• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBUMIKAN WATAK KOSMOPOLITANISME ISLAM: Menuju

Kampus Dakwah dan Peradaban Berjiwa

Rahmatan lil ‘Alamin

Oleh Lailatuzz Zuhriyah, M.Fil.I.

I

nstitut Agama Islam Negeri Tulungagung merupakan salah satu kampus Islam negeri di Selatan Jawa Timur yang sudah cukup lama berdiri dan senantiasa mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Perjalanan yang cukup panjang dan berliku telah ditempuh serta transformasi dan alih status beberapa kali telah dilalui. Hal ini menjadikan kampus ini tangguh, mampu berdaya saing, berdaya sanding dan berdaya guna serta keberadaannya tidak dapat dipandang sebelah mata. IAIN Tulungagung hadir di tengah masyarakat dengan berbagai keragaman di dalamnya.

Sebagai salah satu wadah strategis kepanjangan tangan dari pemerintah, IAIN Tulungagung menjadi pioner bagi penguatan nilai-nilai religius, kebangsaan dan kebhinnekaan bagi masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan wujud nyata pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh IAIN Tulungagung yang meliputi penerapan pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan prinsip integratif dan universalitas ilmu, penelitian multidisipliner, dan pengabdian masyarakat dengan memperhatikan pengetahuan, pengalaman, kebutuhan, dan kehendak serta mendayagunakan potensi yang dimiliki masyarakat mitra pengabdian dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki serta mampu menjadi problem solver atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, IAIN Tulungagung menegaskan dirinya sebagai sentrum dakwah dan peradaban. Tentunya penegasan tersebut bukanlah sekadar jargon tanpa aksi, namun juga dibarengi dengan spirit kosmopolitanisme Islam dan universalitas ilmu yang dibangun oleh seluruh stakeholder kampus ini. Spirit kosmpololitanisme Islam ini menjadikan IAIN Tulungagung sebagai kampus yang mencerahkan dengan watak Islam yang terbuka, toleran, moderat, dan menghargai keragaman dalam rangka mengusung spirit keterbukaan lintas peradaban untuk merayakan kebhinnekaan. Tidak hanya itu, spirit universalitas ilmu juga diusung sebagai wujud penolakan atas dikotomi ilmu agar terjadi saling tegur sapa antara keilmuan Islam dengan keilmuan umum lainnya serta menjadi jawaban atas tantangan global.

Sesungguhnya keragaman, modernitas dan globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Ini menjadi tantangan bagi seluruh lembaga pendidikan tinggi, tak terkecuali IAIN Tulungagung. Sebagai sentrum dakwah, tema-tema dakwah yang diusung tidak hanya terkait dengan dakwah teologis, namun juga mengedepankan dakwah multikultural, sosial, teknologi dengan spirit pembebasan manusia. Diksi dakwah tidak lagi dimaknai secara sempit, namun lebih komprehensif untuk menciptakan spirit of harmony multisektoral. Tentunya untuk mewujudkan itu dibutuhkan spirit kosmopolitanisme dalam berdakwah. Makna kosmopolitanisme sesungguhnya adalah sikap terbuka terhadap segala hal yang ada di dunia, karena asal kata cosmos memiliki implikasi pandangan yang luas. Walaupun secara politis terbingkai dengan negara, bangsa, suku, agama, kultur, dan bahasa, dalam perspektif kosmoplit segala perbedaan itu tidak boleh menjadi penghalang bagi terciptanya kerukunan umat manusia di dunia. Sikap saling menghargai, saling membantu, saling berbagi dan sebagainya merupakan sikap kosmopolitanisme Islam di tengah kemajemukan. Spirit seperti inilah yang akan menjadi modal penting untuk mencipta peradaban dunia yang elegan.

Dakwah dengan spirit kosmopolitanisme Islam dengan didukung kemantapan universalitas ilmu akan menjadikan konsep dakwah IAIN ini dapat menyapa dan bersalaman dengan pelbagai isu-isu kontemporer dewasa ini. Dakwah tidak lagi hanya sebatas ceramah dan khotbah, namun dakwah di sini

adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari segala belenggu dan memberikan kemaslahatan bagi dunia. Pada akhirnya, dengan pemahaman yang lebih integral dan komprehensif seperti ini, akan melahirkan aktualisasi agama yang lebih ‘kaya’, tidak kaku dan mampu berbicara di tengah-tengah perubahan zaman yang cenderung cepat. Lebih jauh bahkan memberikan alternatif penyelesaian beragam persoalan yang berkembang di masyarakat, sehingga apa yang dinyatakan jiwa ‘Islam Rahmatan lil ‘Alamin’ bukan lagi menjadi sebuah keyakinan ideal saja.

Sesungguhnya dengan menjadi muslim kosmopolit bukan berarti harus melepaskan jubah keislaman, namun perlu memermak jubah tersebut sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan di masing-masing locus dan tempus seiring perkembangan modernitas dan globalisasi. Spirit kosmopolit inilah yang akan membuat dakwah menemukan maknanya yang lebih indah sesuai dengan misi profetik yang mencerahkan dan menjadi solusi bagi problem kemanusiaan universal.

Supaya konsep dakwah dengan spirit kosmopolit ini lebih memberikan dampak yang signikfikan, maka perlu diimbangi pula dengan kemantapan dan penguasaan ilmu multidisipliner yang luas dan mendalam. Dengan menafikan segmentasi dan sekularitas ilmu, mengedepankan universalitas ilmu dan penguasaan metodologi keilmuan yang empiris dan komprehensif serta pemahaman agama yang inklusif dan mantap akan menjadikan dakwah IAIN menjadi dakwah multisektoral yang mencerahkan.

Pendeklarasian diri menjadi kampus dakwah dan peradaban ini berimplikasi pada semangat pembaruan yang progresif. Hal ini tidak hanya tampak pada proses pendidikan dan pengajarannya saja, namun bidang penelitian dan pengabdian juga terinfus semangat tersebut. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, sebagaimana pernah disampaikan oleh Rektor pada suatu kesempatan di tahun lalu, semua mahasiswa akan dima’hadkan untuk dilakukan penggemblengan yang mantap dalam bidang keagamaan, dimulai dari penguasaan baca tulis al-Qur’an, diniyah bagi mereka yang sudah pandai baca tulis al-Qur’an, serta pengkajian kitab-kitab kuning. Tidak hanya mahasiswa, seluruh dosen yang mengajar dalam bidang keilmuan apa pun juga disyaratkan agar minimal pandai

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

dalam baca tulis al-Qur’an. Dalam bidang pengembangan peradaban, mahasiswa dididik dengan basis kurikulum integratif yang senantiasa mengikuti perkembangan zaman, penyediaan ruang kelas serta laboratorium-laboratorium yang modern, perpustakaan yang komplit, serta proses pendidikan yang menggunakan pendekatan humanistic learning dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mencetak ilmuan yang sekaligus ulama’ yang siap pakai di masyarakat. Secara sekilas, nampak seperti ada pengadopsian dan pengintegrasian model pendidikan di Al-Azhar University dengan Cairo University.

Output dari hasil pendidikan dan pengajaran dengan

mengedepankan spirit dakwah dan peradaban ini bagi mahasiswa adalah diharapkan menjadikan mereka insan akademik yang memeiliki karakteristik keagungan akhlakul karimah, keluasan ilmu, kebebasan itelektual, profesional, berbudaya dan berjiwa Islam rahmatan lil ‘alamin. Sebagai

agent of social change dan agent of social control di masyarakat,

akan sangat ideal jika mahasiswa memiliki bekal pengetahuan agama yang mantap dan sikap beragama yang inklusif serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni. Hal ini karena mereka bagian dari kepanjangan tangan kampus ini untuk merealisasikan pengembangan dakwah dan peradaban di masyarakat.

Dalam bidang riset, spirit universalitas ilmu dan penguasaan metode keilmuan yang mantap dan mendalam (rigorus) dari para dosen akan semakin menguatkan dan meneguhkan eksistensi kampus ini sebagai kampus dakwah dan peradaban. Riset merupakan bagian dari ikhtiar epistemologis dari para dosen untuk menjaga dan memelihara keilmuan integratif di IAIN Tulungagung. Selain itu, secara ontologis riset merupakan proses produksi dan reproduksi pengetahuan ilmiah yang nantinya akan dijadikan sebagai basis dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengabdian di masyarakat. Riset yang baik adalah riset berbasis pada peningkatan kualitas hidup manusia, baik itu menyangkut kualitas spiritual, intelektual, material (ekonomi), dan lain-lain. Tentunya semangat riset ini perlu didukung pula dengan sikap kosmopolit, ilmiah, oyektif, dan tanpa memandang SARA dalam pemanfaatan hasil riset. Peningkatan kualitas hidup seluruh umat manusia melalui

penerapan hasil riset oleh para dosen IAIN Tulungagung tanpa memandang perbedaan SARA ini merupakan wujud aktualisasi Islam rahmatan lil ‘alamin. Bukankah riset yang berkualitas dan mencerahkan seperti ini juga merupakan bagian dari dakwah kemanusiaan, sebuah misi profetik yang agung yang membebaskan.

Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, IAIN Tulungagung mengupayakan diri untuk mengambil peranan penting di tengah-tengah masyarakat dalam rangka misi pemberdayaan dan pemberadaban. Secara esensi sesungguhnya pengabdian tidak hanya berhenti pada mengetahui, menjelaskan, atau menafsirkan saja tetapi juga berusaha mentransformasikan kondisi sosial khususnya penguatan kualitas hidup umat manusia. Sebagai salah satu dari perguruan tinggi keagamaan Islam, IAIN Tulungagung dituntut harus mampu menerjemahkan ajaran-ajaran keagamaan dalam konteks perubahan sosial. Tujuannya adalah agar praktik keberagamaan masyarakat baik secara individu maupun komunal dapat mengalami perubahan yang sifatnya progresif dan konstruktif. Harapan utamanya ke depan adalah bagaimana supaya pengalaman keagamaan masyarakat yang masih terkesan tekstualis dan ritualis (simbolik) tersebut menunjukkan perubahan bahwa pengalaman keagamaan mampu memberikan inspirasi dan pencerahan dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah sosial di masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini, maka perlu mendorong semangat pengabdian dengan menumbuhkan tradisi kritis. Artinya, program pengabdian harus mampu menggeser paradigma normatif dalam keilmuan Islam menuju pengabdian yang bersifat pemberdayaan dan pemberadaban.

Untuk mewujudkan misi pemberdayaan dan pengembangan peradaban di masyarakat, sangat dibutuhkan bekal penguasaan keilmuan multidisipliner yang mantap dan watak kosmopolitanisme. Pemberdayaan tanpa memandang perbedaan agama, suku, bangsa, bahasa dan budaya merupakan wujud kosmopolitanisme yang mencerahkan. Bekal penguasaan keilmuan yang multidisipliner yang mantap diharapkan mampu mengemban misi pemberdayaan sebagai upaya memberikan

problem solving bagi masalah-masalah di masyarakat yang

multisektoral.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

yang strategis dalam rangka merayakan universalitas ilmu. Pengamalan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh dari proses pembelajaran dan riset di PTKI khususnya IAIN Tulungagung diaplikasikan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang beradab, mampu berdaya saing, sejahtera, serta mewujudkan khazanah kehidupan yang demokratis dan berkeadilan. Segala cita dan asa ini akan mewujud dalam nyata jika pengabdian kepada masyarakat juga diarahkan pada pengabdian yang berbasis riset. Ada dua harapan penting dari pengabdian berbasis riset ini, yang pertama adalah berdayanya masyarakat, dan yang kedua adalah lahirnya intelektual dan agamawan organik di kalangan PTKI khususnya IAIN Tulungagung yang memiliki keahlian otoritatif dan implementatif pada bidang tertentu.

Dakwah yang berwujud pengabdian kepada masyarakat tidak sebatas kepada membantu mengajar mengaji di surau, memberikan ceramah di sebuah majelis ta’lim, dan khutbah Jum’at saja. Lebih jauh, tema-tema dakwah yang diusung dalam rangka pengabdian kepada masyarakat adalah masalah pemberdayaaen secara sosial dan ekonomi, pemberdayaan lingkungan, kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan pendidikan dengan memaksimalkan peran lembaga pendidikan, tema perdamaian, dan lain-lain. Tentunya dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga-tenaga ahli di bidang pemberdayaan masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut, perlu pemantaban penguasaan keilmuan terutama penguatan teori-teori sosial. Selain itu juga perlu penguatan spirit pemberdayaan para dosen melalui diklat pengabdian, short course pemberdayaan masyarakat (short course community outreach) pada perguruan tinggi atau lembaga yang mempunyai pengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan beberapa kegiatan lain yang mampu meningkatkan potensi dosen dalam misi pemberdayaan.

Tidak hanya dosen yang perlu diberikan penguatan atas penguasaan keilmuan multidisipliner dan spirit pemberdayaan dalam rangka mengembangkan peradaban, tetapi mahasiswa juga demikian. Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan program yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa adalah salah satu wadah strategis untuk menghapus kesenjangan antara teori yang diperoleh mahasiswa di bangku perkuliahan

dengan realita kebutuhan masyarakat dalam rangka menjawab tuntutan masyarakat atas mutu lulusan PTKI yang mandiri dan siap mengantisipasi arah perkembangan bangsa. Untuk itu, mahasiswa perlu mendapatkan ruang dan kesempatan pula untuk dapat mengikuti seminar, diklat, ataupun short cousre pengabdian serta penguatan teori-teori sosial selain kegiatan rutin perkuliahan. Tentunya seminar, diklat, ataupun short course tersebut selain menguatkan penguasaan metode keilmuan beserta teori-teori sosialnya, juga sekaligus menanamkan semangat kosmopolotanisme sebagai spirit pemberdayaan yang tidak tererosi oleh segmentasi-segmentasi agama, budaya, suku, bahasa, bangsa dan perbedaan lainnya.

Sesuai dengan jargon IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban, maka akan sangat menarik jika tema yang diusung untuk KKN tahun ini juga menggunakan tema dakwah dan peradaban pula, yaitu “KKN Tematik Dakwah dan Peradaban IAIN Tulungagung”. Dengan pemahaman konsep dakwah yang holistik sebagai misi profetik dan spirit membangun peradaban dengan bekal universalitas ilmu dan watak kosmopolitanisme, diharapkan misi pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan KKN mahasiswa dapat meraih hasil yang maksimal.

Pada hakikatnya, membangun sebuah kampus sama saja dengan membangun sebuah peradaban. Dengan membangun kampus yang baik, sama artinya dengan membangun peradaban dunia yang baik pula. Ini merupakan proyek besar yang cukup prestisius dan membutuhkan komitmen tinggi dan kerja keras dari seluruh stakeholder. Tentunya membangun peradaban bukanlah sesingkat membangun rumah, dibutuhkan waktu yang panjang untuk itu. Namun, hal itu tidak mustahil untuk diwujudkan dengan semangat dan aksi yang nyata. IAIN Tulungagung harus mampu berselancar dengan gelombang perubahan zaman, membangun tradisi akademik yang baik, serta membumikan watak kosmopolitanisme Islam dan spirit universalitas ilmu sebagai upaya menuju kampus dakwah dan peradaban. Harapan ke depan semoga IAIN Tulungagung dapat menjadi jembatan emas bagi perkembangan agama, kebangkitan ilmu pengetahuan dan sains modern serta mengambil peranan penting dalam membangun kembali kejayaan peradaban Islam masa lampau.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

Lailatuzz Zuhriyah, M.Fil.I., lahir di Sidoarjo tanggal 28

Mei 1986. Studi S-1 ditempuh di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama tahun 2004 hingga 2008. Kemudian melanjutkan ke STAI Al-Khoziny Sidoarjo untuk mengambil program Akta IV tahun 2008 hingga 2009. Pendidikan S-2 ditempuh di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan mengambil konsentrasi Pemikiran Islam pada tahun 2009 hingga 2011. Tahun 2011 hingga 2012 ia menjadi Dosen Luar Biasa (DLB) di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kemudian tahun 2014 ia mulai menjadi dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, dan sekarang menjabat sebagai Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M IAIN Tulungagung.

19

MEMBANGUN KAMPUS DAKWAH