guru mengingatkan siswa agar mereka mengembangkan diskusi selama belajar kelompok untuk menyelesaikan tugas. Dari hasil pengamatan sudah terlihat bahwa proses diskusi dapat berjalan dengan sangat baik karena masing-masing siswa bersemangat untuk bisa berkompetisi saat pembahasan dengan pemanggilan nomor kepala. Secara umum terlihat siswa sudah bisa menyatu dalam kelompoknya masing-masing, karena siswa sudah

berkelompok untuk yang ke-empat kalinya. Ternyata siswa tersebut memang cenderung diam tapi tetap aktif untuk mengerjakan meskipun tidak banyak bertanya.

Guru menyebut satu nomor masing-masing siswa dengan nomor sama dari tiap kelompok berlomba mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban dari kelompok masing-masing, sehingga siswa yang sudah maju tetap berkesempatan untuk maju lagi. Hal positif yang bisa diambil semua siswa selalu berkonsentrasi untuk bisa mengacungkan tangan paling cepat. Ternyata siswa yang pendiam juga bersemangat untuk berebut maju ke depan. Hasil perolehan nilai kelompok Juara 1 kelompok 1 dengan menjawab 5 soal, Juara 2 kelompok 4 dengan mempresentasikan 4 soal, Juara 3 kelompok 5 dengan mempresentasikan 2 soal. Dari pembelajaran pertemuan 1 dan 2 pada siklus kedua, diperoleh hasil bahwa proses diskusi sudah berjalan dengan baik karena masing-masing siswa bersemangat untuk bisa berkompetisi saat pembahasan dengan pemanggilan nomor kepala. Secara umum terlihat siswa sudah bisa menyatu dalam kelompoknya masing-masing, karena siswa sudah berkelompok untuk yang ke-empat kalinya. Ternyata siswa yang cenderung diam sudah ikut aktif berkompetisi untuk menjawab.

4.2.

Analisis Data Hasil Angket

Berikut adalah data hasil observasi keaktifan belajar siswa Siklus 1.

Tabel 2. Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Matematika Siswa

NO ASPEK YANG DIAMATI SIKLUS 1

PERT 1(%) PERT 2(%) 1 Saya memperhatikan penjelasan guru 78 87 2 Saya fokus saat guru menerangkan 69 75 3 Saya menulis setelah guru menerangkan 74 85 4 Saya sering mengemukakan pendapat 69 82 5 Saya sering memberi alternatif solusi 56 68

6 Saya bisa menyelesaikan soal 62 71

7 Saya bisa memahami penjelasan guru 47 54 8 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru 73 82

9 Saya Selalu mengerjakan PR 50 55

10 Saya selalu mengumpulkan tugas tepat waktu 52 50

RATA-RATA 63,00 70,90

Dari hasil pengolahan data tersebut terdapat beberapa aspek keaktifan belajar siswa yang menonjol peningkatannya yaitu aspek mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan aspek merespon pertanyaan dan instruksi dari guru. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam belajar, siswa memperhatikan guru dan semakin meningkat dari 78% menjadi 87%, siswa menulis setelah guru menerangkan meningkat dari 74% menjadi 85%.

Secara umum pada siklus 1 keaktifan belajar siswa semakin meningkat dari rata-rata yang diperoleh dari 10 aspek keaktifan belajar siswa sebesar 63 % pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 70,90 % pada pertemuan 2.

Berikut adalah data hasil observasi keaktifan belajar siswa Siklus 2

Tabel 3. Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Matematika Siswa

Dari hasil pengolahan data tersebut terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap penjelasan guru (item 7) sudah meningkat dari 61% menjadi 79%, akibatnya siswa sudah tidak tertarik lagi untuk memperhatikan penjelasan guru (item 1) yaitu dari 96% menjadi 86%. Namun secara umum keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan, terlihat dari rata-rata pertemuan 1 sebesar 74,70% dan pada pertemuan kedua 77%.

Salah satu indikator keberhasilan adalah jika dalam proses pembelajaran di akhir