• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Jaringan Drainase dan Penyaluran Air Hujan (1) Saluran Drainase

pelayanannya dengan mendirikan sentral-sentral baru atau memperluas kapasitas sentral yang ada sesuai dengan teknologi telekomunikasi. Di masa mendatang pengembangan jaringan kabel akan semakin berkurang, digantikan oleh menara-menara BTS untuk jaringan nirkabel. Oleh karena itu perlu regulasi khusus untuk penyediaan infrastruktur tersebut, agar perkembangan menara dapat dibatasi sehingga tidak memberikan dampak teknis maupun visual terhadap kawasan.

Kebutuhan fasilitas telepon ini dapat disediakan oleh sentral telepon yang ada di kawasan. Adapun untuk pola penyediaanya, dapat menggunakan kerjasama dengan pihak PT.Telkom, yaitu:

 Pola hibah, yaitu suatu paket kerjasama dimana konsumen (peng-usaha industri) mengadakan jaringan sendiri secara lokal sampai kurun waktu tertentu konsumen tidak ditarik biaya pemakaian.

 Pola bagi hibah, yaitu kerjasama dimana ongkos pasang ditanggung bersama oleh pihak PT.Telkom dan pengusaha industri dan biaya pemakaian telepon ditanggung bersama untuk suatu kurun waktu tertentu.

Kebutuhan prasarana telekomunikasi di Kawasan TAA dengan kebutuhan 20 - 40 SST / Ha adalah 161.784 STT, dimana untuk kawasan reklamasi sebanyak 80.604 SST dan darat sebanyak 81.179 SST. Sedangkan kebutuhan telepon umum sebanyak 253 SST dengan standar kebutuhan 1 SST/16 Ha.

L. Rencana Jaringan Drainase dan Penyaluran Air Hujan (1) Saluran Drainase

Aktivitas dalam yang terpusat dalam satu kawasan industri seperti halnya Kawasan Ekonomi Khusus yang mencakup berbagai kegiatan diantaranya kegiatan produksi, fasilitas penunjang pada dasarnya membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam pelaksanaan pembangunan sistem drainase, pada prinsipnya harus dapat efisien sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka, yaitu :

 Sistem Jaringan Terbuka.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 36

bentuk saluran trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan kerugian sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan harus hati-hati terhadap kemungkinan terperosok ke saluran ini karena sistemnya terbuka (terutama pada malam hari).

 Sistem Jaringan Tertutup.

Sistem ini dibuat di bawah jalan dengan membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelo-laan drainase dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Sistem jaringan induk drainase secara umum tetap mengikuti pola atau kerangka sistem alamiah yang ada, dimana peng-aliran dilakukan secara gravitasi mengikuti kondisi topografi yang memiliki kecenderungan kemiringan mengarah ke Sungai Telang.

 Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan-jalan utama tertentu, atau daerah yang mempunyai lebar jalan-jalan yang kecil.  Prioritaskan pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan rawan

genangan, dan memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal.

 Disamping itu juga diperlukan peningkatan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.

 Sistem drainase tertutup dibangun pada sebelah kiri dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 37

Gambar 2.11. Peta Rencana Jaringan Listrik dan Telepon di KEK Tanjung Api Api

Perencanaan drainase sangat terkait erat dengan kebutuhan pengelolaan sumber daya air. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya air, Kawasan Industri termasuk dalam bagian hilir yang didominasi oleh dataran rendah. Dengan demikian, berdasarkan lokasinya, wilayah ini memiliki dua beban kepentingan

Gambar 2.11 Peta Rencana Jar. Listrik dan Telepon di

KEK Tim Sudi Andal KEK

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 38

yaitu bagaimana tetap mengupayakan terjadinya imbuhan air tanah sekaligus mengendalikan run off dari bagian hulu berlebih sehingga menghindari resiko banjir.

Sejalan dengan 2 kepentingan diatas, serta trend run off yang semakin meningkat maka perencanaan jaringan drainase perlu diarahkan pada pendekatan pembangunan sistem jaringan drainase berwawasan lingkungan (gambar 2.12). Prinsipnya adalah menahan atau manurunkan Run Off di wilayah yang lebih tinggi, Penahanan Run Off ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan air meresap sebesar-besarnya ke dalam tanah melalui pembuatan atau pelindungan kawasan konservasi. Dengan demikian, debit Run Off tereduksi sehingga jumlahnya tidak berlebihan untuk sampai di bagian hilirnya. Secara skematis konsep pembangunan sistem jaringan drainase berwawasan lingkungan dapat dijelaskan pada gambar berikut :

Run Off Kawasan Konservasi Kawasan Industri Hujan Sumur Resapan Sungai

Gambar 2.12. Skema Pembangunan Drainase Berwawasan Lingkungan

Kolam Retensi/Polder : Secara konseptual, ada dua alternatif penyelesaian untuk pemanfaatan daerah rendah, yaitu sistem timbunan (land filing), dan sistem polder/kolam retensi. Sistem timbunan merupakan cara pemanfaatan dataran rendah dengan cara menimbun lahan dengan material tanah sehingga mencapai elevasi aman, di atas muka air laut pasang dan gelombang laut atau muka air sungai tertinggi. Dengan sistem ini, daerah yang ditimbun manjadi aman dari pengaruh pasang surat dan banjir, sekaligus dapat dikembangkan sistem drainase air hujan maupun air limbah secara gravitasi.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 39

Adapun sistem kolam retensi/polder, elevasi tanah dibiarkan pada ketinggian aslinya, sedangkan air diturunkan atau dikeringkan dengan sistem pengontrolan dengan tanggul dan pompa, atau manajemen lainnya. Pada sistem ini bangunan fisik konstruksi yang ada di dalam kawasan diupayakan memiliki permukaan tanah dasar di atas muka air pasang tertinggi (seperti jalan, jembatan, gedung).

Secara ilustratif, perbedaan sistem timbunan dan sistem kolam retensi/polder diperlihatkan dalam gambar berikut (gambar 2.13 dan gambar 2.14).

Gambar 2.13 Perencanaan Drainase Sistem Timbunan

Gambar 2.14. Perencanaan Drainase Sistem Polder

Kolam retensi/polder didefinisikan sebagai suatu kawasan atau lahan reklamasi, dengan kondisi awal mempunyai muka air tanah tinggi, yang diisolasi secara hidrologis dari daerah di sekitarnya dan kondisi muka air (air permukaan dan air tanah) dapat dikendalikan. Kondisi lahannya sendiri dibiarkan pada elevasi asalnya atau sedikit ditinggikan. Pengisolasian dapat dilakukan dengan penanggulan atau dengan mengelakkan air yang berasal dari luar kawasan

Muka tanah asli Muka air tetap

Timbunan Tanah

Tanggul keliling

Muka air

awal Muka air

diturunkan oleh sistem polder

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 40

polder. Air di dalam polder dikendalikan dengan sistem drainase, atau kadang-kadang dikombinasikan dengan sistem irigasi (gambar 2.15).

Dengan demikian, kolam retensi/polder mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:  Polder adalah daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang berasal dari

luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan kadang-kadang air rembesan) pada kawasan itu sendiri yang dikumpulkan.

 Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangannya (dengan penguras atau pompa) untuk mengendalikan aliran ke luar.

 Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah permukaan) tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah, iklim, dan tanaman.

Komponen-komponen yang harus ada pada sistem kolam retensi/polder meliputi :  Tanggul keliling dan atau pertahanan laut (sea defense) atau konstruksi isolasi

lainnya.

 Sistem drainase lapangan (field drainage system)  Sistem pembawa (conveyance system)

 Kolam penampung dan stasiun pompa (outfall system)  Badan air penerima (recipient waters)

Kelima komponen sistem kolam retensi/polder tersebut diatas harus direncanakan secara integral sehingga sistem dapat bekerja secara optimal.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 41

Gambar 2.15 Potongan A-A (Polder)

Bentuk kolam retensi/polder yang bulat telor (ellips), ternyata paling sesuai, karena rekayasa teknik sirkulasi air yang tidak terhambat oleh sudut-sudut atau hambatan yang tidak perlu. Oksigenasi juga merupakan hal penting, apabila kualitas air memang amat rendah. Demikian pula ’dinding’ kolam yang tidak terlalu curam akan mampu menahan ’fluktuasi’ gelombang yang timbul akibat aliran ataupun angin kencang yang mungkin timbul, sehingga mengeliminasi erosi tepian kolam. Perencanaan kolam retensi berada di 7 (tujuh) lokasi di kawasan perencanaan. Ukuran ideal adalah kolam retensi/polder dengan perbandingan panjang/lebar lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub aliran masuk (inlet) dan keluar (outlet) terletak kira-kira di ujung kolam berbentuk bulat telor itulah terdapat kedua ”mulut” masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan yang diperoleh adalah bahwa dengan bentuk kolam yang memanjang semacam itu, ternyata

Recipient Water A A Stasiun pompa Tanggul Stasiun pompa Recipient waters

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 42

sedimen relatif lebih cepat mengendap dan interaksi antar kehidupan (proses aktivitas biologis) di dalamnya juga menjadi lebih aktif karena terbentuknya air yang ’terus bergerak, namun tetap dalam kondisi tenang, pada saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam dan mendapat makanan (nutrient) yang larut dalam air.

Gardu Pompa : Gardu Pompa berfunggsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama. Pengaliran air dari reservoir ke daerah pelayanan direncana-kan menggunakan sistem pemompaan, dengan pertimbangan kondisi topografi daerah pelayanan yang relatif datar, sehingga bila menggunakan sistem gravitasi tidak akan efektif. Pompa yang digunakan berupa pompa sentrifugal, yang pemilihannya ber-dasarkan besarnya debit dan head total sistem.

Periode Ulang Curah Hujan : Curah hujan, baik intensitas maupun periodenya dipengaruhi oleh proses fisis dan dinamis di atmosfer. Sementara itu salah satu faktor yang berpengaruh pada proses fisis dan dinamis atmosfer adalah bentuk permukaan atau dengan kata lain topografinya. Ada tiga proses yang menghubungkan curah hujan dengan topografi. Yang pertama adalah pembelokan angin yang membawa masa lembab dalam arah vertikal karena faktor topografi. Kedua, topografi menye-babkan terjadi perubahan sistem tekanan rendah. Ketiga, topografi tertentu mendorong terjadinya arus konveksi lokal (Bonacina dalam Basist et al, 1994). Dalam pengamatan yang dilakukan dalam studi Periode Curah Hujan Dominan Dan Hubungannya Dengan Topografi ( oleh Ina Juaeni, Bayong Tjasyono Hanggorokasih, Mezak Arnold Ratag), maka diasumsikan Tanjung Api Api termasuk ke dalam wilayah pengamatan Palembang yang merupakan lokasi pengamatan dengan elevasi menengah yang pada umumnya dikelilingi dataran rendah. Penentuan periode panjang sampai menengah menggunakan metode transformasi wavelet Foster, sedangkan untuk periode pendek ditentukan dengan metode wavelet Torrence dan Compo. Osilasi curah hujan interannual (tahun ke tahun) teramat di Palembang dengan Osilasi

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 43

curah hujan setahunan. Hal ini dikarenakan TAA memiliki elevasi yang rendah dengan topografi yang seragam mempunyai periode curah hujan tunggal, yaitu satu tahunan. Secara keseluruhan sistem drainase diperlihatkan dalam gambar 2.16.

Gambar 2.16. Peta Rencana Jaringan Drainase KEK Tanjung Api-api

Gambar 2.16 Peta Rencana Jaringan Drainase KEK

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 44

M. Rencana Pengelolaan Air Bersih