• Tidak ada hasil yang ditemukan

Investasi Permanen Lainnya

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 162-165)

Rasio Defisit terhadap PDB Tahun 2010-

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

C.2 PENJELASAN PER POS NERACA

C.2.25. Investasi Permanen Lainnya

Jumlah Investasi Permanen Penyertaan Modal Negara (PMN) per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 sebesar Rp338.624.829.163.846 dan Rp312.730.704.421.451 merupakan nilai penyertaan modal negara pada eks BHMN, BI, dan LPS dengan jumlah:

(dalam rupiah) PMN 31 Desember 2014 (audited) 31 Desember 2013 (audited) 1. Eks BHMN 21.416.182.295.846 1.651.156.056.451 2. Bank Indonesia 275.987.690.000.000 279.366.841.000.000

3. Lembaga Penjamin Simpanan 41.220.956.868.000 31.712.707.365.000

Jumlah 338.624.829.163.846 312.730.704.421.451

1. PMN pada Badan Hukum Milik Negara (BHMN) per 31 Desember 2014 dan 31 Desember

2013 sebesar Rp21.416.182.295.846 dan Rp1.651.156.056.451 merupakan nilai ekuitas pada BHMN dengan rincian sebagai berikut.

(dalam rupiah)

BHMN 31 Desember 2014

(audited)

31 Desember 2013 (audited)

a. Institut Pertanian Bogor (IPB) 874.896.460.513 874.896.460.513 b. Universitas Airlangga 423.853.838.854 423.853.838.854 c. BP MIGAS 352.405.757.084 352.405.757.084 d. BPJS Kesehatan 11.144.289.555.210 - e. BPJS Ketenagakerjaan 8.620.736.684.185 - Jumlah 21.416.182.295.846 1.651.156.056.451

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP), seluruh penyelenggara pendidikan harus berbentuk BHP, untuk itu seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) BHMN harus mengubah bentuk dan menyesuaikan tata kelolanya sebagai BHP sesuai ketentuan UU tersebut. Namun, sebelum dilakukannya penyesuaian perubahan bentuk dan tata kelola menjadi BHP, telah ditetapkan Putusan

Catatan atas Laporan Keuangan -120-

Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010 dalam sidang putusan uji materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) yang memutuskan antara lain bahwa Penjelasan Pasal 53 ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 yang memberikan landasan hukum penyelenggara pendidikan dalam bentuk BHMN tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan juga menyatakan UU BHP bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Sebagai tindak lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang menetapkan antara lain PTN BHMN ditetapkan sebagai perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, semua Perguruan Tinggi eks Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berubah status hukumnya menjadi Satuan Kerja Badan Layanan Umum, dengan klausul masa transisi untuk pengalihan aset Perguruan Tinggi eks BHMN dilakukan paling lambat pada tanggal 28 September 2013.

Mengingat pengalihan aset dilakukan paling lambat pada tanggal 28 September 2013, telah diambil kebijakan bahwa aset Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yang telah ditetapkan menjadi kekayaan negara dipisahkan, yaitu pada Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor, per 31 Desember 2012 tetap dicatat sebagai investasi

permanen pada Laporan Keuangan BA 999.03 Tahun 2012, dengan cut off pencatatan

per 31 Desember 2010, dengan dilakukan beberapa penyesuaian. Kebijakan ini diambil dalam masa transisi, sambil menunggu selesainya proses pengalihan kekayaan negara dipisahkan menjadi kekayaan negara tidak dipisahkan/barang milik negara pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nilai penyertaan modal negara/kekayaan negara dipisahkan pada Universitas Airlangga

menggunakan data Laporan Keuangan Universitas Airlangga Tahun 2012 audited yang

disesuaikan.

Nilai penyertaan modal negara/kekayaan negara dipisahkan pada Institut Pertanian Bogor per 31 Desember 2013 masih menggunakan data Laporan Keuangan BA 999.03 Tahun

2012 audited.

Untuk BP Migas, sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012 tanggal 13 November 2012 tentang Pembubaran BP MIGAS, Mahkamah Konstitusi telah mencabut dasar hukum yang mengatur dan menetapkan BP MIGAS, sehingga per 13 November 2012 BP MIGAS telah dibubarkan.

Menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 3135 K/08/MEM/2012 dan Nomor 3136 K/73/MEM/2012 tentang Pengalihan Tugas, Fungsi dan Organisasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 telah diatur hal-hal antara lain:

a. penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi sampai dengan diterbitkannya undang-undang baru di bidang minyak dan gas bumi, dilaksanakan oleh satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited)

Catatan atas Laporan Keuangan -121-

gas bumi (SKK Migas);

b. dalam rangka Penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, SKK Migas memanfaatkan aset eks BP MIGAS dengan prinsip optimalisasi dan efisiensi;

c. biaya operasional dalam rangka pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berasal dari jumlah tertentu dari bagian negara dari setiap kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi; dan

d. biaya operasional yang diperlukan dalam pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi untuk tahun 2012 menggunakan sisa anggaran BP MIGAS tahun 2012.

Sesuai dengan surat Menteri Keuangan kepada Menteri ESDM Nomor S-33/MK.05/2013 tanggal 16 Januari 2013 hal Penyajian Laporan Keuangan BP MIGAS pada LKPP Tahun 2012, telah diambil kebijakan sebagai berikut.

a. BP MIGAS menyusun Laporan Keuangan per 13 November 2012;

b. Pendanaan BP MIGAS tanggal 13 November 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (BUN) BA 999.03;

c. LKPP Tahun 2012 menyajikan BP MIGAS sebagai investasi permanen PMN sebesar

netequity per 13 November 2012; dan

d. Laporan Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2012 mengungkapkan BP MIGAS dan Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Atas kebijakan yang telah diambil terkait BP MIGAS tersebut, nilai investasi permanen pada BP MIGAS yang dicatat pada Laporan Keuangan BA 999.03 Tahun 2012 adalah nilai aset bersih yang dimiliki oleh BP MIGAS per 13 November 2012, berdasarkan

Laporan Keuangan BP MIGAS (unaudited) per 13 November 2012 yang telah disusun oleh

BP MIGAS.

Ekuitas BP MIGAS per 13 November 2012 naik sebesar Rp715.012.340.753 dari posisi per 31 Desember 2011. Kenaikan tersebut akibat dari peningkatan Surplus Kinerja Bersih

sebesar Rp437.907.203.984 dan kenaikan Ekuitas Lainnya sebesar

Rp277.105.136.769.

Transaksi setelah tanggal 13 November 2012 dilaporkan di Badan Lainnya sebagai Aset Lainnya dari Unit Pemerintah Lainnya.

2. Penyertaan pada Bank Indonesia per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 adalah

sebesar Rp275.987.690.000 dan Rp279.366.841.000.000. Modal Bank Indonesia dicatat dan dilaporkan sebagai bagian dari investasi permanen sesuai dengan penjelasan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, modal Bank Indonesia merupakan kekayaan negara dipisahkan.

3. Penyertaan pada Lembaga Penjamin Simpanan per 31 Desember 2014 dan 31 Desember

2013 adalah sebesar Rp41.220.956.868.000 dan Rp31.712.707.365.000. Modal Lembaga Penjamin Simpanan dicatat dan dilaporkan sebagai bagian dari investasi permanen sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, modal Lembaga Penjamin Simpanan merupakan kekayaan negara dipisahkan. Ikhtisar laporan keuangan Lembaga Penjamin Simpanan dapat dilihat pada

Catatan atas Laporan Keuangan -122-

Aset Tetap Rp2.128,15 triliun

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 162-165)