• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan 1 Latar Belakang

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN

1. Pendahuluan 1 Latar Belakang

Penelitian ini dilakukan karena: (1) rendahnya ketuntasan belajar, (2) rendahnya aktivitas belajar matematika dan (3) pembelajaran yang konvensional sehingga peserta didik menjadi pasif, tidak kritis, mudah bosan dan malas mengikuti pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif problem posing. Model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini dibatasi pada usaha untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Apakah aktivitas belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif problem posing? (2) Apakah kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif problem posing? (3) Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif problem posing. (2) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran kooperstif problem posing.(3) Meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif problem posing.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian adalah: (1) meningkatkan aktivitas belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis, (2) memberikan masukan tentang metode pembelajaran dan meningkatkan kemampuan menggunakan berbagai metode pembelajaran, (3) memberikan masukan yang berarti pada sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan (4) mengembangkan wawasan tentang aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis melalui metode pembelajaran kooperatif problem posing.

1.5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut: Penerapan pembelajaran kooperatif problem posing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas kelas X MM SMK Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

1.6 Penjelasan Istilah

Aktivitas belajar adalah suatu proses pemusatan daya pikir dan perbuatan serta tindakan untuk memberi tanggapan-tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau obyek tertentu. (Hendra Surya, 2009). Aktivitas belajar matematika pada penelitian ini dikelompokkan menjadi (1) mengajukan pertanyaan, (2) mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan, (3) mencatat materi.

Menurut Ennis dan Costa (dalam Suryadi dan Herman, 2008: 20) berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir peserta didik dibagi dalam 3 aspek yaitu: (1) Mengklarifikasi masalah dengan indikator ( menggunakan informasi yang diterima dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan ). (2) Menilai informasi yang berhubungan dengan masalah indikator dan menggunakan informasi yang berhubungan untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan benar. (3) Menentukan solusi dan membuat kesimpulan sesuai dengan indikator, menyusun operasi matematika yang diperlukan, menyelesaikan pernyataan yang dibuatnya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memotivasi peserta didik sehingga mereka beraktivitas dalam kelompok untuk membangun pengetahuan atau konsep dari materi yang dipelajari terdiri dari 3-4 peserta didik. Keuntungan belajar kelompok dalam Roestiah (2001: 17) adalah: (1) memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, (2) mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi, (3) memungkinkan pendidik untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai individu serta kebutuhan belajar, (4) peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi, (5) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama.

Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya

masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan (Echols , 1995: 439 dan

448). Setiawan (2004: 17) mengatakan pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua kegiatan yaitu: (1) Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman peserta didik; (2) Pembentukan soal dari soal yang sudah ada. Jadi pembelajaran kooperatif problem posing adalah pembelajaran yang mewajibkan peserta didik membuat soal atau pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan oleh pendidik dan membuat solusi atau penyelesaiannya.

2. Metode Penelitian

2.1 Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 3 Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2013. Subyek tindakan adalah peserta didik kelas X MM (Multimedia) tahun 2012/2013 yang berjumlah 35 orang dengan 17 puteri dan 18 putera. Karakteristik peserta didik kelas MM adalah kurang aktif.

2.2 Jadwal Penelitian

Tabel. 1. Jadwal Kegiatan

Kegiatan

Bulan

Feb Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal Persiapan penelitian Penelitian Pengam- bilan data U N Pengambilan data

Penyusunan laporan Seminar

2.3 Rancangan Penelitian

Rancangan yang diterapkan berupa rancangan penelitian tindakan kelas. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Prosedur dan langkah-langkah PTK ini mengikuti prinsip skema alur sebagai berikut:

Gambar 1. Skema alur penelitian tindakan kelas Sumber: Tim pelatihan Proyek PGSM (1999:7)

2.4 Pelaksanaan Penelitian Tindakan

2.4.1 Rencana Tindakan

Tahap Rencana Tindakan dimulai dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat langkah-langkah pembelajaran kooperatif problem posing. Materi RPP tersebut adalah: menentukan luas dan volume bangun ruang untuk siklus 1 dan menentukan jarak dan sudut antar unsur dalam ruang untuk siklus 2. Selanjutnya menentukan jadwal pelaksanaan penelitian tindakan. Pendidik membuat soal tes awal bentuk pilihan ganda untuk 60 menit dan penskorannya. Pendidik membuat instrumen yaitu (1) lembar observasi, (2) lembar angket, (3) lembar wawancara, (4) lembar kerja tes akhir siklus masing-masing beserta rubrik dan panduan untuk membuat kesimpulan. Selain itu juga membuat: daftar hadir peserta didik, panduan peserta didik dan pengamat, catatan lapangan, pembagian kelompok peserta didik, denah duduk, nomor meja dan over head projektor (OHP).

2.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Sebelum peserta didik diberi tindakan mereka mendapat tes awal. Setelah 2 pertemuan peserta didik diberi tes pada akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diberi tindakan.

Pada tahap pendahuluan peserta didik menerima pengarahan dari pendidik tentang tujuan penelitian, langkah-langkah pembelajaran problem posing dan jadwal pelaksanaan. Tahap penyampaian materi peserta didik dengan tanya jawab menerima materi, menyimak cara

pembuatan soal dan penyelesaiannya. Selanjutnya pada tahap kooperatif problem posing

peserta didik telah duduk dalam posisi diskusi kelompok. Peserta didik menerima arahan pendidik tentang cara berdiskusi, penulisan hasil diskusi pada lembar kerja dan tanggung jawab tiap anggota kelompok dalam partisipasi pembuatan soal dan penyelesaiannya. Tahap kooperatif problem posing dilaksanakan pada pertemuan ke-2 dan ke-3 tiap siklus. Pada pertemuan ke-2 sebagai latihan dan pada pertemuan ke-3 sebagai tes.

Evaluasi dilaksanakan pada tiap-tiap pertemuan, dengan menanggapi soal dan penyelesaian yang dibuat peserta didik. Peserta didik mendengarkan pembahasan hasil diskusi oleh pendidik supaya tidak melakukan kesalahan pada pembuatan soal dan penyelesaiannya pada pertemuan berikutnya. Dalam tahap ini juga dilakukan dengan presentasi hasil diskusi kelompok.

Pendidik menutup pertemuan dengan mengarahkan peserta didik membuat kesimpulan hasil belajar pada pertemuan tersebut. Peserta didik menerima penjelasan tentang materi dan pedoman peserta didik untuk pertemuan berikutnya.

Pada tahap observasi pendidik dan pengamat mengisi lembar observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamat mengisi catatan lapangan untuk hal-hal penting yang terjadi yang tidak termasuk pada lembar observasi. Tahap refleksi peserta didik diminta untuk mengisi angket dan lembar wawancara kepada perwakilan peserta didik. Pendidik dan pengamat menganalisis lembar observasi, lembar angket, lembar wawancara, dan lembar kerja peserta didik (pada pertemuan ke-3). Hasil yang diperoleh pada kegiatan refleksi ini digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada siklus ke-2.

2.5 Metode Pengumpulan Data

Ada 4 metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) pengamatan, (2) angket, (3) wawancara, (4) pencermatan dokumen, sehingga menggunakan 4 instrumen yaitu: (1) lembar pengamatan/observasi, (2) lembar angket, (3) lembar pedoman wawancara, (4) lembar pencermatan dokumen (lembar kerja akhir siklus)

Data yang diperoleh ada 4 macam, yaitu : (1) Proses pembelajaran: aktivitas belajar, kelancaran, suasana, dan hasil pembelajaran. (2) Pendapat peserta didik tentang aktivitas belajar peserta didik, kelancaran pembelajaran, suasana pembelajaran dan hasil pembelajaran. (3) Pendapat perwakilan peserta didik tentang pendidik dan peserta didik dalam aktivitas belajar, kelancaran, suasana, dan hasil pembelajaran. (4) Kemampuan berfikir kritis dari hasil diskusi pada lembar kerja peserta didik.

2.6 Metode Analisis Data

Tes awal berbentuk pilihan ganda 20 soal (Menentukan luas dan volume bangun ruang dan Menentukan jarak antar unsur dalam ruang) yang harus dikerjakan selama 60 menit. Lembar kerja peserta didik digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis yang meliputi 3 aspek. Masing-masing mempunyai skor maksimal 10. Jika hanya separuh dari aspek tersebut yang terpenuhi maka nilainya 5. Jika terjadi kesalahan konsep yang fatal

maka nilainya 1. Namun jika ada pernyataan atau kalimat yang kurang jelas namun masih bisa dipahami maksudnya maka dinilai antara 7-9. Demikian juga jika aspek tersebut hanya terpenuhi kurang dari 50% maka nilainya 2 - 4.

Tes akhir juga berbentuk pilihan ganda 20 soal dengan waktu 60 menit. Hasil tes akhir dan tes awal digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik setelah pembelajaran kooperatif problem posing. Materi tes akhir siklus tiap-tiap kelompok diminta membuat 3 soal dan penyelesaiannya. Pada tes akhir siklus I terdiri dari: (1) dua soal dan penyelesaian luas bangun ruang dan (2) satu soal dan penyelesainya volume bangun ruang. Sedangkan pada tes akhir siklus II tiap-tiap kelompok diminta membuat (1) dua soal dan penyelesaian jarak pada bangun ruang, dan (2) satu soal dan penyelesaian sudut pada bangun ruang.

Penilaian terbagi dalam 3 aspek yaitu: (1) Mengklarifikasi masalah dengan indikator; (2) Menilai informasi dan menggunakan untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan benar; (3) Menyelesaikan pertanyaan yang dibuatnya. Skor maksimum masing-masing aspek adalah 10, dengan pedoman penilaian sama dengan penilaian lembar kerja peserta didik. Nilai masing-masing aspek dijumlah, dihitung rata-ratanya kemudian nyatakan dalam persentase.

Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Persentase Hasil Tes*

No. Persentase Hasil Tes Kriteria 1 89% < x ≤ 100% Sangat Tinggi

2 79% < x ≤ 89% Tinggi

3 64% < x ≤ 79% Sedang

4 54% < x ≤ 64% Rendah

5 ≤ 54% Sangat Rendah

*Diadopsi dari: Wayan dan Sunartana dalam Fety Herira A hal. 35 x = persentase hasil tes.

2.7 Indikator Keberhasilan

Tindakan dikatakan berhasil jika: (1) Minimal 67% dari banyaknya peserta didik melakukan aktivitas belajar matematika (bertanya, menjawab, memberi saran dan pendapat); (2) Minimal 67% dari banyaknya peserta didik telah membuat dan menyelesaikan soal dengan benar; (3) Minimal 67% dari banyaknya peserta didik mengalami peningkatan prestasi belajar.

3. Hasil dan Pembahasan