• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITERIA KUALITAS LINGKUNGAN

5) Kandungan Basa-basa

3.3. LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA

3.3.3. Karakteristik Budaya

3.3.3.1. Hubungan Antar Masyarakat

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu-individu dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok. Interaksi yang terjadi pada

Bab 3. Rona Lingkungan Hidup 3 – 58

masing-masing kelompok memiliki status, peranan, kondisi sosial, ekonomi dan tingkat pendidikan akan berbeda-beda. Interaksi ini dapat berupa kerjasama, persaingan dan konflik. Interaksi yang dilihat dalam studi ini terutama hubungan antara masyarakat setempat dengan pendatang baru. Apakah mereka akan menyambut baik atau tidak pendatang baru, apakah perbedaan suku, agama/ kepercayaan mempengaruhi sikap mereka, dan lain-lain.

Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur yang menunjuk pada satu keteraturan perilaku sehingga dapat memberikan bentuk sebagai masyarakat.

Pranata sosial yang ada di kecamatan sekitar wilayah studi terdiri dari lembaga formal dan non formal. Lembaga formal yang ada adalah lembaga yang sudah diatur pemerintah untuk membantu kelancaran pembangunan daerah. Lembaga tersebut antara lain adalah LMD dan PKK. Kegiatan lembaga formal ini dipimpin oleh seorang Kepala Kelurahan yang dibantu oleh aparat pendukungnya.

Lembaga non formal terbentuk secara turun temurun berdasarkan keadaan adat istiadat dan agama yang dianut penduduk. Aktivitas lembaga non formal hanya terbatas pada kegiatan adat dan keagamaan. Bentuk kegiatan yang umum dilakukan meliputi kegiatan gotong royong untuk memelihara kebersihan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya seperti membangun rumah, perkawinan, khitanan, melahirkan anak dan kematian. Kegiatan yang bersifat non formal terutama yang berkaitan dengan agama dan adat istiadat dipimpin oleh tokoh adat yang sekaligus merupakan tokoh agama.

Pola hubungan interaksi antar penduduk dapat dipelajari melalui frekuensi kerjasama penduduk baik kepada anggota keluarga maupun dengan tetangga. Bentuk kerjasama penduduk dengan anggota keluarga dan penduduk dengan masyarakat antara lain dapat berupa gotong royong dalam acara selamatan maupun dalam mendapat musibah, pembuatan jalan atau pembersihan lingkungan, perbaikan sarana ibadah keagamaan maupun sarana sosial lainnya.

Bab 3. Rona Lingkungan Hidup 3 – 59

3.3.3.2. Pola Preferensi dan Orientasi Dalam Meminta Bantuan

Pola preperensi atau orientasi yang terpolakan, merupakan suatu bentuk dari ikatan kelompok dimana individu secara sadar atau tidak sadar mengacu kepada individu lain dalam upaya menyelesaikan masalah pribadinya. Pengacuan ini membentuk tingkah laku dalam persoalan tertentu. Dalam penelitian ini pola preferensi yang diambil adalah kepada siapakah penduduk minta bantuan dalam masalah perekonomian. Hal yang seringkali dilakukan adalah pinjam kepada orang tua, saudara, tetangga, ke koperasi atau perbankan bahkan ada pula yang menjual barang berharga yang dimiliki.

3.3.3.3. Pola Kepemimpinan

Pola kepemimpinan kelompok, didasarkan pada pola kepemimpinan formal (kepala kelurahan) dan informal (pemuka masyarakat, pemuka agama dan pemangku adat) yang dibayangi oleh status ataupun peran yang dituakan dalam keluarga, kerabat dan keluarga besar, serta berkembang pula pola ketokohan seseorang di luar kelompok primernya. Tokoh formal (kepala kelurahan) biasanya mempunyai pengaruh cukup tinggi dan dilanjutkan dengan tokoh-tokoh informal lainnya seperti pemangku adat, pemuka agama, pemuka masyarakat, serta tokoh informal lainnya. Walaupun penokohan terhadap tokoh formal cukup tinggi di kalangan penduduk daerah studi, namun alasannya sendiri ternyata beragam. Alasan penokohan berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki oleh tokoh tersebut, seperti penokohan terhadap pemuka agama didasari atas wawasan mereka dalam bidang agama. Pemuka agama menjadi penting karena penduduk daerah studi masih berorientasi pada agama Islam dan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Penduduk daerah studi masih memegang tradisi dan nilai-nilai budaya. Tetapi adat kebiasaan penduduk cukup akomoditif terhadap pendatang baru dan aktivitas baru, sepanjang aktivitas tersebut tidak menimbulkan terhadap gangguan keseimbangan kehidupan yang ada, misalnya kerugian material, rasa malu dan sejauh tetap menghargai adat istiadat yang masih berlaku.

Bab 3. Rona Lingkungan Hidup 3 – 60

Hubungan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sangat erat. Hal ini dibuktikan dengan saling membantu pada waktu salah satu penduduk melakukan perkawinan, pembuatan rumah, berdagang, menghadapi musibah. Mereka juga dapat membuka diri dalam menerima orang luar atau tamu. Sifat keterbukaan penduduk daerah studi terhadap kehadiran pendatang telah menghasilkan akulturasi antar budaya. Proses akulturasi ini berjalan lancar selama kehadiran pendatang tidak menyalahi budaya yang masih berlaku.

3.3.3.4. Organisasi Sosial Penduduk

Organisasi sosial kemasyarakatan yang masyaraknya terlibat dalam kegiatan organisasi tersebut menggambarkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap kehidupan bersama cukup baik. Mereka menyadari manfaat organisasi sosial kemasyarakatan yang mereka ikuti akan memberikan solusi baik yang menyangkut kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi, sebagai contoh: mereka terlibat dalam kelompok usaha dengan harapan mereka dapat memecahkan masalah-masalah usaha yang ada dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Mereka terlibat dalam kelompok pengajian dengan harapan dapat menambah pengetahuan agama dan meningkatkan kemampuan untuk beribadah. Mereka yang terlibat dalam koperasi dan arisan mengharapkan organisasi tersebut dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang keuangan (financial). Secara keseluruhan dapat disimpulkan masyarakat di daerah studi menyadari akan pentingnya organisasi kemasyarakatan salah satunya adalah kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tingkat kesadaran ini berdampak positif dalam pemberdayaan masyarakat.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada , selain berfungsi sebagai lembaga kontrol bagi kegiatan operasional perusahaan juga dapat dijadikan mitra dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan yang berhubungan langsung dengan

Bab 3. Rona Lingkungan Hidup 3 – 61

masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun program peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.