• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: METODE PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

G. Kajian Terdahulu

Kajian secara spesifik terhadap pemikiran dan gerakan organisasi

teungku dayah di Aceh melalui pendekatan sosiologi sejauh penelusuran penulis belum banyak ditemukan. Selama ini kajian mengenai pemikiran dan gerakan organisasi teungku di Aceh lebih banyak dilakukan melalui pendekatan ilmu-ilmu agama dan ilmu politik. Walaupun harus diakui bahwa kedua pendekatan ini telah memberikan kontribusi yang begitu besar bagi dunia akademik dan kehidupan sosial masyarakat secara umum. Dari beberapa penelitian yang ada, kajian secara radikal untuk menelaah pemikiran dan gerakan secara aktual dan faktual di Aceh masih dianggap kurang. Padahal kajian terhadap pemikiran dan gerakan keagamaan merupakan fenomena yang sering muncul dengan berbagai karakter dan orientasi keagamaan yang cukup menonjol akhir-akhir ini (termasuk pemukulan khatib, pembuangan mimbar mesjid, penyebaran aliran sesat, perebutan mesjid, penyerangan terhadap mesjid, termasuk klaim kebenaran oleh

kelompok-kelompok beragama).106 Gerakan ini tidak hadir secara simultan akan tetapi ada akar sejarah yang melatarbelakanginya.

Sejauh penelusuran penulis, kajian terhadap pemikiran dan gerakan keagamaan teungku di Aceh pernah dijelaskan oleh James T.

Siegel di dalam bukunya, “The Rope of God” (1969). Dalam buku

tersebut Siegel menyebutkan peran tradisional ulama dan lembaga

dayah di Aceh pada akhir abad 19 hingga abad 20. Kemudian kajian

serupa juga terdapat dalam karya C. Snouck Hurgronje, The Atjehnnes, dalam buku ini Snouck berusaha untuk menjelaskan peran deah (dayah) dan rangkang, namun dalam buku tersebut Snouck tidak mampu menggambarkan fenomena kehidupan dan gerakan dayah secara heroik dalam mempertahankan agama dan martabat bangsa Aceh. Hal ini diduga karena Snouck tidak begitu lama dan tidak begitu fokus melihat gerakan ulama di Aceh. Pada tahun 1983 PLPIIS (Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial) melakukan penelitian tentang gerakan pemikiran dan peran teungku di Aceh. Banyak pengamat mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh PLPIIS tersebut belum mampu merekam peran dan jejak teungku secara keseluruhan di Aceh. Kemudian gambaran tentang peran teungku sebelum abad ke-20 dapat ditemukan dalam A. Hasjmy, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah. Dalam buku ini A. Hasjmy menggambarkan peranan teungku pada era

106Ulama Dayah Kecam Pemukulan Khatib Jumat, Aceh Kita, 9 September 2011. Mimbar Mesjid Arongan Ditemukan di Rawa-rawa, Serambi Indonesia, 7 April 2013. Maraknya Penyerangan Terhadap Mesjid di Aceh, Pikiran Merdeka,15 Juni 2015.

kesultanan Aceh. Walaupun penjelasan belum begitu lengkap, namun banyak informasi yang dapat diperoleh tentang peran teungku terdahulu di Aceh.

Belakangan ini kajian terhadap pemikiran teungku dan gerakan keagamaan semakin intensif dilakukan oleh banyak peneliti di Aceh. Di antara penelitian terhadap pemikiran teungku dan gerakan keagamaan di Aceh pernah dilakukan oleh Nazaruddin Sjamsuddin untuk disertasi program doktor pada Universitas Monash, Australia. Hasil penelitian yang sudah dibukukan tersebut, lebih banyak menjelaskan peran PUSA sebagai sebuah organisasi ulama Aceh. Peran-peran yang dijelaskan oleh Nazaruddin lebih banyak di lihat dari perspektif ilmu politik.

Penelitian lain yang melihat pemikiran dan gerakan keagamaan di Aceh juga dilakukan oleh Yusny Saby, dalam salah satu artikel yang merupakan ringkasan dari disertasi dengan judul“A. Profile of The

Ulama in Acehnese Society” (2000). “Pendidikan Dayah Untuk Aceh ke Depan” (2012). Yusni Saby berupaya menggambarkan peran

teungku dayah dalam konteks perubahan sosial (social change) di

Aceh. Yusni Saby dalam kajian terhadap teungku dayah meneliti mulai dari gaya hidup santri dan teungku, sistem pendidikan dayah. Kemudian Yusni Saby menawarkan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh dayah untuk menggantikan model pembelajaran yang “kaku” dengan memasukkan pelajaran modern ke dalam kurikulum pendidikan dayah.

Kajian terhadap pemikiran dan peran teungku di Aceh kemudian dilakukan oleh M. Hasbi Amiruddin dengan melahirkan beberapa karya monumental. Karya-karya tersebut antara lain “Ulama Dayah

Pengawal Agama Masyarakat Aceh” (2003). Karya ini merupakan

hasil penelitian M. Hasbi untuk tesis pada McGill University, Canada yang telah dibukukan. Selain hasil penelitian di atas, M. Hasbi Amiruddin juga meneliti tentang peran dan kontribusi teungku dalam masa konflik yang kemudian dibukukan dengan judul“Perjuangan

Ulama Aceh di Tengah Konflik” (2004). Kajian-kajian tersebut

semuanya menjelaskan tentang peran dan kotribusi pemikiran teungku dayah di Aceh.

Kajian tentang peran dan kontribusi teungku di Aceh juga dilakukan oleh Sri Suyanta untuk program doktoral UIN Syarif

Hidayatullah dengan judul “Dinamika Peran Ulama Aceh” (2008).

Dalam penelitian ini Sri Suyanta menjelaskan bahwa teungku dalam perjuangannya penuh dengan berbagai dinamika didalamnya, dinamika tersebut dapat terbaca sejak masa kerajaan, penjajahan Belanda, Orde Lama, Orde Baru, bahkan sampai sekarang. Penelitian yang hampir serupa juga pernah dilakukan oleh Nirzalin untuk tesis UGM, dengan

judul “Pergeseran Kekuasaan Ulama Politik dalam Masyarakat Aceh”

(2003). Dalam tesis tersebut Nirzalin lebih banyak menyeroti tentang keterpengaruhan teungku dalam kancah politik yang menyebabkan legitimasi teungku dalam masyarakat menjadi menurun, karena teungku

tidak lagi fokus mengurusi masyarakat karena telah disibukkan oleh urusan-urusan politik praktis.

Penelitian lain yang sudah dibukukan tentang peran dan kontribusi pemikiran teungku di Aceh dapat ditemukan dalam penelitian Mujiburrahman dengan judul “Ulama di Bumi Syariat

Sejarah, Eksistensi, dan Otoritas” (2014). Dalam penelitian ini

Mujiburrahman menemukan bahwa dulu teungku di Aceh tidak sulit untuk diindentifikasi karena kiprahnya bersama masyarakat, dan pemikiran-pemikiran mereka menjadi rujukan bagi semua lapisan masyarakat. Peran dan pemikiran teungku yang hebat pada masa Orde Baru mulai termarjinalkan, bahkan banyak teungku menjadi corong politik pemerintah sehingga independensi teungku menjadi berkurang. Kemudian hasil penelitian yang diterbitkan dalam bentuk artikel jurnal

pernah ditulis oleh Nirzalin dengan judul “Teungku Dayah dan

Kekuasaan Panoptik” (2014). Dalam penelitian ini Nirzalin lebih fokus

mengkajian praktik-praktik kekuasaan yang dijalankan oleh teungku ketika mereka terlibat dalam panggung politik maupun ketika mereka memimpin dayah, serta tingkat kepatuhan-kepatuhan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap teungku di beberapa dayah yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara. Kepatuhan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap teungku tenyata tanpa melalui paksaan, kekerasan, namun mereka melakukan secara total dan menyeluruh.

Sementara penelitian yang melihat peran organisasi teungku pernah dilakukan oleh Agus Budi Wibowo, Irini Dewi Yanti dan

Iskandar Eko Priyotomo dengan judul “Dinamika dan Peran Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Aceh”.Penelitian ini berusaha melihat dinamika keorganisasian PUSA serta kedudukan organisasi PUSA dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh. Penelitian lain yang melihat peran organisasi teungku dilakukan oleh Juhari untuk desertasi program doktor Universitas Merdeka Malang, dengan judul “Kerjasama Majelis

Permusyawaratan Ulama (MPU) dengan Pemerintah Kota Dalam Mensosialisasikan Syariat Islam (Kajian Tentang Bentuk Kerjasama

Ulama dan Umara di Kota Banda Aceh)”. Penelitian ini berusaha

menganalisis efektivitas hubungan kerjasama antara MPU dengan pemerintah Kota Banda Aceh dalam mensosialisasikan syariat Islam. Penelitian lain dalam melihat peran organisasi teungku di Aceh pernah dilakukan oleh Sehat Ihsan Shadiqin dkk, yaitu penelitian tentang peran HUDA, akan tetapi penelitian tersebut penggalian informasi terhadap HUDA sangat dangkal, sehingga tidak banyak informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut. Demikian juga penelitian tentang peran organisasi MUNA yang dilakukan oleh Nurlaila, dkk juga hanya menggambarkan sejarah dan keorganisasian MUNA, sementara kiprah secara lebih luas belum terlihat secara sistematis.

Selain melihat peran tokoh dan peran organisasi teungku dayah, beberapa buku secara khsusus membahas tentang pentingnya penerapan syariat Islam di Aceh. Buku tersebut antara lain ditulis oleh Al Yasa’

Dalam Negara Bangsa”. Dalam buku ini Al Yasa secara rinci

menjelaskan beberapa tahapan penting yang harus dilakukan, termasuk prioritas penulisan qanun-qanun sebagai payung hukum bagi

stakeholder pelaksanaan syariat Isam. Kemudian buku lain yang

memberikan gambaran syariat Islam di Aceh di tulis oleh Syahrizal

Abbas dengan judul “Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Jinayah di

Aceh”, dalam buku ini titik fokus pembahasan dimulai dari pemahaman

syariat Islam di Aceh, sampai kepada jenis-jenis jarimah yang harus dijauhi oleh masyarakat dalam rangka mewujudkan Islam yang kaffah di Aceh. Buku Fauzi Ismail dan Abdul Manan dengan judul “Syariat

Islam di Aceh Realitas dan Respon Masyarakat”,merupakan hasil

penelitian yang dibukukan, kedua penulis dalam hal ini lebih banyak melihat realitas dan kebutuhan masyarakat terhadap formalitas penerapan syariat Islam di Aceh. Selain penelitian terhadap syariat Islam dilakukaan dalam konteks Aceh. Beberapa penelitian lain mencoba melihat syariat Islam dalam konteks lebih luas lagi, yaitu di Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh Haedar Nashir dalam disertasinya yang telah dibukukan, Islam Syariat Reproduksi Salafiah

Ideologis di Indonesia dan Muhibbuthabry dalam disertasinya yang

telah dibukukan, syariat Islam dalam Konteks Keindonesiaan. Dua penelitian serius ini secara komprehensif melihat praktek-praktek dan gerakan syariat Islam pada beberapa kabupaten/kota dan provinsi di Indonesia.

Dari sejumlah penelitian yang sudah pernah dilakukan, peneliti berusaha untuk memperkaya penelitian-penelitian tentang peran organisasi teungku dayah di Aceh. Dengan lahirnya penelitian ini akan semakin menambah khazanah keilmuan dalam melihat peran teungku dayah dalam pelaksanaan syariat Islam di Aceh.

BAB II

METODEPENELITIAN