• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGOKOHKAN AKAR, MENGUATKAN DAKWAH, MEMBANGUN PERADABAN

Oleh Muhamad Fatoni, M.Pd.I.

P

ersaingan global di era modern ini telah memaksa berbagai elemen untuk selalu berbenah diri agar mampu berkompetisi dengan yang lain, tak terkecuali dunia pendidikan. Dunia pendidikan dipaksa untuk mampu memenuhi tuntutan zaman, mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian hari semakin canggih. Belum lagi persoalan perdagangan bebas yang juga menuntut setiap negara agar mampu bersaing dan bertahan terhadap pengaruh–pengaruh budaya asing yang mungkin saja bertentangan dengan budaya lokal. Tidak jarang elemen masyarakat terpengaruh dengan berbagai budaya asing yang sama sekali jauh dari nilai–nilai luhur budaya bangsa. Oleh sebab itu penting bagi dunia pendidikan sebagai benteng terakhir dalam mempertahankan nilai–nilai kearifan untuk berbenah diri mempersiapkan generasi yang siap dan mampu bersaing sekaligus memengaruhi peradaban dunia yang santun dan bersumber dari akar budaya nasional yang luhur.

Salah satu elemen pendidikan yang penting untuk segera berbenah diri adalah perguruan tinggi sebagai lembaga yang berperan besar dalam menyiapkan generasi pendidik khususnya. Perguruan–perguruan tinggi tersebut dinilai memiliki peran signifikan karena merupakan ujung tombak dalam menyiapkan generasi bangsa, termasuk di antara perguruan tinggi yang dimaksud adalah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kemenag. Salah satunya adalah kampus IAIN Tulungagung.

Sebagai salah satu elemen pendidikan Islam, IAIN Tulungagung ikut serta bertanggung jawab dalam mempersiapkan generasi yang siap untuk terjun sebagai pendidik sekaligus mempertahankan nilai–nilai luhur budaya bangsa dan nilai–nilai luhur agama Islam. Selain itu, IAIN Tulungagung yang merupakan salah satu di antara kampus besar yang berada di Jawa bagian selatan juga bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai–nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang tampaknya hari ini mulai terkikis karena kemajuan zaman. Oleh karena itu penting bagi IAIN Tulungagung untuk menegaskan arah dan langkahnya dalam rangka untuk mempersiapkan generasi bangsa yang siap dalam persaingan global.

Salah satu langkah yang ditempuh IAIN Tulungagung dalam hal ini adalah dengan mempertegas visi IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban. Hal ini disampaikan oleh Rektor IAIN Tulungagung, Dr. H. Maftukhin, M.Ag. dalam beberapa kesempatan, baik dalam sambutannya pada acara– acara tertentu maupun pada saat rapat dinas.

Penegasan ini memiliki arti penting bagi perkembangan IAIN Tulungagung. Dengan penegasan ini pula arah kebijakan semakin jelas dengan berkembangnya berbagai kegiatan– kegiatan ilmiah sebagai pendukung dari terealisasinya cita–cita IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban.

Mengokohkan Akar

Salah satu upaya yang harus ditempuh oleh IAIN Tulungagung dalam rangka merealisasikan terwujudnya kampus dakwah dan peradaban adalah dengan mengokohkan akar. Maksudnya di sini adalah dengan menguatkan basis mahasiswa dalam penguasaan nilai–nilai kearifan yang sejak lama telah disepakati dan mengakar dalam kultur budaya masyarakat Jawa khususnya masyarakat Islam Jawa. Mengapa demikian? Suka tidak suka IAIN Tulungagung berdiri dan berpijak di tanah Jawa. Oleh karena itu tidak dibenarkan bila IAIN meninggalkan tata aturan yang berlaku di wilayah Jawa. Tetapi tentunya tidak dalam semua hal, dalam hal–hal tertentu yang tidak sesuai dengan nilai keislaman tentu akan diminimalisir dan disesuaikan dengan nilai–nilai Islam.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

SAW yang telah diyakini kebenarannya tentu harus menjadi pijakan utama. Tetapi yang perlu juga digarisbawahi bahwa untuk menjadi muslim yang benar tidak lantas mengubah kepribadian lokal masyarakat kita seperti masyarakat pembawa Islam, dalam hal ini masyarakat Arab. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa untuk mengetahui hal ini agar tidak keliru dalam memahami Islam sehingga tidak terjerumus ke dalam organisasi Islam yang tidak sesuai dengan semangat kebangsaan seperti yang marak pada akhir–akhir ini.

Saat ini di IAIN Tulungagung sedang digalakkan gerakan santri kuliah. Dalam rangka mempertahankan nilai–nilai luhur yang telah digagas oleh para ulama salaf al-shalih maka IAIN Tulungagung menggagas adanya Madrasah Diniyyah bagi mahasantri yang dikelola oleh UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung. Di madin ini diajarkan berbagai kitab yang biasanya dikaji di pesantren–pesantren salafiyyah dengan metode ‘ma’nani gandul’ ala pesantren.

Ma’had al-Jami’ah selain membuka madin yang terbagi

menjadi tiga jenjang pada strata satu, yakni madrasah

al-ula, al-wustha, dan al-ulya, juga membuka program Dirasah Qur’aniyyah yang terbagi menjadi empat program yaitu, dirasah qira’ah al-Qur’an, kitabah al-Qur’an, tilawah al-Qur’an dan tahfidz al-Qur’an. Untuk jenjang Pascasarjana dibuka Dirasat al-Ulya dengan kajian kitab al-Hikam karya al-Syaikh Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari, kitab tasawuf yang populer di kalangan

pesantren salafi.

Makna Ma’had al-Jami’ah juga tidak lagi terbatas pada pengertian mahasantri yang mukim di asrama Ma’had

al-Jami’ah, akan tetapi setiap mahasiswa yang belajar di kampus

IAIN Tulungagung secara otomatis terdaftar sebagai mahasantri

Ma’had al-Jami’ah.

Selain dengan pengembangan Ma’had al-Jami’ah untuk memperkokoh pengetahuan mahasiswa mengenai nilai– nilai luhur Islam khususnya di wilayah masyarakat Jawa, IAIN Tulungagung secara resmi menyelenggarakan Pusat Kajian Islam Jawa. Program ini dirilis oleh Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah. Semua kebijakan itu sebenarnya bermuara pada cita – cita IAIN untuk membangun kampus dakwah dan peradaban. Kedepan khususnya apabila ingin mempelajari kajian Islam Jawa, maka IAIN Tulungagung adalah rujukannya.

Menguatkan Dakwah

Dengan dibukanya program–program kajian kutub

al-turats di IAIN Tulungagung, maka harapan terbesar adalah

munculnya out put yang selain memiliki keahlian dalam bidang jurusan yang diambil, juga memiliki kemampuan untuk menjadi da’i dan muballigh. Setiap lulusan IAIN Tulungagung harus siap mengabdikan diri untuk masyarakatnya, khususnya dalam hal dakwah.

Untuk menjadi muballigh dan da’i tentu penguasaan terhadap dalil–dalil, baik yang ada dalam al-Qur’an maupun

al-Hadits menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. Dengan

diadakannya Dirasah Qur’aniyyah, madin dan berbagai kajian

kutub al-turats maka besar kemungkinannya mahasiswa akan

menjadi muballigh dan da’i yang kompeten di masa yang akan datang. Selain itu kutub al-turats yang merupakan peninggalan ulama salaf al-shalih sangat kaya dengan mutiara hikmah yang bisa digunakan sebagai modal dalam berdakwah.

Oleh karena itu kegiatan yang dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan kajian kutub al-turats harus mendapat perhatian yang serius. Dengan dukungan yang kuat dari pihak–pihak terkait, program ini akan berjalan dengan baik. Alumni IAIN yang dibekali dengan penguasaan al-Qur’an dan al-Hadits serta penguasaan kutub al-turats yang mumpuni akan semakin memperkuat dakwah. Dengan kuatnya dakwah itu diharapkan akan tercipta peradaban yang maju dengan tidak meninggalkan nilai–nilai akar budaya yang luhur. Dalam ilmu ushul hal ini diungkapkan dengan istilah al-Muhafadzatu

‘ala al-Qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah.

Membangun Peradaban

Koentjaraningrat menyebut peradaban sebagai kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks (Koentjaraningrat: 1985). Dalam pengertian inilah peradaban yang dimaksudkan di sini. IAIN Tulungagung sebagai kampus dakwah dan peradaban memiliki makna bahwa IAIN Tulungagung memiliki visi membangun generasi yang siap untuk melaksanakan amr bi al-ma’ruf nahi ’an al-munkar, memiliki ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

IAIN Tulungagung Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban

ada di IAIN Tulungagung harus diberdayakan secara maksimal. Tanpa pemberdayaan yang memadai maka visi tinggallah cerita yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Saat ini pemberdayaan itu telah mulai dirintis dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada khususnya sumber daya manusianya.

Dengan semakin menjamurnya berbagai pusat kajian yang ada di lingkup IAIN Tulungagung besar harapan akan terwujudnya IAIN sebagai kampus dakwah dan peradaban. Munculnya Pusat Kajian Islam Jawa (PKIJ), Institut Transvaluasi,

Madrasah Diniyyah, Dirasah al-Ulya, Dirasah Qur’aniyyah dan

yang lain cukup menjanjikan untuk terealisasinya kampus dakwah dan peradaban.

Tidak berhenti di situ, saat ini banyak sekali kegiatan religi yang mulai digalakkan di masing–masing fakultas, mulai dari khatm al-Qur’an, istighatsah sebagai pembuka diawal perkuliahan dan lain sebagainya yang ikut serta memperkuat terwujudnya kampus dakwah dan peradaban. Selain itu laboratorium dan perpustakaan juga semakin dikembangkan sebagai sarana pendukung yang bisa digunakan oleh seluruh sivitas akademika mulai dari unsur mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan untuk semakin mengasah kemampuan dan ketrampilan serta membuka cakrawala pengetahuan. Kedepan IAIN Tulungagung akan menjadi pelopor dalam menbangun peradaban Islam yang maju dengan tetap berpijak pada nilai–nilai luhur budaya Jawa dan tentunya pada nilai–nilai luhur Islam yang diwariskan oleh salaf al-shalih.

Muhamad Fatoni, M.Pd.I., lahir di Blitar 23

Februari 1984. Ayahnya bernama Supoyo dan Ibunya bernama Siti Syamsiyah. Saat ini aktif sebagai Dosen Tetap Bukan PNS di IAIN Tulungagung pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Penulis juga tercatat sebagai Murabbi pada UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung.

24

IMPLIKASI BERANTAI IAIN SEBAGAI