• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tax Ratio Indonesia Tahun 2010

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 66-71)

Catatan atas Laporan Keuangan -24- Rp43,84 triliun dari realisasi PNBP tahun 2013 sebesar Rp354,75 triliun. Komposisi PNBP meliputi penerimaan SDA sebesar Rp240,85 triliun, pendapatan bagian laba BUMN sebesar Rp40,31 triliun, PNBP lainnya sebesar Rp87,75 triliun, dan pendapatan BLU sebesar Rp29,68 triliun. Meningkatnya pencapaian PNBP tersebut dipengaruhi oleh perkembangan beberapa asumsi dasar ekonomi makro, khususnya harga minyak mentah Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah, dan lifting minyak dan gas bumi (migas).

Sumber : Kementerian Keuangan

Grafik 13. Pagu dan Realisasi PNBP Tahun 2013 dan 2014 (Triliun Rupiah)

Penerimaan Hibah Tahun 2014

Penerimaan hibah tahun 2014 terealisasi sebesar Rp5,03 triliun atau 216,53 persen dari target APBN tahun 2014 sebesar Rp2,33 triliun. Realisasi tersebut menurun sebesar 26,32 persen bila dibandingkan dengan realisasi hibah tahun 2013 yang mencapai Rp6,83 triliun. Penerimaan hibah sangat tergantung atas komitmen negara donor untuk memberikan bantuannya dan komitmen Kementerian Negara/Lembaga penerima hibah dalam melaporkan dan melakukan pengesahan hibah yang telah diterimanya. Dalam rangka tertib administrasi, kebijakan penerimaan hibah diarahkan pada upaya untuk menyempurnakan sistem penerimaan dan pelaporan hibah yang diterima langsung oleh Kementerian Negara/Lembaga.

REALISASI BELANJA NEGARA

Kebijakan Belanja Negara Tahun 2014

Dalam APBN-P tahun 2014 terdapat penyesuaian atas besaran belanja negara melalui perubahan kebijakan fiskal di bidang belanja negara. Pokok-pokok perubahan kebijakan tersebut antara lain: (1) upaya pengendalian subsidi energi; (2) pengalokasian anggaran cadangan belanja untuk kebutuhan yang bersifat kontraktual dan tunggakan tagihan atas

beberapa kegiatan tahun-tahun sebelumnya; serta (3) pemotongan belanja

Kementerian/Lembaga (K/L). Kebijakan pemotongan belanja K/L tersebut dilakukan untuk anggaran yang bersumber dari rupiah murni dengan tidak mengurangi anggaran kebutuhan belanja pegawai dan barang untuk operasional kantor, anggaran pendidikan, tetap menjaga upaya pencapaian program prioritas nasional, serta dengan mengecualikan pemotongan- pemotongan pada kegiatan-kegiatan terkait dengan pelaksanaan BPJS bidang kesehatan dan Pemilu 2014

Arah dan Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2014

Kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat tahun 2014 disusun dengan mengacu pada arah kebijakan dan prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2014, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan kerangka ekonomi makro tahun 2014. Perkembangan beberapa indikator ekonomi makro yang diiringi respon kebijakan yang akan

226,41 241,11 240,85 34,03 40,00 40,31 69,67 84,97 87,75 24,65 20,86 29,68 0 50 100 150 200 250 300

Realisasi 2013 APBN 2014 Realisasi 2014 Triliun RP

Pagu dan Realisasi PNBP Tahun 2013 dan 2014

Penerimaan SDA

Bag pem atas laba BUMN

PNBP Lainnya

Pendapatan BLU

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited)

Catatan atas Laporan Keuangan -25- diambil pemerintah, menyebabkan postur perubahan APBN tahun 2014 berbeda dengan APBN-nya secara struktural, tidak terkecuali pada komponen belanja pemerintah pusat sebagai salah satu komponen dari belanja negara. Perbedaan tersebut utamanya diakibatkan oleh perkiraan peningkatan secara signifikan beban subsidi BBM dan subsidi listrik yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan rasio defisit anggaran terhadap PDB tahun 2014 menjadi lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014. Perkiraan peningkatan defisit tersebut selain dapat mengganggu pelaksanaan APBN tahun 2014 juga berpotensi menyebabkan terganggunya pencapaian keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah. Untuk meminimalkan potensi terganggunya pencapaian keberlanjutan fiskal tersebut sekaligus mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2014, kombinasi kbijakan yang diambil pemerintah di bidang belanja pemerintah pusat antara lain: (1) kebijakan pengendalian subsidi energi; dan (2) pemotongan anggaran belanja K/L secara terstruktur

Penilaian Kinerja Penyerapan

Anggaran Belanja K/L

Kinerja penyerapan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) tahun 2014 dinilai oleh Pemerintah dengan mengacu kepada (1) perbandingan penyerapan antara tahun 2013 dengan tahun 2014; dan (2) perbandingan dengan daya serap nasional. Hal ini dimaksudkan agar anggaran yang telah dialokasikan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga multiplier effect dapat dicapai secara maksimal. Terkait dengan hal itu, Pemerintah melakukan perubahan regulasi di bidang pengadaan barang dan jasa serta memberikan penghargaan kepada K/L yang berkinerja baik untuk menjamin bahwa anggaran telah dilaksanakan dengan efisien dan tepat sasaran dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Realisasi Belanja

Negara Tahun 2014

Realisasi belanja negara sepanjang tahun 2014 mencapai Rp1.777,18 triliun atau 94,69 persen dari pagu APBN 2014 sebesar Rp1.876,87triliun. Secara nominal realisasi belanja negara tahun 2014 tersebut naik sebesar Rp126,62 triliun atau 7,67 persen dari realisasi tahun 2013 sebesar Rp1.650,56 triliun. Realisasi belanja negara ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.203,58 triliun atau 94,00 persen dari pagu APBN 2014 sebesar Rp1.280,37 triliun dan belanja transfer ke daerah sebesar Rp573,70 triliun atau 96,18 persen dari pagu APBN sebesar Rp596,50 triliun. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara yang diterapkan Pemerintah di tahun 2014, Pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antar kegiatan, antarprogram, antar sektor dan antar fungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.

Realisasi Belanja Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Realisasi belanja pemerintah pusattahun 2014 apabila dilihat dari klasifikasi ekonomi meliputi belanja pegawai yang terealisasi sebesar Rp243,72 triliun (94,31 persen dari pagu), belanja barang yang terealisasi sebesar Rp176,62 triliun (90,48 persen dari pagu), belanja modal yang terealisasi sebesar Rp147,35 triliun (91,64 persen dari pagu), belanja pembayaran bunga utang yang terealisasi sebesar Rp133,44 triliun (98,51 persen dari pagu), belanja subsidi yang terealisasi sebesar Rp391,96 triliun (97,25 persen dari pagu), belanja hibah yang terealisasi sebesar Rp0,91 triliun (31,81 persen dari pagu), belanja bantuan sosial yang terealisasi sebesar Rp97,92 triliun (101,31 persen dari pagu), dan belanja lainnya yang terealisasi sebesar Rp11,65 triliun (41,70 persen dari pagu).

Catatan atas Laporan Keuangan -26- Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Keuangan

Grafik 14. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2013 dan Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (triliun Rupiah)

Komponen Terbesar Belanja Pemerintah Pusat

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dalam APBN tahun 2014 sebagian besar merupakan belanja yang bersifat wajib dipenuhi (belanja pegawai, belanja barang operasional, dan alokasi penerima bantuan iuran dalam rangka SJSN bidang kesehatan), subsidi, pembayaran bunga utang serta bantuan sosial. Sedangkan sisanya dialokasikan untuk belanja yang merupakan diskresi pemerintah (belanja barang non opersional, sebagian bantuan sosial, belanja modal, belanja hibah dan belanja lain-lain). Komponen terbesar belanja pemerintah pusat apabila dilihat dari klasifikasi ekonomi adalah belanja subsidi yang diikuti oleh belanja pegawai dan belanja barang. Belanja subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual barang atau jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau di masyarakat, meliputi subsidi energi dan subsidi non energi. Sedangkan belanja pegawai sebagian besar digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan serta honorarium, dan juga digunakan untuk pembayaran kontribusi sosial, yakni asuransi kesehatan, dan pembayaran manfaat pensiun. Arah Kebijakan

Transfer ke Daerah Tahun 2014

Arah kebijakan transfer ke daerah tahun 2014 meliputi (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; dan (2) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah.

Realisasi Transfer ke Daerah

Prinsip dan tujuan desentralisasi fiskal yang dianut Pemerintah antara lain untuk mengurangi vertical dan horizontal fiscal imbalance, meningkatkan kualitas layanan publik dan mengurangi kesenjangan layanan publik antar daerah, meningkatkan efisiensi sumber daya nasional, membangun tata kelola pelaksanaan transfer ke daerah yang tepat sasaran dan tepat waktu, serta mendukung fiscal sustainability dalam kebijakan ekonomi makro. Transfer ke daerah yang salah satu sumber pendanaan daerah semakin meningkat seiring dengan naiknya pendapatan negara. Selain anggaran transfer ke daerah yang dialokasikan dan disalurkan ke daerah sebagai penerimaan APBD, juga terdapat beberapa jenis dana APBN yang dialokasikan melalui anggaran kementerian negara/lembaga untuk mendanai beberapa kegiatan di daerah. Dana dari kementerian/lembaga tersebut antara lain berupa dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga terkait dan tidak menjadi bagian dari penerimaan APBD.

Realisasi transfer ke daerah tahun 2014 mencapai Rp573,70 triliun (96,18 persen dari pagu APBN 2014 sebesar Rp596,50 triliun), atau naik Rp60,44 triliun (11,78 persen) dari realisasi tahun 2013 sebesar Rp513,26 triliun. Realisasi transfer ke daerah tersebut terdiri dari dana

221,69 169,77 180,86 113,04 355,05 1,30 92,14 3,37 243,72 176,62 147,35 133,44 391,96 0,91 97,92 11,65 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 BEL PEGAWAI BEL BARANG BEL MODAL BEL PEMBY KWJBN UTANG BEL SUBSIDI

BEL HIBAH BEL BANSOS

BEL LAIN- LAIN Triliun Rp Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2013 dan 2014

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited)

Catatan atas Laporan Keuangan -27- perimbangan, dana otsus dan penyesuaian serta dana keistimewaan DIY. Realisasi dana perimbangan tahun 2014 sebesar Rp477,05 triliun atau sebesar 96,99 persen dari pagu APBN 2014 sebesar Rp491,88 triliun. Untuk dana otsus dan penyesuaian terealisasi sebesar Rp96,23 triliun atau 92,44 persen dari pagu APBN 2014 sebesar Rp104,09 triliun. Sedangkan Dana Keistimewaan DIY terealisasi sebesar Rp0,42 triliun (80 persen dari pagu).

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran-Kementerian Keuangan

Grafik 15. Realisasi Transfer ke Daerah 2013-2014 (Triliun Rp) Makna Transfer ke

Daerah

Transfer ke daerah adalah instrumen pelaksanaan desentralisasi fiskal selain pemberian kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing power). Oleh karena local taxing power melalui pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah masih sangat terbatas, Pemerintah melakukan transfer ke daerah terutama untuk mendukung pendanaan penyelenggaraan fungsi-fungsi yang telah diserahkan ke daerah (money follow function). Namun demikian, di samping transfer ke daerah, Pemerintah juga mengalokasikan dana ke daerah dalam bentuk Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang penyalurannya dilakukan melalui Kementerian Negara/Lembaga teknis.

PEMBIAYAAN

Surplus/Defisit Anggaran

Realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2014 mencapai Rp1.550,49 triliun, sementara realisasi belanja negara mencapai Rp1.777,18 triliun, sehingga defisit tahun anggaran berjalan tahun 2014 sebesar Rp226,69 triliun.

Kebijakan Pembiayaan Tahun 2014

Guna mendukung perekonomian negara dan memberikan stimulus fiskal bagi perekonomian nasional, kebijakan fiskal Pemerintah pada tahun 2014 diarahkan pada kebijakan fiskal ekspansif. Dalam mendukung kebijakan tersebut, Pemerintah memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari non utang dan utang. Mengingat minimnya kapasitas sumber- sumber pembiayaan non utang, sumber-sumber pembiayaan utang masih menjadi bagian utama sumber pembiayaan dalam menutup defisit APBN 2014. Pembiayaan melalui utang dalam APBN 2014 dilakukan secara terukur dengan memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari utang dalam negeri maupun luar negeri, memperhatikan kapasitas pembiayaan Pemerintah, dan mempertimbangkan beban serta risiko yang harus ditanggung. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah tetap akan memprioritaskan dan mengoptimalkan sumber- sumber pembiayaan utang dari dalam negeri. Hal ini mengingat risiko utang dalam negeri relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan utang luar negeri. Kebijakan pembiayaan dalam APBN tahun 2014 di antaranya adalah (1) mengupayakan ratio utang terhadap PDB

430,35 82,91 477,05 96,23 0,42 - 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00

Dana Perimbangan Dana Otsus dan Penyesuaian

Dana Keistimewaan DIY

Triliun Rp

Realisasi Transfer Ke Daerah Tahun 2013-2014 (Triliun Rp)

2013 2014

Catatan atas Laporan Keuangan -28- berkisar 23-24 persen pada akhir tahun 2014; (2) memanfaatkan SAL sebagai sumber pembiayaan anggaran dan fiscal buffer; (3) mempertahankan kebijakan negative net flow serta membatasi komitmen baru pinjaman luar negeri; (4) mengupayakan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif; (5) mengalokasikan dana investasi Pemerintah dalam bentuk pemberian PMN kepada BUMN/lembaga untuk percepatan pembangunan infrastruktur. Realisasi

Pembiayaan APBN-P

Realisasi pembiayaan anggaran pada tahun 2014 mencapai Rp248,89 triliun atau 103,06 persen dari target APBN-P 2014 sebesar Rp241,49 triliun. Untuk realisasi pembiayaan dalam negeri mencapai Rp261,24 triliun, atau 102,48 persen dari target APBN-P 2014 sebesar Rp254,93 triliun. Realisasi pembiayaan luar negeri mencapai negatif Rp12,35 triliun, lebih tinggi sebesar Rp1,09 triliun dari target APBN-P 2014 sebesar negatif Rp13,44 triliun.

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 66-71)