• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAMPUS DAKWAH DAN PERADABAN, ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

Oleh Mochammad Faizun, M.Pd.

S

etiap perguruan tinggi memiliki tujuan dalam menentukan arah dan langkahnya. Tujuan tersebut diwujudkan dalam sebuah slogan sehingga mudah dihapal dan dipahami dengan harapan akan mudah meresap ke dalam sanubari. Seperti halnya IAIN Tulungagung yang telah memproklamirkan dirin sebagai Kampus Dakwah dan Peradaban. Tujuan besar dan agung tersebut lantas di-breakdown ke dalam visi, misi, program kerja, dan lain sebagainya sehingga menjadi satu kesatuan yang mendorong terwujudnya cita-cita.

Menjadi kampus dakwah dan peradaban bukanlah tujuan yang sederhana, namun merupakan agenda besar yang menuntut perencanaan dan pelaksanaan dengan baik dan cermat. Menjadi kampus dakwah berarti harus mampu sebagai pelopor dalam mengajak masyarakat luas untuk beriman dan taat kepada Allah Swt. sesuai dengan aqidah, syariat, dan akhlak Islam, sebagaimana makna dakwah itu sendiri.

Dalam melakukan aktivitas dakwah, sebuah lembaga maupun person diharuskan memenuhi syarat tertentu sebelum ia mengajak dan menyeru pada khalayak masyarakat untuk mengikuti dan melakukan mengenai perihal yang didakwahkan tersebut. Begitu juga pendakwah diharuskan memiliki kriteria-kriteria tertentu sehingga dapat dijadikan teladan bagi yang lainnya.

Di antara syarat-syarat untuk menjadi pendakwah ialah harus mempunyai perangkat pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Dalam dunia

perguruan tinggi, mata tombak dari syiar ilmu pengetahuan adalah dosen dan mahasiswa. Akan tetapi mahasiswalah yang mempunyai langkah lebih jauh dan cepat. Maka dari itu membekali mahasiswa dengan pengetahuan sesuai bidangnya adalah sebuah keniscayaan.

Pendakwah juga harus mampu menguasai cara berkomunikasi yang baik dengan berbagai masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sementara selama ini para mahasiswa cenderung hanya mempelajari ilmu-ilmu teoretis yang tumbuh dan berkembang di meja-meja perkuliahan. Mereka sangat jarang turun ke masyarakat untuk menjalin komunikasi dan menganalisis persoalan yang ada sesuai dengan bidangnya. Untuk dapat membumikan mahasiswa, hendaknya materi perkuliahan dibuat seaplikatif mungkin, dan memberikan tugas-tugas analisis sosial dengan perspektif matakuliah tersebut.

Mengajak masyarakat, bagi kaum akademisi, tidak cukup hanya dengan lisan dan memberi teladan perilaku seperti yang dilakukan para pendakwah/da’i pada umumnya. Namun bagi perguruan tinggi, aktivitas dakwah dapat dilakukan dengan tulisan. Bahkan yang kedua lebih efektif. Dengan menulis pemikiran-pemikiran brilian kemudian mempublikasikannya, kegiatan dakwah tidak akan berbatas waktu tapi menjadi kekal sepanjang zaman. Mewujudkan kampus yang berbasis dakwah harus mampu menciptakan SDM yang bisa menuangkan pemikiran dan hasil penelitiannya ke dalam tulisan.

Untuk membentuk SDM dengan kemampuan tersebut, harus dikembangkan dunia tulis menulis di dalam kampus. Untuk menopang dan mencapainya dapat dilakukan dengan cara membentuk iklim literasi (tulis menulis) terlebih dahulu, yang bisa dimulai dengan pembudayaan membaca buku bagi mahasiswa. Dengan kebiasaan membaca, mahasiswa akan mempunyai pemahaman dan pengertian luas sehingga akan terjadi dialektika pemikiran dengan pemahaman tersebut. Hasil dari dialektika dan analisis selanjutnya dapat dituangkan kembali ke dalam tulisan berbentuk artikel maupun karya limiah.

Membiasakan membaca bagi mahasiswa dapat didukung dengan beberapa hal. Di antaranya adalah penyediaan buku-buku bacaan yang lengkap di perpustakaan pusat maupun perpustakaan jurusan. Buku-buku di perpustakaan harus

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

diperbanyak mengingat jumlah mahasiswa IAIN Tulungagung yang bertambah pesat dalam beberapa tahun terakhir. Buku-buku yang disediakan tidak hanya Buku-buku-Buku-buku ilmiah yang terasa dingin dan kaku, namun diperlukan juga buku-buku bacaan populer, seperti buku sastra, biografi tokoh, majalah-majalah, buku-buku yang berkaitan dengan hobi, dan lain sebagainya.

Selain menyediakan buku, kampus juga bisa menyediakan tempat baca yang nyaman, di dalam maupun di luar perpustakaan. Seperti memanfaatkan ruang-ruang kosong, lorong-lorong di setiap gedung, dan tempat-tempat yang teduh. Kampus bisa meletakkan meja kursi di tempat-tempat tersebut sebagai sarana membaca buku dan berdiskusi bagi mahasiswa. Pemanfataan kantin sebagai ruang diskusi juga sangat membantu menghidupkan iklim literasi di dalam kampus, tentu dengan desain dan pengaturan yang bisa membuat mahasiswa betah berlama-lama menikmati makanan sambil membaca buku.

Apabila hal tersebut dapat terealisasikan, saya yakin, banyak mahasiswa yang akan mengakses perpustakaan tidak hanya saat mengerjakan tugas, namun karena kegemaran mereka dalam mencari pengetahuan yang diminati. Kemudian mereka dengan bukunya akan menuju ke ruang-ruang yang sudah disediakan untuk duduk-duduk santai sambil menikmati isi buku. Setelah iklim membaca terbentuk, akan dengan mudah iklim menulis dibangun dan dikembangkan.

Apabila mahasiswa dan dosen produktif menghasilkan tulisan, karya tulis tersebut dapat dikirimkan ke media masa untuk diterbitkan, sehingga masyarakat umum dapat membaca dan mempelajarinya. Dengan seperti itu akan tercipta komunikasi antara sivitas akademik dengan masyarakat luas. Apabila mereka mempunyai event tertentu akan melibatkan mahasiswa atau dosen, dan begitu sebaliknya. Terjadinya interaksi dialektika antara civitas akademik dengan masyarakat dapat ditandai dengan poster-poster kegiatan masyarakat yang masuk ke dalam papan-papan pengumuman di kampus. Selama ini masih jarang saya jumpai kegiatan sosial dan kebudayaan masyarakat yang dipublis melalui papan pengumuman di dalam kampus.

Berdakwah melalui penelitian juga merupakan kegiatan yang efektif. Penelitian dosen, selain dapat menjadi penopang

utama akreditasi lembaga, juga dapat mewujudkan IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah. Hasil penelitian dosen akan diterbitkan dalam bentuk karya ilmiah dan dipublikasikan ke khalayak umum. Dengan demikian karya tersebut akan menjadi senjata dakwah yang paling ampuh dalam dunia akademisi perguruan tinggi.

Mulai beberapa tahun terakhir dan untuk seterusnya, penerbitan jurnal ilmiah selain dengan media cetak juga diharuskan menggunakan sistem OJS (Open Journal System). Dengan sistem ini tulisan ilmiah dalam jurnal dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Hal tersebut dapat menjadi ladang dakwah IAIN Tulungagung dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya ke khalayak umum.

Dukungan terhadap penelitian dosen juga dapat berupa membantunya dalam penerbitan karya-karya ilmiah yang layak dibukukan, dan memberikan penghargaan bagi dosen yang menulis di media masa. Dengan penghargaan, dosen akan terpacu untuk menulis karya ilmiah dan artikel di media masa. IAIN Tulungagung akan menjadi kampus yang mempunyai kekuatan untuk menjadi agen perubahan sosial masyarakat menjadi lebih baik. Hal tersebut akan ditopang dengan aktivitas pengabdian masyarakat, sebagai pemenuhan Tri Dharma perguruan tinggi.

Untuk menuju kampus peradaban juga tidak semudah membalikkan tangan. Kedudukan peradaban lebih tinggi daripada kebudayaan. Karena peradaban merupakan bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang maju, indah, estetik, dan berakhlak mulia. Kesemua hal tersebut sangat dipengaruhi dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Tanpa ilmu pengetahuan dan pendidikan yang baik, mustahil mencapai kebudayaan yang bernilai luhur yang dapat kita sebut sebagai peradaban.

Untuk menjadi basis peradaban, perguruan tinggi harus mampu menanamkan sisi religiusitas kepada segenap sivitas akademik. Religius di sini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, namun juga harus merasuk ke dalam jiwa dan sanubari sehingga mampu mencetak SDM yang memiliki sifat jujur, disiplin, berlapang dada menerima perbedaan, serta mempunyai etos kerja yang bagus. Dengan kata lain, seluruh sivitas akademik, selain memliki kesalehan spiritual, juga memiliki kesalehan sosial.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

Selain sisi religiusitas, peradaban juga dipengaruhi oleh bahasa. Penggunaan bahasa yang baik akan membuat seseorang menjadi beradab. Baik di sini tidak hanya dari perspektif kesopanan dalam arti sempit, namun juga mampu menggunakan bahasa sesuai dengan keadaan lawan bicara maupun iklim dalam pembicaraan. Mengingat akademisi perguruan tinggi dapat berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan, model komunikasi yang kedua ini yang akan lebih mengangkat nilai budaya. Dengan riset dan karya ilmiah mahasiswa maupun dosen, dipadukan dengan bahasa yang baik, perguruan tinggi akan lebih bermartabat di dunia akademik.

Penguasaan terhadap bahasa asing juga turut mendongkrak perguruan tinggi menjadi pendakwah lintas negara. Maka perlu digalakkan pembelajaran bahasa asing (Arab dan Inggris) untuk dapat menyuarakan ide-ide dalam kancah internasional.

Kecintaan dan apresiasi terhadap seni juga merupakan faktor penting dalam mewujudkan IAIN Tulungagung sebagai kampus peradaban. Berkesenian dapat memperhalus perasaan, menghidupkan jiwa, dan menumbuhkembangkan sisi kemanusiaan manusia. Dengan apresiasi yang baik terhadap seni, lembaga akan lebih menjadi beradab. Apresisasi tersebut dapat berupa dukungan moral dan material. Misalnya dengan mengembangkan kesenian lokal, menghiasi dinding-dinding kampus dengan lukisan-lukisan pelukis nusantara, menjadikan ukiran-ukiran khas daerah sebagai interior ruang, dan banyak lainnya yang bisa dilakukan.

Kesemua faktor tersebut tentu harus didukung dengan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan yang mumpuni, hanya akan menjadi kerangka kosong yang mudah rapuh dan roboh. Pribadi yang mempunyai pengetahuan tinggi dipadukan dengan kepribadian yang baik akan memacu lembaga menjadi kampus dakwah dan peradaban.

Untuk mewujudkan perguruan tinggi berbasis peradaban dan dakwah diperlukan kerja keras dan cerdas, karena banyak faktor pendukung yang melibatkan seluruh sivitas akademik dan masyarakat umum. Namun meskipun tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin. Dengan meniti satu persatu unsur-unsur pembangun beradaban dan dakwah, kemudian menekuninya dan melakukannya, dengan didukung regulasi yang tepat, menjadi kampus dakwah dan peradaban dapat tercapai.

Mochammad Faizun, M.Pd. adalah Dosen IAIN

Tulungagung, penikmat sastra dan seni. Tinggal di Trenggalek dan menjadi bagian dari pegiat literasi di sana. Berbagi pengetahuan di http://mochammadfaizun.blogspot.com.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

21

MELAKSANAKAN DAKWAH