• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 62-66)

Indeks Singkatan xvi-

POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL

Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro pada APBN-P TA 2014

Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang lebih rendah dibanding target APBN-P-nya terus berlanjut hingga triwulan I tahun 2014, sehingga diperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 akan lebih rendah dibanding target APBN-nya. Selain itu, realisasi lifting minyak bumi pada akhir tahun 2013 jauh lebih rendah dibanding targetnya dan kondisi ini berlanjut hingga semester I tahun 2014. Perbedaan antara target dan realisasi tersebut memberikan tekanan yang berat terhadap pelaksanaan APBN tahun 2014.

Perkembangan kondisi perekonomian nasional yang berbeda dengan asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam APBN tahun 2014 mengharuskan Pemerintah melakukan perubahan. Perubahan APBN tahun 2014 di samping menampung perubahan asumsi dasar ekonomi makro juga dimaksudkan untuk menampung perubahan kebijakan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2014.

Adapun perubahan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2014 adalah sebagai berikut: 1) Pertumbuhan ekonomi dari 6,0 persen menjadi 5,5 persen.

Koreksi ke bawah pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 dipengaruhi oleh faktor masih lemahnya perekonomian global dan penurunan kinerja perdagangan internasional. 2) Inflasi dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen.

Laju inflasi diperkirakan cenderung lebih rendah didukung oleh membaiknya pasokan barang kebutuhan masyarakat dan harga komoditas internasional yang cenderung turun. Selain itu, koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil diharapkan dapat menjaga laju inflasi sepanjang tahun 2014.

3) Tingkat suku bunga SPN tiga bulan dari 5,5 persen menjadi 6,0 persen.

Kondisi likuiditas global yang semakin ketat dan masih tingginya ketidakpastian di sektor keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat bunga obligasi pemerintah. Namun, masih tingginya permintaan obligasi pemerintah menjadi faktor positif bagi pencapaian tingkat suku bunga sesuai target yang ditetapkan.

4) Nilai tukar Rupiah dari Rp10.500 per USD menjadi Rp11.600 per USD.

Isu kebijakan tapering off oleh The Fed telah menimbulkan tekanan yang sangat signifikan pada nilai tukar di berbagai kawasan termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai keseimbangan baru yang mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Sinergi kebijakan fiskal,

Catatan atas Laporan Keuangan -20- moneter, dan sektor riil diharapkan mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

5) Lifting minyak dari 870 ribu barel per hari menjadi 818 ribu barel per hari dan lifting gas dari 1.240 ribu barel setara minyak per hari menjadi 1.224 ribu barel setara minyak per hari.

Dengan mempertimbangkan realisasi lifting minyak dan gas bumi pada triwulan I tahun 2014, sampai dengan akhir tahun 2014 lifting minyak dan gas bumi diperkirakan lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN tahun 2014.

Tabel 4. Ringkasan Indikator Makro Tahun 2014

INDIKATOR APBN

2014

APBN-P

2014 REALISASI

Pertumbuhan Ekonomi (%) y-o-y 6,0 5,5 5,06

Tingkat Inflasi (%) y-o-y 5,5 5,3 8.36

Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 10.500 11.600 11.878

Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan (%) 5,5 6,0 5,80

Harga Minyak (USD/Barel) 105 105 97

Lifting Minyak (Ribu Barel/Hari) 870 818 794

Lifting Gas (Ribu Barel Setara Minyak/Hari) 1.240 1.224 1.224

Sumber: Kementerian Keuangan Tema Pembangunan

RKP 2014

Arah kebijakan dan program pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2014 dirumuskan dalam satu tema, yaitu “Memantapkan Perekonomian Nasional bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”. Untuk mendukung pencapaian tema tersebut, ditetapkan 11 prioritas pembangunan nasional dan 3 prioritas nasional lainnya, yaitu (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan iklim usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik; dan (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Sedangkan tiga prioritas lainnya adalah (1) bidang politik, hukum, dan keamanan; (2) bidang perekonomian; dan (3) bidang kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan kebijakan ekonomi makro didasarkan pada prioritas pembangunan nasional sebagaimana dijabarkan pada Rencana kerja Pemerintah Tahun 2014.

Sejalan dengan 11 prioritas pembangunan nasional dan 3 prioritas nasional lainnya tersebut, RKP dibagi dalam tiga bagian, yaitu pertama, kebijakan yang diarahkan untuk mencapai sasaran prioritas pembangunan nasional; kedua, kebijakan untuk memperkuat pembangunan di berbagai bidang; serta ketiga kebijakan untuk memperkokoh kesatuan wilayah pembangunan seluruh Indonesia.

Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Postur APBN-P 2014

APBN 2014 didesain sesuai dengan penetapan tiga fungsi yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilitas. Fungsi alokasi berkaitan dengan alokasi anggaran pemerintah untuk tujuan pembangunan nasional, terutama dalam melayani kebutuhan masyarakat dan mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Fungsi distribusi berkaitan dengan distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, sedangkan fungsi stabilitas berkaitan dengan upaya untuk menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja ekonomi sehingga perekonomian tetap pada kondisi yang produktif, efisien, dan stabil. Dengan demikian, APBN sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal memiliki peran strategis untuk melaksanakan fungsi ekonomi pemerintah.

Kebijakan fiskal sebagai salah satu pilar penting dalam pengelolaan ekonomi makro, mempunyai peran strategis dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited)

Catatan atas Laporan Keuangan -21- Oleh karena itu, strategi yang ditempuh dalam perumusan kebijakan fiskal diarahkan untuk tetap memberikan ruang bagi ditempuhnya kebijakan stimulus fiskal secara terukur guna mendorong upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi sekaligus perbaikan pemerataan hasil pembangunan nasional dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal.

Secara umum, kebijakan fiskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan defisit dalam batas aman. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui (1) kebijakan pendapatan negara; (2) kebijakan belanja negara; dan (3) kebijakan defisit dan pembiayaan anggaran.

APBN Perubahan tahun 2014 disusun dalam rangka mengendalikan dan mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2014 dan menjaga defisit APBN dalam batas aman akibat tekanan yang sangat berat terhadap pelaksanaan APBN 2014, baik dari sisi pendapatan maupun belanja negara.

Sejalan dengan realisasi APBN 2013 dan perkembangan asumsi dasar ekonomi makro sebagai dasar perhitungan dalam APBN-P maka pokok-pokok perubahan postur APBN-P 2014 adalah sebagai berikut:

− Pendapatan negara dari Rp1.667.140,8 miliar menjadi Rp1.635.378,5 miliar;

− Belanja negara dari Rp1.842.495,3 miliar menjadi Rp1.876.872,8 miliar;

− Defisit anggaran dari Rp175.354,5 miliar menjadi Rp241.494,3 miliar;

− Pembiayaan defisit dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dari Rp196.258,0 miliar menjadi Rp254.932,0 miliar dan pembiayaan luar negeri (neto) dari negatif Rp20.903,5 miliar menjadi negatif Rp13.437,7 miliar.

Tabel 5. Ringkasan Realisasi Anggaran 2013, APBN dan APBN-P 2014 (triliun Rupiah) URAIAN TA 2013 (Realisasi LKPP Audited) TA 2014 APBN APBN-P Penerimaan Perpajakan 1.077,31 1.280,39 1.246,11 PNBP 354,75 385,39 386,95 Penerimaan Hibah 6,83 1,36 2,33

Pendapatan Negara & Hibah 1.438,89 1.667,14 1.635,38

Belanja Pemerintah Pusat 1.137,16 1.249,94 1.280,37

Transfer ke Daerah 513,26 592,55 596,50

Total Belanja Negara 1.650,56 1.842,49 1.876,87

Surplus (Defisit) (211,67) (175,35) (241,49)

Pembiayaan 237,39 175,35 241,49

Sumber: Kementerian Keuangan Kebijakan Umum

Perpajakan

Terkait upaya mencapai target penerimaan perpajakan, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan di bidang perpajakan, yaitu (1) penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta perlakuan yang adil dan wajar, khususnya untuk bidang usaha pertambangan, panas bumi, bidang usaha berbasis syariah, dan jasa keuangan; (2) penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak; (3) perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif; (4) penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan investasi; (5) penguatan penegakan hukum bagi penyelundupan pajak.

Kebijakan umum untuk penerimaan perpajakan dalam APBN-P 2014 antara lain: a. Penyempurnaan peraturan perpajakan;

b. Peningkatan kontribusi usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap penerimaan negara; c. Kebijakan perpajakan untuk meningkatkan capital inflow dan mengurangi capital

Catatan atas Laporan Keuangan -22- outflow;

d. Evaluasi kebijakan tarif bea masuk, antara lain untuk sektor industri alat transportasi darat untuk mendukung moda transportasi dalam negeri;

e. Penerapan kebijakan bea keluar untuk mendukung hilirisasi, antara lain bea keluar atas ekspor produk mineral;

f. Penyesuaian tarif cukai minuman mengandung etil alkohol.

REALISASI PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

Realisasi Pendapatan Negara dan

HibahTahun 2014

Selama tahun 2014, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.550,49 triliun atau 94,81 persen dari target yang ditetapkan APBN 2014 sebesar Rp1.635,38 triliun. Capaian realisasi pendapatan negara dan hibah ini didukung oleh realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp1.146,87 triliun atau 92,04 persen dari target APBN 2014 sebesar Rp1.246,11 triliun. Realisasi penerimaan PNBP sebesar Rp398,59 triliun atau 103,01 persen dari target APBN 2014 sebesar Rp386,95 triliun, dan realisasi penerimaan hibah sebesar Rp5,03 triliun atau 216,53 persen dari target APBN 2014 sebesar Rp2,33 triliun. Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pendapatan negara tahun 2014 antara lain perkembangan kondisi ekonomi dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah serta realisasi APBN-P 2013. Faktor ekonomi yang memengaruhi perubahan pendapatan negara antara lain (1) pertumbuhan ekonomi, (2) inflasi, (3) nilai tukar, (4) harga minyak mentah Indonesia (ICP), (5) serta lifting minyak dan gas bumi.

Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah 5 Tahun Terakhir

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2010-2014) pendapatan negara dan hibah mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 12,94 persen. Pertumbuhan ini sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan kemandirian APBN. Realisasi pendapatan negara dan hibah mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011, yaitu sebesar 21,63 persen, dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menurun sebesar 7,53 persen.

Sumber : Kementerian Keuangan

Grafik 10. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2010-2014 Realisasi Penerimaan

PerpajakanTahun 2014

Perpajakan tetap menjadi tumpuan utama dalam capaian pendapatan negara dan hibah sepanjang tahun 2014. Penerimaan perpajakan mencapai Rp1.146,87 triliun atau meningkat 6,46 persen dibanding periode yang sama tahun 2013 sebesar Rp1.077,31 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan tersebut dipengaruhi oleh implikasi kebijakan penerimaan perpajakan, baik kebijakan di bidang penerimaan pajak maupun kebijakan di bidang penerimaan kepabeanan dan cukai.

3,02 5,25 5,79 6,83 5,03 17,26% 21,63% 10,53% 7,53% 7,76% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2010 2011 2012 2013 2014 Persen Triliun Rp Tahun

Pertumbuhan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2010-2014

Pendapatan Pajak

PNBP

Hibah

Pertumbuhan Pendapatan Negara dan Hibah

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 (Audited)

Catatan atas Laporan Keuangan -23- Komposisi

Penerimaan Perpajakan

Komposisi penerimaan perpajakan tahun 2014 meliputi penerimaan pajak dalam negeri sebesar Rp1.103,22 triliun dan penerimaan pajak perdagangan internasional sebesar Rp43,65 triliun. Penerimaan pajak dalam negeri meliputi penerimaan PPh sebesar Rp546,18 triliun, penerimaan PPN dan PPn BM sebesar Rp409,18 triliun, penerimaan PBB sebesar Rp23,48 triliun, penerimaan cukai sebesar Rp118,09 tiliun, dan penerimaan pajak lainnya sebesar Rp6,29 triliun. Sedangkan penerimaan pajak perdagangan internasional terdiri dari bea masuk sebesar Rp32,32 triliun dan bea keluar sebesar Rp11,33 triliun.

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Keuangan

Grafik 11. Penerimaan Perpajakan Tahun 2013 dan 2014 (Triliun Rupiah)

Tax Ratio Tax ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan perpajakan dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Rasio itu dipergunakan untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu negara dan menjadi salah satu indikator ketahanan fiskal suatu negara. Tax ratio Indonesia berangsur-angsur meningkat pada periode 2010-2012, namun mengalami penurunan di tahun 2013 dan 2014. Realisasi rasio penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio) tahun 2014 mencapai 11,36 persen. Persentase ini menurun sebesar 0,50 persen bila dibandingkan dengan tax ratio tahun 2013 sebesar 11,86 persen.

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Keuangan

Grafik 12. Tax Ratio Indonesia Tahun 2010-2014 Realisasi PNBP

Tahun 2014

Capaian PNBP tahun 2014 mencapai Rp398,59 triliun atau sebesar 103,01 persen dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp386,95 triliun. Capaian realisasi PNBP ini naik sebesar

506,44 384,71 25,30 108,45 4,94 47,46 546,18 409,18 23,48 118,09 6,29 43,65 0 100 200 300 400 500 600 PPh PPn dan PPn BM

PBB Pend. Cukai Pend. Pajak Lainnya Pajak Perd. International T ri li u n R p Penerimaan Perpajakan 2013 2014 11,30 11,80 12,50 11,86 11,36 10,5 11,0 11,5 12,0 12,5 13,0 2010 2011 2012 2013 2014 % Tahun

Dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan (Halaman 62-66)